Es Kian Meleleh, Puncak Everest Terlihat Jelas

Reporter

Kamis, 16 Mei 2013 05:46 WIB

Insiden ini terjadi Sabtu lalu saat rombongan pendaki itu berada di Camp 2 gunung Everest. Saat ini pihak berwenang sedang berusaha menyelidiki insiden ini. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Meksiko- Pemanasan iklim saat ini tengah melelehkan gletser Gunung Everest, menyusutkan 'jubah beku' puncak tertinggi di bumi ini sebesar 13 persen dalam 50 tahun terakhir sebagaiman yang telah ditemukan peneliti. Menurut Sudeep Thakuri, pemimpin penelitian dari University of Milan, batu-batu dan puing-puing alami yang sebelumnya tertutup oleh salju, sekarang muncul sebagai garis salju yang telah berkurang sepanjang 590 kaki.

Analisa puncak tertinggi tersebut telah disampaikan dalam suatu pertemuan Selasa lalu di American Geophysical, Cancun, Meksiko.Para peneliti percaya perubahan yang tengah terjadi disebabkan oleh efek rumah kaca yang dihasilkan manusia yang turut mengubah iklim global meskipun kepercayaan mereka ini belum didukung dengan dasar yang kuat.

Tim peneliti merekonstruksi sejarah glasial wilayah Gunung Everest dan sekitar 713 mil persegi taman Sagarmatha National dengan menggunakan citra satelit dan peta topografi Everest. Analisis statistik mereka menunjukkan bahwa sebagian besar gletser di taman nasional tengah menyusut pada tingkat yang semakin tinggi. Gletser kecil kurang dari satu kilometer persegi atau sekitar 247 hektar menghilang dengan sangat cepat, tercatat sebesar 43 persen terjadi penurunan di daerah permukaan sejak tahun 1960-an.

Suhu rata-rata telah meningkat sekitar 1 derajat Fahrenheit sejak tahun 1992. Berdasarkan data dari stasiun pengamatan iklim dan Departemen Hidrologi dan Meteorologi Nepal ditemukan curah hujan yang semakin menurun selama bulan-bulan pra-musim dan musim dingin sejak tahun 1992.

"Gletser Himalayan dan selubung es dianggap sebagai tangki air Asia karena menyimpan dan memasok hilir air selama musim kemarau," kataThakuri. "Penduduk bagian hilir berrgantung pada lelehan es untuk pertanian, minum dan kegiatan produksi lainnya."

Topik mencairnya gletser di Himalaya telah menjadi kontroversi. Laporan awal Intergovernmental Panel on Climate Change memprediksi gletser di wilayah itu akan menghilang pada 2035. Analisis berikutnya oleh misi satelit Gravity Recovery and Climate Experiment (GRACE) menunjukkan bahwa pencairan berada pada tingkat sepersepuluh dan beberapa wilayah berpotensi meningkat terutama di dataran tinggi Tibet.

Bagaimanapun, penelitian yang dipublikasikan tahun lalu tersebut menunjukkan bahwa gletser telah berkurang selama periode 30 tahun di dataran tinggi Tibet. Hal ini juga menunjukkan bahwa daerah-daerah yang bergantung pada salju selama musim hujan sangat rentan terhadap kenaikan suhu meskipun dalam skala kecil.
Dataran tinggi menjadi perhatian karena merupakan sumber utama air minum dan irigasi untuk lebih dari 1 miliar orang di Asia.

LATIMES | HOSPITA YS

Topik Terhangat
PKS Vs KPK | Edsus FANS BOLA | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh


Baca juga:

Minum Teh Panas Bareng Vitalia Sesha

Vitalia Sesha Berkisah tentang Rumah Tangganya

KPK Tangkap Tangan Penyidik Pajak

Fathanah Dikabarkan Simpan Istri di Bekasi

Berita terkait

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

8 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

9 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

13 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

14 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

15 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

16 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

17 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

24 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

28 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

28 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya