TEMPO.CO, Bandung - Seorang lulusan muda dari Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung 2015, Alvin Raditya Tanto, berhasil membuat mesin cetak benda tiga dimensi. Alat yang bisa dijinjing itu bisa menghasilkan benda-benda miniatur, suvenir, hingga maket arsitek. Mayoritasnya komponennya berasal dari pasar lokal.
Mesin cetak benda tiga dimensi itu didemonstrasikan pertama kali di acara seminar CEO Summit on Innovation oleh Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB di Aula Barat, Senin, 23 Agustus 2016. Benda yang dibuat berupa bearing, komponen untuk bantalan gerakan rotasi pada mesin-mesin industri yang berkecepatan tinggi, juga untuk kendaraan bermotor.
Dari pantauan Tempo, proses pembuatan bearing berbahan plastik atau polimer jenis khusus berwarna putih pada alat itu dilakukan secara berlapis. Perlu waktu berjam-jam pembuatannya. “Kami bekerja sama dengan sebuah perusahaan Jerman untuk pengembangan bearing tanpa bola-bola di dalamnya. Material khusus racikan mereka,” kata Alvin kepada Tempo, Selasa, 23 Agustus 2016.
Mesin bernama 3D Print ID Max tersebut berukuran panjang 60, lebar dan tinggi masing-masing 40 sentimeter. Ruang untuk pencetakan bendanya panjang 30, lebar 25, dan tinggi 20 sentimeter. Setrumnya di awal pemasangan alat berdaya 300 watt dan akan berkurang ketika mesin mulai mencetak.
Di dalam ruang cetakan yang hanya tertutup di bagian atas dan sampingnya itu, ada mesin dalam kotak kecil yang bergerak-gerak dengan pipa kecil di bagian bawahnya. Pipa seperti jarum berlubang berdiameter 0,4 milimeter itu mengalirkan plastik cair hasil pemanasan di kotak mesin. Gerakan berlapis alat itu lama-lama menyusun sebuah benda sesuai hasil rancangan gambar. “Untuk benda yang lebih detil pakai yang ukuran 0,2 milimeter, waktu pembuatannya lebih lama lagi,” kata Alvin.
Menurut rekan tim usahanya, Zeus Abdiwijaya, mesin cetak itu memakai tiga bahan plastik, yaitu jenis PolyLactic Acid (PLA) berbahan campuran jagung yang limbahnya bisa terurai, Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), dan Polythylene Terepthalate Glycol (PeTG). Mesin cetak benda tiga dimensi itu merupakan hasil pengembangan karya lain tim Alvin sebelumnya, yakni kaki buatan bersama tim mahasiswa dan dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB.
Selain untuk dijual seharga Rp 12 juta, mesin cetak itu mereka pakai untuk melayani perancangan gambar hingga produksi benda-benda miniatur, karya seni, dan maket arsitektur.
ANWAR SISWADI