Mulanya, O'Neill dan Palazzo menggunakan kertas aluminium foil sebagai permukaan proyeksi obyek. Namun itu ternyata bukan permukaan yang terbaik, meski bisa menangkap proyeksi. Kemudian mereka menggantinya dengan piringan tembaga. “Dari situ kami bisa membuat proyeksi yang lebih jelas,” Palazzo menambahkan.
Dalam jurnal, Palazzo dan O'Neill juga menjelaskan transfer obyek melalui cermin hingga ke permukaan proyeksi. Cara ini, menurut mereka, membuat ukuran proyeksi obyek sama dengan aslinya. Cara tersebut juga membuat Rembrandt dapat melukis garis mata secara akurat.
Meski begitu, beberapa sejarawan seni mengkritik penelitian mereka karena tak ada catatan sejarah bahwa Rembrandt menggunakan cermin atau alat optik lainnya untuk membantunya melukis. Namun, menurut O'Neill, seniman pada saat itu memang tertutup dalam soal teknik melukis mereka. “Kami pun menemukan teknik ini berdasarkan pemeriksaan lukisan, bukan bukti-bukti sejarah,” ujarnya.
Pendapatnya didukung oleh tulisan Hockney, Falco, dan peneliti lainnya yang menunjukkan bahwa pengetahuan tentang teknik optik, seperti penggunaan cermin lengkung dan camera obscura, memang terkenal di kalangan seniman Eropa pada 1350 hingga zaman Rembrandt. Bahkan, teknik ini memberikan dampak yang amat mendalam terhadap seni di dunia Barat.
“Ini jelas membuktikan bahwa penemuan lensa memberikan umat manusia kemungkinan melihat posisi mereka di dunia,” ujar O'Neill. “Sebab, sejak saat itu, manusia bisa melihat bintang-bintang, astronomi mulai maju. Manusia mulai melihat melalui mikroskop dan mengamati hal terkecil di dunia.”
JOURNAL OF OPTICS | LIVE SCIENCE | AMRI MAHBUB
Baca Juga
Ahok Klaim Didukung Mega, PDIP: Ahok Seperti Pendekar Mabuk
Disebut Otak Pencopotan Ruhut Sitompul, Roy Suryo Tertawa