TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan Cina membuat baterai elektrik fleksibel yang bisa dilipat dan digulung. Mereka mengaku terinspirasi oleh konsep kaligrafi Cina. Xinbo Zhang, peneliti aterial dari Changchun Institute of Applied Chemistry di Cina, mengatakan material utama dari kaligrafi adalah tinta dan kertas.
Tinta hitam untuk melukis terbuat dari karbon, sedangkan kertas yang digunakan berpori-pori, tipis, fleksibel, ringan, dan murah. “Tinta di atas kertas ini dapat berperan sebagai katoda untuk baterai ini,” katanya seperti dilansir dari Live Science, Rabu, 27 Januari 2016.
Konsep yang digunakan untuk membuat baterai tersebut juga berbeda dengan yang saat ini banyak beredar. Selama ini, baterai yang banyak digunakan adalah jenis litium ion. Untuk konsep baru ini, Zhang dan timnya hendak mengembangkan baterai jenis litium udara, yang mengandung energi 5-10 kali lebih banyak ketimbang ion yang bermassa sama.
Pada umumnya, baterai litium memiliki dua tipe elektroda: anoda dan katoda. Dalam baterai litium udara, anoda terbuat dari besi litium. Sedangkan katodanya berasal dari material karbon berpori-pori yang memudahkan udara masuk ke baterai. Litium akan bereaksi dengan oksigen dari udara ini, lalu menghasilkan tenaga listrik. Kedua material yang dibutuhkan itu sudah ada dalam lukisan kaligrafi tersebut.
Secara fisik, baterai udara ini terdiri atas tiga lapisan: katoda dari kertas bertinta, lembaran litium sebagai anoda, dan lembaran kaca fiber di antara dua lapisan pertama. Fiber ini berfungsi mengantar ion elektrik berpindah dari lapisan satu ke lapisan lain.
“Secara energi, baterai ini sudah dapat menyaingi baterai ion pada umumnya. Keunggulannya, mereka lebih fleksibel dan dapat dilipat,” kata Zhang. Ia berencana mengembangkan temuan ini lebih lanjut, dengan membuat bahan ringan lain untuk melindungi baterai dari korosi.
LIVE SCIENCE | URSULA FLORENE