TEMPO Interaktif, ZURICH -- Roda-roda Solar Impulse perlahan bergulir meninggalkan landasan di sebuah lapangan udara militer dekat Zurich, Swiss, pada 3 Desember lalu. Pesawat panjang dan ramping itu akhirnya melayang di udara untuk pertama kalinya. Dengan sayap yang terentang memanjang di kedua sisinya, pesawat yang terbang dalam kecepatan rendah itu seolah bergantung di udara tanpa bergerak selama 30 detik.
Meski seolah tak bergerak, Solar Impulse telah terbang setinggi 1 meter di atas permukaan tanah sejauh 350 meter.
Bertrand Piccard dan semua anggota tim lainnya menahan napas ketika Markus Scherdel, sang pilot tes terbang, mencoba menyeimbangkan pesawat ultraringan itu dengan beberapa kali gerakan aileron di kedua sayap sebelum mendarat dengan mulus.
Andre Borschberg, rekan Piccard, mengawasi manuver Solar Impulse dari kamera yang terpasang di sebuah helikopter. Apa yang dilakukan Solar Impulse mungkin terlihat seperti sebuah pesawat melakukan lompatan kecil seperti orang digigit kutu. Namun, pada kenyataannya, “lompatan kutu” itu adalah pintu masuk menuju dunia penerbangan yang benar-benar baru dan belum terjamah,” kata Piccard, Presiden Solar Impulse, perusahaan pembuat pesawat prototipe HB-SIA tersebut.
Ucapan Piccard tak berlebihan. “Lompatan kutu” Solar Impulse HB-SIA itu memang luar biasa karena pesawat tersebut hanya menggunakan cahaya matahari sebagai satu-satunya pemasok tenaga untuk mengangkatnya ke udara. Hampir di setiap sentimeter sayap pesawat, yang terentang sepanjang 61 meter, terpasang sel surya yang mengubah sinar matahari menjadi listrik.
Petualang asal Swiss itu menyatakan, sepanjang sejarah aviasi, belum pernah ada pesawat sebesar, seringan, dan mengkonsumsi sedemikian sedikit energi seperti Solar Impulse HB-SIA, yang benar-benar terbang. “Saya amat menghargai tim hebat ini, semua insinyur yang di bawah pengawasan Borschberg telah mengkalkulasi, merancang dan membuat prototipe pertama ini,” dia melanjutkan.
Prototipe tersebut adalah hasil kerja keras 50 insinyur dan teknisi Solar Impulse. Pesawat itu mengkombinasikan fitur aerodinamik inovatif, material ringan baru yang cukup kuat menahan tekanan di ketinggian dan teknologi surya.
Untuk mengasah sekaligus mengukur kemampuan pesawat tersebut, Piccard berencana meningkatkan “lompatan kutu” itu menjadi lompatan setinggi beberapa ribu meter dengan mencoba penerbangan pada altitude tinggi sekitar awal 2010. Dia berharap suatu saat kelak, pesawat-pesawat yang kerap dituding sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca karena tingginya emisi karbon dari bahan bakar fosil yang digunakannya bisa digantikan dengan pesawat berenergi surya seperti Solar Impulse.
Walaupun terkesan ringkih, Solar Impulse dirancang untuk terbang melintasi samudra menggunakan empat baling-baling listrik yang digerakkan oleh energi surya. Beberapa pesawat bertenaga surya eksperimental nir-awak memang telah mengangkasa sejak akhir 1970-an. Namun, Solar Impulse adalah pesawat pertama yang benar-benar terbang tanpa batas. Pesawat itu dapat terus terbang pada malam hari dengan baterai yang diisi ulang oleh 24 ribu sel surya di sayapnya pada siang hari.
Piccard amat gembira atas hasil proyek senilai US$ 80 juta itu. “Pesawat itu telah menjadi impian selama 10 tahun, dan kini kami telah sampai pada titik ini,” ujarnya. “Saya sangat gembira kami dapat menerbangkannya sepekan sebelum konferensi iklim Kopenhagen. Apa yang telah kami capai ini mengirim pesan kuat bahwa ada penerbangan dengan energi berkelanjutan tanpa polusi.”
Setelah menyempurnakan pesawat satu awak yang bobotnya hanya 1.500 kilogram--sebanding dengan berat sebuah mobil--dan mampu terbang 55 kilometer per jam, Piccard dan Borschberg berencana menerbangkan Solar Impulse menyeberangi Atlantik dan berkeliling dunia. Mereka hanya akan mendarat lima hari sekali untuk mengganti pilot.
Mereka berencana terbang mengikuti jalur yang pernah ditempuh Piccard berkeliling dunia tanpa henti dengan balon udara panas Orbiter 3 satu dekade lalu. Pesawat baru itu, HB-SIB, akan terbang melintasi Samudra Atlantik dan Amerika Serikat serta diproyeksikan mulai berlangsung pada 2012.
Piccard dan Borschberg akan bergantian tidur selama 15 menit setiap dua sampai empat jam serta memakai teknik istirahat seperti autohipnosis dan meditasi untuk mencegah kelelahan. "Melalui proyek ini, kami akan memproklamasikan bahwa penggabungan semangat pionir dan visi politik dapat mengubah masyarakat dan mengakhiri ketergantungan pada bahan bakar fosil," kata Piccard.
TJANDRA DEWI | SOLAR IMPULSE | REUTERS |TIMES