TEMPO.CO, Bandung - Tim dosen dan mahasiswa Program Studi Fisika Institut Teknologi Bandung membuat alat peringatan dini tanah longsor. Bernama Landslide Early Warning System (LEWS), alat keluaran 2015 tersebut memakai beberapa sensor. Perangkat utamanya tersimpan dalam kotak logam seukuran batu batako.
LEWS diperkenalkan dalam pameran Pertemuan Ilmiah Tahunan Ahli Kebencanaan di kampus Institut Teknologi Bandung, 23-24 Mei 2016. Menurut salah seorang anggota tim, Elfi Yuliza, sistem peringatan dini tanah longsor tersebut terbagi dalam beberapa alat.
LEWS digagas oleh dosen Fisika ITB, Khairurrijal dan Muhammad Miftahul Munir, yang dikerjakan bersama berbagai angkatan mahasiswa.
Perangkat anak (node) yang seukuran batu batako merupakan pengukur fisik dan pengumpul data dengan sensor pengukur kelembapan atau kandungan air di tanah lereng. Kemudian ada sensor tekanan air di dalam tanah.
Kedua sensor tersebut ditanam atau dipasang di bawah tanah lereng seperti tiang besi penyangga kotak. “Data yang terkumpul secara real time kemudian dikirimkan lewat radio frekuensi ke kotak induk,” kata Elfi kepada Tempo di lokasi acara, Selasa, 24 Mei 2016.
Dari kotak induk yang dilengkapi alat pengukur curah hujan, kumpulan datanya dikirim ke website atau operator memakai sistem Global System for Mobile Communications. Analisis data sistem kemudian memberi petunjuk tanah lereng masih aman atau sudah akan longsor. “Tanah longsor itu kan ada tanda-tandanya, itu yang dipantau dan diberitahukan kepada warga sebelum kejadian,” ujarnya.
Anggota tim lain, Rahmat mengatakan, di tiap lokasi rawan tanah longsor minimal perlu dipasangi dua alat LEWS. Sejauh ini alat belum dijajal di lereng tebing, setelah dipakai untuk uji coba bersama peneliti dari LIPI Bandung dan BPPT.
ANWAR SISWADI