TEMPO.CO, Malang - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berhasil menemukan sembilan spesies baru jenis anggrek dari 2009 sampai sekarang. Menurut Destario Metusala, Peneliti Kebun Raya Purwodadi, dari sembilan jenis baru anggrek, delapan jenis merupakan tanaman endemik Indonesia. Satu jenis lagi dari Gunung Kinabalu di Sabah, Malaysia. Anggrek-anggrek itu didokumentasikan oleh Kebun Raya Purwodadi, kebun raya di Kabupaten Pasuruan yang bernaung di bawah LIPI Bidang Ilmu Pengetahuan Alam.
Anggrek kesembilan yang ditemukan LIPI adalah anggrek bernama ilmiah Malleola inflata Metusala & P.O.Byrne. Anggrek ini hasil observasi rutin bertahun-tahun terhadap koleksi anggrek yang didapat dari pedalaman Kalimantan Barat pada 2006 oleh tim eksplosari Kebun Raya Purwodadi. Penemuan anggrek Malleola inflata sudah dipublikasikan di jurnal internasional Malesian Orchid Volume 11 yang terbit pada akhir Februari lalu.
Namun, lokasi penemuan anggrek sengaja tidak disebutkan. "Demi kepentingan konservasi, maka lokasi penemuannya kami rahasiakan," kata Destario kepada Tempo, Jumat, 1 Maret 2013. Destario peneliti spesialis botani, agronomi, dan taksonomi anggrek.
Sebelumnya, pada Juli 2012, LIPI mengumumkan penemuan anggrek mini dari Kalimantan Barat bernama ilmiah Dendrobium mucrovaginatum Metusala & J.J. Wood. Dendrobium mucrovaginatum merupakan jenis anggrek dataran rendah yang rajin berbunga sepanjang tahun dan sangat potensial disilangkan untuk mendapatkan anggrek komersial. Spesies anggrek ini sangat digemari kolektor karena ukurannya yang mini menghemat tempat.
Peneliti muda lulusan Jurusan Agronomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta itu merinci, pada 2009 LIPI menemukan Dendrobium floresianum Metusala & P.O Byrne dari Flores, Nusa Tenggara Timur, serta Dipodium brevilabium Metusala & P.O Byrne dari Papua.
Pada 2010 ditemukan tiga spesies baru anggrek dari Pulau Kalimantan, yakni Dendrobium kelamense Metusala, P.O Byrne & J.J. Wood; Dendrobium dianae Metusala, P.O Byrne & J.J. Wood, serta Dendrobium flos-wanua Metusala, P.O'Byrne & J.J.Wood.
Lalu, pada 2012, ditemukan Vanda frankieana Metusala & P.O Byrne dan Dendrobium mucrovaginatum. Di tahun yang sama, ditemukan satu jenis anggrek Gunung Kinabalu, yakni Cleisocentron kinabaluense Metusala & J.J.Wood. Ephitet atau julukan 'kinabaluense' menandakan lokasi asal spesimen anggrek itu. Cleisocentron kinabaluense ditemukan lebih dulu dari Dendrobium mucrovaginatum.
"Penemuan kesembilan jenis anggrek itu tentunya akan semakin meningkatkan scientific value dari koleksi Kebun Raya Purwodadi sekaligus menambah panjang daftar diversitas flora yang dimiliki Indonesia," ujar Rio, panggilan akrab peneliti berusia 30 tahun itu.
Ia menjelaskan, Pulau Kalimantan menjadi salah satu kawasan yang menyimpan banyak misteri pengetahuan, terutama pengetahuan keanekaragaman hayati. Perkembangan taksonomi anggrek selama ini telah mencatat lebih dari 1.800 nama taksa yang berasal dari Kalimantan. Jenis-jenis baru yang hampir setiap tahun muncul dari belantara Kalimantan mengindikasikan bahwa belantara pedalaman Kalimantan masih menyimpan kekayaan hayati yang belum dikenal oleh khalayak ilmuan dunia.
