TEMPO.CO, Malang - Yoghurt berbahan susu itu sudah biasa. Bagaimana kalau yoghurt berbahan dasar kelapa muda? Lima mahasiswa Jurusan Teknik Bio Proses Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Rahma Wati Pertiwi, Aprillia Trinanda Kartika, Juli Erwanda, Natalia Simanjuntak, dan Muhammad Sony Setyawan, membuat yoghurt berbahan kelapa muda.
Yoghurt bernama Coconut Yoghurt High Protein (Coyotein) ini dikembangkan dalam program pengabdian masyarakat di Desa Sepanjang, Gondanglegi, Kabupaten Malang. Mereka melihat potensi kelapa yang berlimpah tapi tak dikembangkan secara optimal. Warga setempat hanya memanfaatkannya menjadi bumbu masak dan dijual seharga Rp 3.000 per butir.
Caranya, daging kelapa muda diblender sampai halus. Kelapa muda dipilih karena mengandung protein lebih tinggi dibanding kelapa tua. Kemudian dicampur dengan susu sapi segar dengan starter bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus. "Sebelum digunakan, peralatan harus steril," kata Aprilia.
Proses sterilisasi alat menjadi penting. Jika alat tak steril, proses fermentasi akan mempengaruhi kualitas yoghurt yang dihasilkan. Selain itu, berfungsi menghilangkan bakteri jahat yang berbahaya bagi kesehatan. Yoghurt berbahan kelapa muda juga baik bagi kesehatan karena kelapa bersifat antibakteri dan antivirus, yang berperan mengendalikan kolesterol jahat dalam darah dan kesehatan jantung.
"Rasanya segar, khas kelapa muda," ujarnya. Kini, warga setempat tengah dilatih mengemas yoghurt dan memasarkannya untuk skala usaha rumah tangga. Dalam uji coba pemasaran keliling desa, respons masyarakat cukup bagus. Yoghurt kemasan botol 250 mililiter dijual seharga Rp 6.000, sedangkan yang berbentuk es lilin seharga Rp 1.000. "Tengah dijajaki dipasarkan ke toko oleh-oleh," ucapnya.
EKO WIDIANTO