TEMPO.CO, New York - Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 30 Juni 2017 sebagai Hari Asteroid Internasional. PBB memilih tanggal tersebut karena pada 30 Juni 1908 asteroid Tunguska secara masif menghancurkan lebih dari 1.239,19 kilometer persegi lahan di Siberia. Ledakan 108 tahun lalu itu menghancurkan jutaan pohon.
Lembaga internasional itu mengatakan poin penting penetapan Hari Asteroid Internasional adalah untuk meningkatkan kesadaran publik tentang bahaya asteroid. ”Tujuan besarnya adalah untuk memastikan kita semua tak akan binasa akibat dampak dahsyat dari batu angkasa tersebut,” kata PBB dalam pernyataannya.
Lembaga antariksa Amerika Serikat, NASA, memimpin pelacakan obyek yang bisa menabrak bumi sambil menyelidiki cara jika ancaman tersebut terdeteksi. Program ini bagian dari Near Earth Object Program yang diluncurkan pada akhir Oktober lalu. Mereka sekarang tengah melacak lebih dari 15 ribu asteroid yang terdekat dengan bumi.
Pada 7 September 2016, sebuah asteroid berukuran 7-15 meter melintasi bumi dengan jarak sekitar 40 ribu kilometer di atas Kutub Selatan. Jarak ini jauh lebih dekat dibanding jarak rata-rata bumi dan bulan yang sekitar 384 ribu kilometer. Asteroid ini baru ditemukan dua hari sebelumnya oleh NASA.
Salah satu rencana masa depan NASA adalah bisa mengambil asteroid besar dan membawanya ke orbit Lunar. Upaya ini dilakukan sebagai pengembangan teknologi untuk melindungi bumi dari bahaya ruang angkasa.
Sebenarnya Hari Asteroid Internasional sudah digagas sejak dulu, bahkan sebelum PBB diakui sebagai organisasi internasional. Salah satu penggagasnya adalah Brian May, gitaris Queen yang merupakan doktor astrofisika.
"Kami sangat bangga PBB telah menetapkan dan mengakui Hari Asteroid Internasional untuk meningkatkan kesadaran tentang ancaman asteroid,” kata May. Ia mengatakan momentum ini juga menjadi kesempatan untuk seluruh umat manusia bersatu untuk sebuah tujuan, yakni melindungi bumi dari dampak asteroid.
FOXNEWS | TRI ARTINING PUTRI