Ironisnya, kekayaan melimpah itu terancam oleh laju degradasi hutan akibat kegiatan pembukaan perkebunan dan pertambangan. Kegiatan ini menyulitkan riset eksplorasi dan inventarisasi diversitas tumbuhan di Kalimantan.
ABDI PURMONO
Berita terpopuler lainnya:
Beredar Dokumen Soal Dana Hambalang untuk Ibas
Marzuki Alie: Anas Ngotot Masukkan Nazar ke Partai
Ibas Terima Uang Hambalang? Hatta Rajasa: Fitnah
Bisnis Mahdiana, Istri Kedua Djoko Susilo
KPK: Silahkan Lapor Data Ibas
Nikah Kedua, KUA Mencatat Djoko Susilo 'Single'
Berita terkait
Mengenal 6 Jenis Edelweiss, Bunga Abadi yang Tumbuh Sepuluh Tahun Sekali
26 September 2023
Edelweiss sering disebut sebagai bunga abadi karena memiliki waktu tumbuh yang lama, yaitu sekitar sepuluh tahun. Oleh karena itu, banyak yang menyebut Edelweiss sebagai bunga abadi. Lalu, apa saja jenis-jenis Edelweiss?
Baca SelengkapnyaLIPI Genap 56 Tahun: Lembaga Ilmu Pengetahuan yang Telah Dilebur ke BRIN
23 Agustus 2023
Awal pembentukan LIPI pada 1967 dimulai dengan peleburan lembaga-lembaga ilmiah yang lebih dulu didirikan.
Baca SelengkapnyaMengenal Anggrek Kantung, Tumbuhan Langka di Kebun Raya Bali
10 Februari 2022
Anggrek Kantung jenis Paphiopedilum Javanicum merupakan flora yang tumbuh alami di Kebun Raya Bali. Tumbuhan langka ini mendapat perhatian BRIN.
Baca SelengkapnyaKebun Raya Purwodadi Buka Lagi, Kendaraan Dilarang Masuk
27 Juli 2020
Selain Kebun Raya Purwodadi, LIPI telah membuka kembali Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan Kebun Raya Eka Karya Bali.
Baca SelengkapnyaAnggrek Langka Mekar Setelah 118 Tahun Lamanya
5 Juli 2020
Anggrek langka spesies Eulophia obtusa kembali ditemukan sedang mekar di area konservasi harimau di Dudhwa, India setelah 118 tahun lamanya.
Baca SelengkapnyaTips Cegah Kontaminasi Bakteri Listeria pada Jamur Enoki
29 Juni 2020
Peneliti LIPI mengatakan pengolahan dan penyimpanan yang baik dapat mencegah kontaminasi bakteri Listeria monocytogenes di jamur enoki.
Baca SelengkapnyaMenristek: Akhir Mei, 50 Ribu Alat Tes PCR Lokal Diproduksi
5 Mei 2020
Bambang Brodjonegoro mengatakan alat pendeteksi Virus Corona alias COVID-19 baik berbasis PCR maupun non-PCR tengah dikembangkan di dalam negeri.
Baca SelengkapnyaLIPI Tunggu Sikap Pemerintah Terhadap Lembaga Riset dan BRIN
18 Oktober 2019
LIPI akan mengikuti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah karena tentang pembentukan BRIN
Baca SelengkapnyaReorganisasi Internal, Kepala LIPI: Sudah Disetujui Kemenpan-RB
31 Januari 2019
Menurut Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko, reorganisasi internal sudah disetujui Kemenpan-RB.
Baca Selengkapnya2 Dekade COREMAP, Ini Pencapaian LIPI di Ekosistem Pesisir
10 Desember 2018
Sejak tahun 1998, LIPI terlibat dalam kegiatan COREMAP.
Baca Selengkapnya