Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Fenomena Langka Terjadi Hari Ini, Merkurius Lintasi Matahari

image-gnews
Matahari membuat cahaya dari bahan bakar helium yang difusi menjadi helium di inti matahari. Matahari menghasilkan energinya dari reaktor nuklir alaminya di pusatnya. Para ahli memperkirakan Matahari akan mati sekitar 5 miliar tahun lagi. Menjelang kematian, matahari akan menguras bahan bakar nuklirnya dan menjadi lebih panas sehingga mematikan seluruh mahluk hidup di muka Bumi. Matahari akan membesar dan menjadi bintang merah raksasa, menelan planet-planet terdekat, yaitu Merkurius dan Venus. youtube.com
Matahari membuat cahaya dari bahan bakar helium yang difusi menjadi helium di inti matahari. Matahari menghasilkan energinya dari reaktor nuklir alaminya di pusatnya. Para ahli memperkirakan Matahari akan mati sekitar 5 miliar tahun lagi. Menjelang kematian, matahari akan menguras bahan bakar nuklirnya dan menjadi lebih panas sehingga mematikan seluruh mahluk hidup di muka Bumi. Matahari akan membesar dan menjadi bintang merah raksasa, menelan planet-planet terdekat, yaitu Merkurius dan Venus. youtube.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kelas I Kupang Hasanuddin mengatakan  pada Senin hari ini, 9 Mei 2016, selama tujuh jam Planet Merkurius akan berorbit dan transit melewati Matahari. Fenomena alam yang tergolong langka ini sebelumnya terjadi pada 8 November 2006.

"Fenomena langka itu pernah terjadi pada 2006, butuh waktu sekitar 10 tahun untuk menyaksikan fenomena alam ini dimana Planet Merkurius memiliki periode orbit selama 88 hari, sehingga menjadi pengorbit tercepat di tata surya," katanya kepada Antara di Kupang, Minggu.

Peristiwa ini katanya akan sangat jelas dilihat di Amerika dan Eropa Barat, beberapa wilayah di Afrika, serta sebagian wilayah Asia.

Di Indonesia, masyarakat bisa melihat titik kecil berwarna hitam melewati matahari pada pukul 11:12 - 18:42 WIB.

Untuk melihatnya, kata dia bisa menggunakan filter yang sama seperti yang digunakan untuk menonton gerhana matahari total beberapa bulan lalu.

"Cahaya yang terpancar saat gerhana matahari total dapat merusak retina mata permanen hingga penglihatan menjadi bengkok. Kerusakan itu karena adanya titik hitam di bagian tengah retina mata," katanya

Merkurius katanya memiliki periode orbit selama 88 hari, sehingga menjadi pengorbit tercepat di tata surya.

"Peristiwa ketika Merkurius melintasi piringan Matahari, mirip dengan peristiwa gerhana matahari yang tertutup oleh bulan sehingga sebagian atau seluruh cahaya Matahari jadi terhalang," katanya.

Untuk gerhana matahari oleh bulan, matahari- bulan- bumi akan mengalami kesejajaran dengan bulan berada di antara matahari dan bumi.

Peristiwa serupa juga terjadi saat transit Merkurius. Di mana matahari, Merkurius dan bumi mengalami kesejajaran dengan Merkurius berada di antara bumi dan matahari. Akibatnya Merkurius akan menghalangi sebagian cahaya Matahari untuk sampai di Bumi.

"Meskipun ukuran Merkurius sedikit lebih besar dari bulan, namun jaraknya yang jauh dari bumi menyebabkan penduduk bumi hanya akan melihat Merkurius seperti noktah kecil yang melintasi matahari selama kurang lebih 7,5 jam," katanya.

Bahkan jika dibanding transit Venus, planet Merkurius hanya akan tampak 1/5 dari Venus saat melintas matahari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Sama seperti transit Venus, transit Merkurius juga cukup langka. Dalam seratus tahun kita hanya bisa menikmati 13 kali transit. Masih lebih sering dibanding transit Venus yang hanya 2 kali dalam interval 8 tahun setiap 100 tahun," katanya.

Transit Merkurius sebelum 9 Mei 2016 terjadi pada 8 November 2006 dan transit berikutnya akan terjadi 11 November 2019.

Meskipun Merkurius mengorbit Matahari setiap 88 hari, tidak setiap saat kita bisa melihat transit Merkurius.

"Ada kalanya Merkurius berada di atas atau di bawah bidang orbit Bumi. Transit hanya terjadi saat Merkurius berada di titik simpul atau perpotongan antara orbit Bumi dan orbit Merkurius atau ketika Merkurius berada sejajar dengan Bumi dan Matahari," katanya.

Transit Merkurius pada umumnya terjadi pada kisaran tanggal 8 Mei dan 10 November saat planet tersebut melintasi titik simpul perpotongan bidang ekliptika dan orbitnya setiap tahun.

