TEMPO.CO, Bandung - Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya menggagas masker bertabung oksigen untuk warga terdampak abu vulkanis akibat letusan gunung api. Penggunanya bisa meredam paparan abu piroklastik yang halus dan berbahaya ke organ tubuh, sambil mendapat udara bersih. Oksigen tambahannya berasal dari tanaman alga.
Karya purwarupa tim tersebut hadir dalam poster yang dipamerkan dalam acara pertemuan ilmiah tahunan ketiga di kampus Institut Teknologi Bandung, 23-24 Mei 2016. Trio awaknya adalah Mudzakkir Dioktyanto, Shochibul Ma’arif, dan Mimi Nur Indah Sari, dari program studi Teknik Material dan Metalurgi ITS angkatan 2014. “Fungsi alatnya untuk menyuplai oksigen dan mengantisipasi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA),” kata Mudzakkir kepada Tempo.
Alat tersebut berupa masker jenis N95 yang melindungi masuknya partikel halus yang tersambung slang ke pemasok oksigen. Bagian pemasok itu berupa rangkaian alat berupa selang plastik, dua buah batu baterai kecil, enam lampu LED, papan sirkuit elektronik, dan botol kecil berisi tanaman mikroalga.
Botol berisi alga itu menggantikan tabung oksigen yang biasa diperlukan warga terdampak di lokasi pengungsian. Tim ITS memakai proses fotosintesis mikroalga di dalam tabung yang menghasilkan oksigen untuk dihirup pemakainya. Dengan cahaya lampu yang dipasang di dekat botol, mikroalga bisa berfotosintesis tanpa harus mengandalkan sinar matahari.
Masker bertabung oksigen kecil itu harapannya bisa dipakai untuk semua orang dan bisa dibawa ke mana pun tanpa mengganggu kegiatan harian. Dosen pembimbing Widyastuti mengatakan, inovasi itu mewujudkan konsep ilmiah namun secara teknis masih perlu banyak riset dan penyempurnaan bahan peralatan. “Misalnya jenis mikroalga yang efektif, slang, dan botol. Saya maklum karena mereka masih tingkat dua,” kata dia.
Alat yang dibuat dari Januari hingga Maret 2016 itu berawal dari keprihatinan mereka terhadap rekannya di Kediri, Jawa Timur, yang menjadi warga terdampak sebaran abu vulkanis letusan Gunung Kelud 2014.
Inovasi itu mengantarkan mereka sebagai juara kedua dalam lomba di Universitas Negeri Jakarta. Kompetisi Pekan Ilmiah Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian bertajuk Pengelolaan Bencana di Indonesia itu berlangsung pada 20-21 April 2016.
ANWAR SISWADI