Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Microsoft Underground Tour (1): Misteri Gedung Nomor 7

image-gnews
Salah satu sudut kantor Microsoft di kawasan Redmond, Seattle, Washington (Foto: Microsoft)
Salah satu sudut kantor Microsoft di kawasan Redmond, Seattle, Washington (Foto: Microsoft)
Iklan

TEMPO.CO, Seattle - Wartawan TEMPO Daru Priyambodo mendapat undangan Microsoft untuk mengikuti program tahunan Microsoft Underground Tour. Ini semacam tur melihat apa saja yang dilakukan perusahaan teknologi informasi raksasa itu. Kesempatan yang langka, karena yang diundang hanya sembilan wartawan dari berbagai media di dunia, dan tahun ini Tempo satu-satunya dari Indonesia.

Sama sekali tidak nampak bahwa kompleks seluas 85 hektar ini adalah kantor pusat sebuah perusahaan teknologi informasi raksasa. Kompleks yang berada sekitar 20 km di timur Seattle, negara bagian Washington itu didominasi taman dan lapangan rumput, lapangan olahraga, dan jogging track. Tak satu pun berdiri bangunan menjulang. Puluhan bangunan yang tersebar terpisah-pisah umumnya paling tinggi berlantai empat. Atmosfir di sana lebih mirip suasana kampus. Mungkin itu sebabnya kompleks ini dinamai Microsoft Redmond Campus.

Suasana kampus itu makin kental karena tak satu pun dari 22 ribu karyawan yang berkantor di sini memakai seragam. Mereka lalu-lalang dengan aneka busana santai. Bahkan banyak di antaranya hanya memakai  T-Shirt dan bercelana pendek. Di jam makan siang, mereka menyerbu kantin atau restoran yang ada di sini, lalu menikmati makannya di taman, di bawah matahari. 

Kampus Microsoft di Seatle

Nyaris tak ada karyawan Microsoft yang berbusana resmi saat di kantor. Banyak yang bercelana pendek, berkaus T-Shirt, sehingga suasana kantor ini lebih mirip suasana kampus (Foto: Daru)

Seluruh kebutuhan mereka ada di kompleks ini. Ada kantin dan resto yang harga makanannya tergolong murah. Total ada 32 resto, 30 kantin, dan belasan supermarket mini di area ini.  Tak ada makan gratis, tapi harga makanan pun “harga kampus”. Satu set makan siang dengan menu salad, ayam goreng, kentang, plus minuman, dijual sekitar 5-7 dolar AS. “Bisa murah, karena kantor mensubsidi harga makanan,” kata Reza Ferrydiansyah, PhD, software enginer Microsoft asal Malang, Jawa Timur, yang sempat Tempo temui.

Saat jam makan siang, karyawan menikmati makanannya di kantin, resto, atau di taman yang bertebaran di seantero kantor (Foto: Daru P)

Komplek Redmond ini resmi menjadi kantor pusat Microsoft pada 1986, atau 11 tahun setelah perusahaan yang dirintis William Henry “Bill” Gates III dan Paul Allen dari sebuah garasi itu berdiri. Semula, di Redmond hanya ada empat bangunan (sampai sekarang masih berdiri, berada persis di tengah kompleks).

Dalam memoarnya, Paul Allen menggambarkan saat-saat awal di kantor itu sebagai “saat-saat yang paling kondusif untuk membuat program computer”. “Sebagian besar tahun kami lewati di dalam gedung. Sungguh atmosfir yang tepat untuk bekerja. Anda duduk di depan computer, sambil melihat hujan turun di luar,” kata Allen

Dari hanya empat bangunan, sekarang di Kampus Redmond terhampar total 125 gedung. Setiap gedung tak bernama, namun masing-masing memiliki nomor. Cikal bakal Redmond yang berupa empat gedung tentu saja memiliki nomor 1 sampai dengan 4. Seiring dengan penambahan gedung baru, nomor itu terus bertambah.

