TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia akan mengikuti ajang Get In The Ring - The Investment Battle untuk pertama kalinya pada 18-24 November mendatang di Belanda. Get In The Ring adalah kompetisi wirausaha bagi startup atau perusahaan baru untuk memperebutkan kucuran investasi senilai hingga satu euro (sekitar Rp 13 miliar) dari investor internasional. Ini merupakan kali pertama keikutsertaan Indonesia di kompetisi yang digagas oleh Erasmus Centre for Entrepreneurship, Universitas Erasmus, Rotterdam, Belanda itu.
Apung Sumengkar, Direktur Eksekutif 100preneur.com, yang menjadi penyelenggara seleksi bersama Kementeraian Pariwisata, peserta Get In The Ring tingkat nasional, mengatan, kompetisi ini mengundang wirausaha dari 20 negara. "Program seleksi Get In The Ring di Indonesia terbagi dalam dua tahap, yakni, tingkat regional dan nasional," ujar Apung saat peluncuran Get In The Ring di Jakarta 20 Juni lalu.
Seleksi tahan pertama, dari 3-6 September, akan menghasilkan 40 finalis tingkat regional. Dari jumlah itu akan diseleksi lagi menjadi delapan finalis untuk ikut Seleksi Tingkat Nasional. Final Nasional yang dilangsungkan pada 7 September mendatang akan menghasilkan dua peserta yang menjadi wakil Indonesia ke ajang Get In The Ring di Belanda. Kedua tahapan ini dipimpin dewan juri yang dijuluki The Dragons. Para Dragon di tahap pertama adalah Nicko Widjaja (CEO Systec Group) dan Wempy Dyocta Koto (CEO of Wardour And Oxford) sedangkan tahap Nasionaladalah Ciputra, Mooryati Soedibyo, Rahmat Gobel, dan Sandiaga Uno.
Dua wakil terbaik Indonesia itu, bersama dengan wakil dari 20 negara akan diuji presentasi perusahaannya di depan panel penguji. Panel terdiri atas investor berpengalaman dan pengunjung yang akan melakukan pemungutan suara untuk memilih delapan finalis. Kriteria pebisnis dicari dalam ajang ini adalah startup yang eksis tak lebih dari 5 tahun, memiliki kemampuan berbahasa Inggris, dan lebih disukai yang memiliki model bisnis inovatif dan terukur. Kompetisi yang dimulai sejak tahun 2009 ini telah menarik perhatian lebih dari 3 ribu pendaftar dan tercatat sudah lebih dari 300 startup ikut berkompetisi.
Keikutsertaan Indonesia dalam kompetisi ini, kata Apung, untuk merangsang tumbuhnya pebisnis atau entrepreneur mengingat jumlahnya, terutama di bidang teknologi informasi masih relatif kecil. "Padahal, jumlah entrepreneur di suatu negara akan ikut memacu akselerasi pertumbuhan ekonomi," kata eksekutif muda yang terlibat aktif dalam Seratus Company, perusahaan induk 100preneur. Apung mengacu pada teori David McClelland dalam The Achieving Society, yang mengtakan bahwa suatu negara bisa makmur apabila minimal 2 persen dari jumlah penduduknya menjadi pengusaha.
Itulah alasan didirikannya 100preneur.com, sebagai jaringan media online dan jaringan platform khusus yang merancang 100 perusahaan baru. "100 perusahaan ini akan menghubungkan satu pengusaha dengan pengusaha lain yang menjanjikan dan investor potensial," ujar dia.
Komunitas 100preneur.com dapat berbagi apapun yang terjadi di dunia, mulai dari tren, hobi, produk, dan ide-ide. Dan berperan sebagai administrator yang teratur memperbarui pengunjung dengan semua berita terbaru, tren, gaya hidup, dan lainnya.
EVIETA FADJAR