"Jika Merkurius berada pada titik simpul dan mengalami kesejajaran dengan bumi, maka terjadilah transit. Kita juga bisa memprediksi kapan transit Merkurius terjadi. Transit di bulan Mei hanya terjadi setiap 13 atau 33 tahun sekali. Sedangkan transit merkurius di bulan November bisa terjadi setiap 7, 13 atau 33 tahun sekali," katanya.

Saat transit Merkurius katanya terjadi di bulan Mei, planet terdekat dengan Matahari ini sedang berada di titik aphelion atau titik terjauhnya dari Matahari. Pada saat itu, piringan planet Merkurius akan memiliki diameter sudut 12 detik busur.

Transit bulan Mei terjadi saat Merkurius sedang berada di titik turun atau bergerak dari utara ke selatan di orbitnya.

Sedangkan pada saat transit terjadi di bulan November, Merkurius sedang berada di perihelion, atau titik terdekat dengan Matahari dan menanjak dari selatan ke utara. Saat transit bulan November, diameter sudut piringan merkurius akan tampak sedikit lebih kecil dibanding transit bulan Mei yakni 10 detik busur.

Frekuensi terjadinya transit Merkurius di bulan Mei hanya setengah dari transit di bulan November.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

48 hari lalu

Bangunan kubah ikonik di komplek Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 16 Januari 2023. Tempat peneropongan bintang Observatorium Bosscha telah genap berusia 100 tahun pada tahun 2023 ini. TEMPO/Prima Mulia
Observatorium Bosscha Tutup Kunjungan Publik Selama Bulan Puasa

Minat pengunjung ke Observatorium Bosscha tergolong tinggi sejak kunjungan publik mulai dibuka kembali setelah masa pandemi.


Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

27 November 2023

Harijono Djojodihardjo menerima anugerah Nurtanio Award 2023 atas andilnya dalam memajukan iptek dan riset Indonesia, khususnya di bidang dirgantara. Dok: TEMPO/ANNISA FEBIOLA.
Raih Nurtanio Award 2023, Harijono Djojodihardjo: Ini Bisa Memacu Generasi Muda

Harijono Djojodihardjo, ahli penerbangan dan antariksa meraih anugerah Nurtanio Award 2023 dari BRIN.


BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

26 November 2023

Kepala Badan Riset Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam diskusi Ngobrol @Tempo bertajuk
BRIN Berikan Nurtanio Award ke Ahli Penerbangan & Antariksa Profesor Harijono Djojodihardjo

BRIN memberikan penghargaan tertinggi kepada periset Indonesia yang berprestasi, dan kepada tokoh yang telah memberikan andil kemajuan iptek.


Membuka Jalan untuk Gibran

26 September 2023

Membuka Jalan untuk Gibran

Peluang Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden menguat.


Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

21 September 2023

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko di IEMS 2023. (Foto: TEMPO/Rafif Rahedian)
Kepala BRIN: Teknologi Antariksa Akan Menjadi Kunci Masa Depan

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan teknologi keantariksaan sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai sektor pembangunan.


Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

27 April 2023

Ilustrasi luar angkasa
Misi Explorer 11 Diluncurkan NASA pada 27 April 1961, Apa Itu?

Misi Explorer 11 NASA bertujuan mempelajari sinar gamma di luar angkasa.


Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

17 Januari 2023

Kapal Ulang-alik Atlantis meluncur ke luar angkasa untuk terakhir kalinya pada 8-7, 2011. Atlantis, salah satu pesawat ulang-alik milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat. REUTERS/Bill Ingalls/NASA/Handout
Sejarah Tragedi Meledaknya Pesawat Ulang-alik Columbia

Pada 1 Februari 2003, pesawat ulang-alik Columbia meledak saat memasuki atmosfer di atas Texas dan menewaskan ketujuh awak di dalamnya.


AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

9 Desember 2022

AS: China Ancaman Utama dalam Pertahanan Luar Angkasa

China sedang membangun kemampuan yang menempatkan sebagian besar aset luar angkasa Amerika Serikat dalam risiko


BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

30 November 2022

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada tahun 2022 memberikan penghargaan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture kepada Dr. Orbita Roswitiarti M.Sc yang memiliki rekam jejak di bidang penerbangan dan antariksa serta memberikan banyak manfaat yang berarti. (BRIN)
BRIN Berikan Penghargaan Nurtanio kepada Pakar Pengindraan Orbita Roswitiarti

Orbita merupakan peneliti ahli utama di bidang kepakaran, teknologi, dan aplikasi pengindraan jauh pada Pusat Riset Pengindraan Jauh BRIN.


Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

3 Agustus 2022

Messier 15 (NASA, ESA)
Peristiwa Astronomi Agustus, Ada Gugus Bola M2 dan M15

Observatorium Bosscha membagikan berbagai fenomena antariksa yang terjadi di bulan Agustus.