Tapi tunggu, ada yang aneh di sini. Dari 125 nomor gedung itu, ternyata tidak ada Gedung nomor 7. Orang-orang di Redmond menyebut, inilah gedung misterius: nomornya ada, tapi bangunannya tidak ada.

Tiadanya gedung nomor 7 ini telah menjadi dongeng,  bahkan jadi mitos di lingkungan Redmond. Ada yang menganggap ini karena kepercayaan bahwa nomor 7 adalah angka sial. Ada pula yang menduga, Gedung 7 adalah fasilitas super rahasia untuk pengembangan produk-produk Microsoft. Malah ada yang bercanda, gedung itu sebetulnya semacam Area 51, lokasi penelitian rahasia mahluk Alien milik pemerintah Amerika di gurun Nevada.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mitos tentang Gedung 7 ini bahkan memakan “korban” rutin setiap tahun. Yunsun Wee, Direktur Komunikasi Global Microsoft, bercerita, karyawan yang senior sering iseng pada karyawan baru. “Anak-anak baru biasanya diplonco. Setelah diterima, mereka diperintahkan segera melapor ke Gedung 7. Perintah bisa datang tiba-tiba, saat para plonco sedang makan siang. Mereka akan bergegas ke gedung no 7. Seharian mereka berputar-putar mencari di area maha luas ini, dan tentu saja tak menemukannya..”

Jadi, di mana sebetulnya Gedung 7? Memang tidak ada! Hilangnya Gedung 7 terjadi semata-mata karena kecelakaan. Alkisah, ketika jumlah karyawan terus meningkat, Microsoft harus segera membangun gedung-gedung tambahan. Izin membangun pun diajukan ke pemerintah kota. Namun di tengah jalan, disadari bahwa rencana pembangunan gedung 7 yang izinnya telah turun ternyata terlalu sempit. Rencana pun diubah, dirancang lagi gedung baru yang lebih besar, dan izin untuk gedung nomor 8 dan seterusnya diajukan.

Mengapa Gedung nomor 8 tidak dinamai saja Gedung 7 sesuai urutannya? “Tidak bisa, karena Gedung 8 sudah punya nomor izin sendiri, jika diubah ke nomor 7 harus kembali mengajukan izin ulang. Akhirnya rencana Gedung 7 tinggal nama,” kata Yunsun.

Kelak, lokasi awal yang mestinya untuk Gedung 7 memang dibangun gadung baru. Namun namanya tetap bukan Gedung 7, tapi Gedung nomor 37. Lho? “Karena banyak orang di Microsoft bilang, biar saja jangan ada Gedung 7 biar seru, misterius,” kata Yunsun tersenyum.

Meski ada banyak gedung di kawasan ini, jarak antar gedung saling berjauhan. Tapi karyawan tak akan kerepotan karena Microsoft menyediakan angkutan shuttle yang terus menerus berkeliling kampus. Shuttle ini gratis. Mobil yang digunakan ada yang berupa sedan, minivan, atau bus. Sebagian mobil ini telah menggunakan mesin hybrid yang hemat bahan bakar dan antipolusi. “Microsoft menyediakan fasilitas ini agar lingkungan tetap terjaga, dan agar karyawan tidak memakai mobil sendiri ke kantor,” kata Reza.

Shuttle Bus di Microsoft

  Shuttle (kendaraan antar jemput) siap mengantar karyawan dengan cuma-cuma. Sebagian mobil yang digunakan adalah jenis mesin hybrid sehingga ramah lingkungan (Foto: Daru)

Di area kampus ini pula terhampar “jalan kenangan”. Ini semacam Walk of Fame di Hollywood. Bedanya, jika di Hollywood trotoar jalan diisi jejak tapak tangan bintang-bintang film terkenal, di sini yang dipasang adalah plakat produk-produk Microsoft yang sudah dipasarkan. Yang ingin bernostalgia dengan Windows 95, Encarta, atau Microsoft Access, plakatnya ada di bagian terdepan di jalan aspal yang mengarah ke Visitor Center.

