TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membeberkan keanekaragaman hayati Pulau Enggano kepada masyarakat adat Enggano dan pemerintah daerah Bengkulu dalam Simposium Enggano 2015 di Kota Bengkulu.
"Banyak spesies flora dan fauna baru yang ditemukan dari ekspedisi Widya Nusantara di Pulau Enggano," kata Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain saat membuka simposium di Bengkulu, Senin, 16 November 2015.
Ia menjelaskan kekayaan hayati pulau di perairan Samudra Hindia itu terungkap dalam ekspedisi selama 20 hari pada Maret 2015 yang melibatkan para peneliti dari Pusat Penelitian Biologi, Pusat Penelitian Bioteknologi, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, dan Pusat Penelitian Biomaterial.
"Pulau Enggano sangat unik karena tidak pernah menyatu dengan Pulau Sumatera. Karena itu, kekayaan keanekaragaman hayatinya juga sangat tinggi," katanya.
Para peneliti, kata dia, telah mengidentifikasi 14 spesies flora dan fauna baru selama Ekspedisi Widya Nusantara 2015 di Pulau Enggano.
Menurut dia, temuan tersebut masih bisa bertambah karena masih banyak flora dan fauna yang perlu diteliti lebih lanjut di pulau terdepan Indonesia yang menghadap Samudera Hindia tersebut.
"Ada jenis jahe-jahean spesies baru, jenis ikan tawar, hingga burung dan ular yang muncul kembali setelah ratusan tahun tidak terdokumentasi," ucapnya.
LIPI sudah menyerahkan hasil penelitian keanekaragaman hayati Enggani ke Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara dan Provinsi Bengkulu agar bisa digunakan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan terkait dengan pembangunan Pulau Enggano.
Mulyadi Kauno, Kepala Suku Kauno, salah satu dari enam suku di Pulau Enggano, mengatakan hasil penelitian tersebut menambah informasi bagi masyarakat untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di pulau itu.
"Beberapa tanaman dan satwa bahkan baru kami ketahui ada di Enggano setelah melihat hasil penelitian ini," ucapnya.
Ia mengatakan masyarakat adat berkomitmen menjadi kelestarian kekayaan keanekaragaman hayati yang ada di pulau itu.
Pulau Enggano merupakan pulau terluar yang berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu. Luas daratan pulau itu mencapai 40 ribu hektare dan didiami 2.800 orang dari lima suku asli, yakni Kauno, Kaharuba, Kaharubi, Kaahua, dan Kaitora.
ANTARA