Para peneliti telah mendengar lantunan suara aneh dari hewan mamalia ini selama 20 tahun lebih. Namun, hingga kini, tidak ada satu pun yang pernah melihat wujudnya. Dan, yang membuat pilu, tidak ada paus lain yang merespon suaranya. Ia terdengar sendirian dan kesepian.
“Sulit untuk melacak sinyal konsisten di laut tanpa melihat wujud si pembuat sinyal,” ujar Mary-Ann Daher seperti dikutip situs Discovery News, Senin, 15 Juli 2013. “Bisa saja itu ternyata suara dari lebih dari seekor hewan di frekuensi yang sama sehingga akan sulit menentukan ada berapa sesungguhnya si pembuat suara. Namun, paus ini berbeda. Ia selalu menyuarakan sinyal 52 Hz. Sinyal yang terlalu tinggi bagi paus. Ia melakukannya begitu sering,” tuturnya lagi. Atas dasar itulah, para peneliti yakin bahwa sinyal itu hanya milik seekor hewan.
Karena hanya suara yang terdeteksi, peneliti pun belum mengetahui jenis paus ini. Namun, peneliti yakin, dari suaranya, paus ini adalah paus yang sehat. Ia telah hidup berpuluh-puluh tahun. Paus ini menyanyi dan mengembara seorang diri.
Suara paus ini pertama kali terdengar pada tahun 1980-an. Kala itu, Angkatan Laut AS tengah mencari sinyal kapal selam di Laut Pasifik. Saat itulah, suara paus mulai terekam. Hingga pada tahun 1989, Dr. William Watkins dari Woods Hole Oceanographic Institution mulai mengidentifikasikan suara si paus. Hingga saat ini, suara paus masih berkumandang. Malahan hingga saat ini wujudnya belum terpandang. Sayang, Dr. Watkins harus menyerah pada penyakit kanker yang dideritanya. Walau di akhir usia ia tak mampu menemukan si paus, kini pencarian paus akan dilakukan oleh asistennya, Daher.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.