Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kenapa Manusia Berjalan Tegak? Temukan Jawabannya di Sini

image-gnews
Para napi berjalan sembari bergaya bagai model menuju panggung dalam kontes kecantikan narapidana di penjara wanita Talavera Bruce, Rio de Janeiro, Brazil, 24 November 2015. Tujuan kontes ini guna memanusiakan dan meningkatkan harga diri naripidana wanita dengan mendadani wajah dan menata rambut mereka oleh relawan. Getty Images
Para napi berjalan sembari bergaya bagai model menuju panggung dalam kontes kecantikan narapidana di penjara wanita Talavera Bruce, Rio de Janeiro, Brazil, 24 November 2015. Tujuan kontes ini guna memanusiakan dan meningkatkan harga diri naripidana wanita dengan mendadani wajah dan menata rambut mereka oleh relawan. Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Washington - Berjalan tegak dengan dua kaki menjadi pembeda manusia dengan primata lainnya. Sebuah riset menunjukkan perebutan sumber daya alam langka menjadi pemicu manusia berjalan tegak sejak 6 juta tahun lalu.

Kesimpulan kelompok peneliti gabungan dari Amerika Serikat, Inggris, Jepang, dan Portugal diperoleh setelah mempelajari perilaku simpanse saat berebut sumber daya langka. Penelitian itu dilakukan di Hutan Bossou, Guinea.

"Simpanse menyediakan model bagaimana kondisi lingkungan mempengaruhi manusia berjalan tegak," ujar peneliti evolusi dari George Washington University, Brian Richmond.

Dugaan awal mereka adalah aktivitas sederhana yang dilakukan setiap hari, seperti membawa barang, mampu memaksa manusia berjalan tegak. Dugaan ini terbukti pada simpanse yang menjadi obyek penelitian.

Pada tempat tinggal simpanse di Hutan Bossou, disediakan biji kelapa sawit yang mudah didapat dan biji coula yang langka. Menyadari ketersediaan dua jenis biji tersebut, simpanse tersebut berebut mendapatkan biji coula dan melupakan biji kelapa sawit.

Primata Afrika ini mulai berjalan tegak dengan dua kaki dan membawa biji coula lebih banyak. Mereka harus memonopoli sumber daya terbatas di habitatnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Seiring berjalannya waktu, aktivitas berjalan tegak mendorong terjadinya perubahan anatomi. Spesies yang tak sanggup membawa banyak barang pada akhirnya tersisih oleh seleksi alam.

Dalam penelitian lain di hutan yang sama, peneliti menemukan 35 persen simpanse berusaha berjalan tegak agar bisa membawa lebih banyak barang langka.

Berjalan tegak juga bertujuan untuk menghemat energi. Penelitian tiga tahun lalu oleh peneliti University of Arizona dan University of California menunjukkan simpanse yang berjalan dengan empat kaki membutuhkan energi empat kali lebih banyak ketimbang manusia yang berjalan dengan dua kaki.

SCIENCE DAILY | AMRI MAHBUB

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

1 hari lalu

Ilustrasi pria bertubuh tinggi dan pendek. shutterstock.com
Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.


10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

1 hari lalu

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika. Foto: Canva
10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.


Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

2 hari lalu

Peneliti Ahli Utama di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, dikukuhkan sebagai Profesor Riset dengan kepakaran pencemaran laut, pada Kamis, 25 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.


Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

9 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD (ketujuh kanan), Ketua MPR Bambang Soesatyo (delapan kanan) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (keenam kanan) dan puluhan delegasi pimpinan MPR negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) foto bersama seusai pembukaan Konferensi Internasional secara resmi di Gedung Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Selasa 25 Oktober 2022. Konferensi Pimpinan MPR Negara-negara OKI tersebut merupakan pertemuan Internasional untuk membahas forum MPR dalam mewujudkan perdamaian dunia dan penguatan parlemen dari negara-negara Islam. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Kilas Balik 69 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Dampaknya bagi Dunia

Hari ini, 69 tahun silam atau tepatnya 18 April 1955, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat.


Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

20 hari lalu

Seekor gorila gunung di Taman Nasional Hutan Perawan Bwindi, Uganda barat. (Xinhua/Yuan Qing)
Industri Mobil Listrik Ancam Sepertiga Populasi Kera Besar di Hutan-hutan Afrika

Penelitian mengungkap dampak dari tambang mineral di Afrika untuk memenuhi ledakan teknologi hijau di dunia terhadap bangsa kera besar.


Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

29 hari lalu

Sejumlah anak-anak yang mengalami malnutrisi bermain di rumah sakit anak di Bangui, Republik Afrika Tengah, 11 Februari 2016. AP/Jerome Delay
Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius

Sindrom mengangguk menyerang ribuan anak di Afrika. Gangguan saraf ini masih misterius dan belum diketahui pasti penyebabnya.


Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

41 hari lalu

Ilustrasi kesepian. Shutterstock
Riset Temukan Banyak Orang Kesepian di Tengah Keramaian

Keramaian dan banyak teman di sekitar ak lantas membuat orang bebas dari rasa sepi dan 40 persen orang mengaku tetap kesepian.


Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

41 hari lalu

Peneliti dan Wakil Direktur Asia Maritime Transparency Initiative CSIS Harrison Prtat. Sumber: istimewa
Ekosistem Laut di Laut Cina Selatan Memprihatinkan

Cukup banyak kerusakan yang telah terjadi di Laut Cina Selatan, di antaranya 4 ribu terumbu karang rusak.


Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

41 hari lalu

 acara press briefing bertajuk 'Deep Blue Scars Environmental Threats to the South China Sea' yang diselenggarakan oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) pada Jumat 15 Maret 2024, di Jakarta. Sumber: dokumen IOJI
Pembangunan di Laut Cina Selatan Merusak Ekosistem dan Terumbu Karang

Banyak pembahasan soal keamanan atau ancaman keamanan di Laut Cina Selatan, namun sedikit yang perhatian pada lingkungan laut


Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

21 Februari 2024

Dua ekor anak singa Afrika (Panthera leo), Baha dan Gia beristirahat bersama induk mereka di Bandung Zoological Garden, Jawa Barat, Senin, 3 Januari 2022. Anak singa berkelamin jantan dan betina tersebut lahir dari indukan bernama Tera dan Melin. TEMPO/Prima Mulia
Dibesarkan dari Lahir, Singa Terkam Penjaga hingga Tewas

Seekor singa jantan membunuh penjaga yang telah merawatnya dari bayi saat sedang diberi makan.