Di deretan plakat itu pula terpampang pesan Bill Gates. Bunyinya: Satu produk ini akan membawa kita selangkah lebih dekat ke visi kita: Satu computer di setiap meja dan di setiap rumah. Visi yang terdengar sederhana, namun dicapai dengan susah payah. Dan Microsoft mampu mewujudkannya. Setidaknya sebelum era Google, Android, dan Apple ikut meramaikan pasaran perangkat lunak dank eras komputer.

*** 

Bagian 2: Saat Skype Menjadi Ahli Bahasa

Bagian 3: Ketika Virus Beraksi di Glodok

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

3 hari lalu

Presiden Jokowi ditemui usai peresmian Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) di Tapos, Depok, pada Selasa pagi,  7 Mei 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.


Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

3 hari lalu

Bos Apple Tim Cook bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, 17 April 2024. Foto: BPMI Setpres/Kris
Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

Presiden Jokowi juga menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang Indonesia pakai masih didominasi barang-barang impor.


Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

3 hari lalu

Presiden Jokowi ditemui usai peresmian Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) di Tapos, Depok, pada Selasa pagi,  7 Mei 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.


Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja Hamel, Tersandung Punya Paspor Prancis Gagal Jadi Paskibra 2016

3 hari lalu

Gloria Natapradja Hamel saat diizinkan bergabung bersama anggota Paskibraka di Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2016. Gloria merupakan wakil dari daerah Jawa Barat. TEMPO/Subekti.
Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja Hamel, Tersandung Punya Paspor Prancis Gagal Jadi Paskibra 2016

Gara-gara memiliki kewarganegaraan ganda punya paspor Prancis, Gloria Natapradja gagal jadi anggota paskibra 2016, ini kilas balik kasusnya


Giliran OpenAI Garap Search Engine Berbasis AI, Saingi Produk Google dan Microsoft

3 hari lalu

ChatGPT. Foto : OpenAI
Giliran OpenAI Garap Search Engine Berbasis AI, Saingi Produk Google dan Microsoft

OpenAI bersiap meluncurkan mesin pencari berbasis AI, tak ingin ketinggalan dari Gemini AI milik Google dan Copilot besutan Microsoft.


Top 3 Tekno: Prestasi Teknik Sipil Unej, Investasi Microsoft, dan Cuaca Jawa Barat

4 hari lalu

Desain Jembatan oleh Tim Logawa Vittoria dari Fakultas Teknik Universitas Jember (Unej) yang memenangi Bridge Design Competition (BDC) 2024 gelaran Nanyang Technological University Singapore. Foto: Humas Universitas Jember
Top 3 Tekno: Prestasi Teknik Sipil Unej, Investasi Microsoft, dan Cuaca Jawa Barat

Top 3 Tekno Berita Terkini Senin pagi ini, 6 Mei 2024, dimulai dari artikel prestasi tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej).


Microsoft Investasi Rp 35 Triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

5 hari lalu

Ilustrasi Logo Microsoft. REUTERS/Dado Ruvic
Microsoft Investasi Rp 35 Triliun di Malaysia, Berikut Sejarah Raksasa Teknologi AS Itu

Microsoft investasi Rp 35 triliun di Malaysia, begini sejarah raksasa teknologi AS Itu.


Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

5 hari lalu

Logo Microsoft terlihat di Los Angeles, California A.S. pada Selasa, 7 November 2017. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.)
Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?


Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

6 hari lalu

Logo Microsoft terlihat di Los Angeles, California A.S. pada Selasa, 7 November 2017. (ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.)
Microsoft Tanamkan Investasi 2,2 Milyar Dolar AS di Malaysia, Apa yang Dibidik?

Microsoft juga akan bekerja sama dengan pemerintah Malaysia untuk mendirikan Pusat Keunggulan AI Nasional dan meningkatkan kemampuan keamanan siber.


Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

8 hari lalu

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

Ahli ini menyatakan tak anti investasi asing, termasuk yang dijanjikan datang dari Apple dan Microsoft.