Model memperlihatkan ponsel pintar terbaru dari Blackberry, Z10, dalam acara peluncuran di Jakarta, Senin (4/3). Blackberry Z10 merupakan ponsel pintar layar sentuh yang didukung oleh platform sistem operasi Blackberry 10. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta - Tahun ini merupakan tahun yang amat berat untuk BlackBerry. Jumat lalu, perusahaan mengumumkan kerugian sebesar US$ 4 miliar atau sekitar Rp 53 triliun. Setelah kabar itu tersebar, CEO BlackBerry John Chen menuliskan surat untuk karyawannya tentang apa yang sebenarnya dialami perusahaan.
Dalam surat itu, Chen menyebutkan, penjualan BlackBerry 10 yang tidak berkembang adalah salah satu alasan perusahaan mengalami kerugian yang begitu besar. Chen menyebutkan angka US$ 2,7 miliar atau Rp 32 triliun untuk kerugian yang didapat pada kuartal ketiga dari penjualan produk BlackBerry 10 yang tidak berjalan baik.
Selain menuliskan kabar "duka", Chen juga mengungkapkan bahwa kemitraan yang dijalin dengan Foxconn adalah cahaya terang bagi perusahaan. Chen menjelaskan, kerja sama itu akan dimanfaatkan untuk membuat desain iconic, keamanan kelas dunia, pengembangan software, dan manajemen mobilitas perusahaan yang lebih baik.
Situs Phone Arena menuliskan, BlackBerry kabarnya memiliki simpanan sebesar US$ 3,2 miliar untuk investasi strategis bagi situasi seperti ini. Kabarnya, perusahaan juga memiliki kekuatan baru, selain Chen, untuk membangkitkan kembali kesuksesan perusahaan yang semakin meredup.