TEMPO.CO, Selandia Baru - Udang raksasa, atau ilmuwan menyebutnya “Supergiant Crustacea”, ditemukan di Palung Kermadec, perairan Selandia Baru, di kedalaman 7 kilometer pada Kamis, 2 Februari 2012. Hewan yang masuk tipe Amphipod, jenis udang-udangan atau crustacea yang hidup tanpa karapas, itu memiliki panjang 34 sentimeter atau 10 kali lebih besar dibandingkan udang pada umumya yang memiliki panjang 2-3 sentimeter.
Alam Jamieson, dari Laboratorium Kelautan di University of Aberdeen, menjelaskan temuan ini. "Udang ini hampir menyerupai kecoa yang berkaki panjang,” katanya. "Saya berpikir sejenak, hewan apa itu? Amphipod ini jauh lebih besar dari yang pernah saya perkirakan."
Hewan langka itu ditemukan dengan menggunakan sebuah logam perangkap yang dilengkapi kamera berlapis kaca safir untuk melindungi dari arus laut dalam. Dalam penjelajahan bawah laut, tim ilmuwan University of Aberdeen, Skotlandia, dan National Institute of Water and Atmospheric Research (Niwa), Selandia Baru, berhasil membuat tujuh spesimen masuk ke perangkap logam itu, sementara sembilan lainnya hanya tertangkap kamera .
Kemudian spesimen terbesar dibawa ke kapal untuk diukur. Hasil tangkapan kamera menunjukkan hewan itu memiliki panjang 34 sentimeter, namun ketika diukur ulang, panjangnya 28 sentimeter.
Amphipoda biasanya hidup di wilayah laut dalam seperti palung, lembah, dan dasar laut. Hewan ini juga mampu hidup hingga kedalaman 11 kilometer atau hampir mencapai dasar laut. Hewan-hewan kecil dengan pergerakan aktif biasa ditemukan di laut dalam yang tekanan arusnya dapat mencapai ribuan kali lebih kuat dibanding permukaan laut. Mereka umumnya berukuran 2-3 sentimeter. Kebanyakan ditemukan di wilayah Antartika.
Nama Supergiant awalnya diberikan saat penemuan spesimen serupa pada 1980 di pantai Hawai. Saat itu udang yang ditemukan ukurannya 10 sentimeter. Dr Ashley Roden dari Niwa berkata, “Semakin Anda mencarinya, maka Anda akan semakin menemukannya”. “Bagi hewan sebesar itu, dengan jarak waktu penemuan yang sangat lama, menunjukkan banyaknya spesimen di laut Selandia Baru yang tidak kita ketahui,” ujar Roden.
Ilmuwan dikejutkan dengan banyaknya penemuan bawah laut. Hal tersebut memberikan pemahaman baru bahwa laut dalam yang selama ini disebut sebagai tempat yang dingin, gelap, dan memiliki tekanan yang tinggi, di dalamnya terdapat keanekaragaman makhluk hidup. Selain Amphipod, mereka juga menemukan jenis hewan lainnya bernama Isopod yang disebut “Snailfish”, yang hidup di kedalaman 7,7 kilometer.
BBC | SATWIKA MOVEMENTI
Berita terkait
JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan
28 Agustus 2019
JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.
Baca SelengkapnyaKaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat
28 Desember 2017
Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.
Baca SelengkapnyaJokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal
28 September 2017
Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten
19 September 2017
Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten
Baca SelengkapnyaMahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu
15 Agustus 2017
Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan
26 Juni 2017
Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.
Baca SelengkapnyaMahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang
19 Juni 2017
Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.
Baca SelengkapnyaMahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih
6 Juni 2017
Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.
Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya
29 Maret 2017
Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.
Baca SelengkapnyaPotensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui
7 Maret 2017
Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .
Baca Selengkapnya