Isu penyebaran manusia modern dari Afrika menjadi sumber perdebatan sejak dulu. Walaupun ada bukti yang menunjukkan eksodus di sepanjang pantai Laut Tengah atau pesisir Arab sekitar 60 ribu tahun lalu.
Selain Armitage dan koleganya, tim peneliti lain adalah Hans Peter Uerpmann dari University of Tubingen di Jerman. Gabungan tim peneliti ini menganalisis permukaan laut dan catatan perubahan iklim di wilayah Tanduk Afrika selama periode interglacial terakhir atau sekitar 130 ribu tahun lalu.
Mereka menemukan petunjuk bahwa Selat Bab al-Mandab, yang memisahkan Arab dari Tanduk Afrika, menyempit karena paras muka laut yang rendah. "Manusia modern mungkin bisa berjalan menggunakan rakit atau perahu yang tentu dapat dibuat pada waktu itu," kata Uerpmann.
Dari sini menjadi gerbang eksodus Homo sapiens ke Semenanjung Arab, kemudian ke Bulan Sabit Subur dan India. "Arkeologi tanpa waktu seperti sebuah teka-teki dengan ujung saling terhapus," kata Armitage.
Menurut Armitage, kita memiliki banyak potongan informasi individu, tapi tidak dapat memasukkan mereka bersama-sama untuk menghasilkan gambar yang besar. Pada Jebel Faya, katanya, waktu mengungkapkan gambaran menarik di mana manusia modern bermigrasi keluar dari Afrika lebih awal dari perkiraan sebelumnya. Hal ini dibantu oleh fluktuasi iklim global dan permukaan laut di Jazirah Arab.
Peneliti lain antusias dengan penemuan di Jebel Faya. Namun mereka berhati-hati terhadap kesimpulannya. "Satu situs tidak dapat mengkonfirmasi hipotesis bahwa 'Out of Africa' melalui Saudi," kata arkeolog Mark Beech, dari Britain's University of York.
SCIENCE DAILY | SCIENCE | AMRI MAHBUB