Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Gempa Sumba, Gunung Anak Krakatau

Selasa, 2 Oktober 2018 16:00 WIB

Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis, 19 Juli 2018. Untuk gempa vulkanik dangkal tercatat 38 kali dengan amplitudo 3-30 mm dan durasi 5-15 detik. Lalu gempa vulkanik dua kali dengan amplitudo 29-30 mm, S-P 1-1,5 detik, dan durasi 10-20 detik. ANTARA FOTO/Elshinta

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dengan kabar gempa Sumba, likuifaksi di Palu, dan Gunung Anak Krakatau. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG melaporkan dua gempa bumi berurutan telah terjadi di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa pagi, 2 Oktober 2018.

Baca juga: Ini Penyebab Rentetan Gempa Sumba

Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkap sejumlah laporan kerusakan akibat gempa bumi Palu bermanitudo 7,4 yang beragam mulai dari tsunami, longsor, likuifaksi, hingga semburan lumpur. Tsunami dilaporkan terjadi, karena dipicu gempa yang diduga berkaitan dengan zona sesar Palu-Koro dengan mekanisme pergerakannya bergeser.

Juga ada kabar soal Gunung Anak Krakatau yang sudah mulai memasuki tahapan akhir dalam tahapan erupsi lengkapnya tahun ini. Hal itu dilihat berdasarkan letusan per 30 September 2018, erupsi yang terjadi hanya berupa kolom abu vulkanik beberapa puluh meter.

Baca juga: Gempa Sumba: Warga Dua Kampung Mengungsi karena Isu Tsunami

Advertising
Advertising

Topik gempa Sumba, tsunami Palu, letusan Anak Krakatau paling banyak menyedot perhatian pembaca di kanal Tekno. Berikut selengkapnya tiga berita hari ini yang terpopuler di kanal Tekno:

1. Gempa 6,3 M dan 5,3 M Guncang Sumba Timur

Rentetan gempa melanda Sumba Timur, 2 Oktober 2018. Kredit:, BMKG

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan dua gempa bumi berurutan telah terjadi di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Selasa pagi, 2 Oktober 2018.

Gempa terbaru terjadi di lokasi 66 kilometer barat daya Sumba Timur. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Pusat gempa berada dalam kedalaman 10 kilometer atau termasuk gempa dangkal. "Gempa Mag:6.3, 02-Oct-18 07:16:44 WIB, Lok:10.57 LS,120.22 BT (66 km BaratDaya SUMBATIMUR-NTT), Kedlmn:10 Km, tdk berpotensi tsunami," tulis BMKG dalam akun twitter-nya.

Baca selengkapnya: Gempa 6,3 M dan 5,3 M Guncang Sumba Timur

2. Dampak Kerusakan Gempa di Palu: Tsunami hingga Likuifaksi

Fenomena likuifaksi yang terjadi saat gempa di Palu. twitter.com/sutopo_pn

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkap sejumlah laporan kerusakan akibat gempa bumi Palu bermanitudo 7,4 yang beragam mulai dari tsunami, longsor, likuifaksi, hingga semburan lumpur. "Utamanya terjadi di Palu dan Donggala. Tim kami akan mendata itu karena sepertinya cukup luas wilayahnya," kata Kepala PPVMBG Kasbani saat dihubungi Tempo, Senin, 1 Oktober 2018.

Kasbani mengatakan, tsunami misalnya dilaporkan terjadi, kendati pemicu gempa tersebut diduga terjadi berkaitan dengan zona sesar Palu-Koro dengan mekanisme pergerakannya bergeser. "Karena ini daerah teluk (dengan kontur kedalaman) terjal, kemungkinan bisa saja terjadi longsoran bawah laut. Bisa saja dari tebing laut yang runtuh," kata dia.

Laporan kerusakan selanjutnya berupa gerakan tanah diantaranya longsor. "Kalau longsor terjadi di mana-mana. Seperti di jalan di antara Palu dan Poso, banyak terjadi longsor di situ," kata Kasbani.

Baca selengkapnya: Dampak Kerusakan Gempa di Palu: Tsunami hingga Likuifaksi

3. Letusan Gunung Anak Krakatau Masuki Tahap Akhir

Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis, 19 Juli 2018. Untuk gempa vulkanik dangkal tercatat 38 kali dengan amplitudo 3-30 mm dan durasi 5-15 detik. Lalu gempa vulkanik dua kali dengan amplitudo 29-30 mm, S-P 1-1,5 detik, dan durasi 10-20 detik. ANTARA FOTO/Elshinta

Vulkanolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Mirzam Abdurrachman, mengatakan Gunung Anak Krakatau sepertinya sudah mulai memasuki tahapan akhir dalam tahapan erupsi lengkapnya tahun ini. Berdasarkan letusan per 30 September 2018, erupsi yang terjadi hanya berupa kolom abu vulkanik beberapa puluh meter.

"Meskipun sesekali masih terlihat warna merah dari material lava yang muncul ke permukaan," ujarnya, Senin, 1 Oktober 2018. Menurut pengamat dan peneliti dari Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu, pola letusan gunung api Anak Krakatau makin teratur sejak 2008.

Letusan eksplosif dan efusif, yang mengalirkan lelehan lava, datang silih berganti setiap dua tahun sekali. Pola yang konstan ini terus berlangsung hingga 2018. "Meskipun sempat mengeluarkan lava pada Februari 2017. Sebelumnya tidak," kata Mirzam.

Baca selengkapnya: Letusan Gunung Anak Krakatau Masuki Tahap Akhir

Selain kabar tentang gempa Sumba, likuifaksi saat tsunami Palu, dan letusan Gunung Anak Krakatau, Anda bisa membaca berita hari ini lainnya hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Berita terkait

Top 3 Tekno: Gempa Mengguncang Kuat Sumedang, Prakiraan Cuaca BMKG, World Water Forum Bali

3 jam lalu

Top 3 Tekno: Gempa Mengguncang Kuat Sumedang, Prakiraan Cuaca BMKG, World Water Forum Bali

Topik tentang gempa tektonik bermagnitudo 3,5 mengguncang kuat wilayah Sumedang menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Gempa Mengguncang Kuat Sumedang, Sumber Dekat Gempa Merusak 2023

1 hari lalu

Gempa Mengguncang Kuat Sumedang, Sumber Dekat Gempa Merusak 2023

Gempa dirasakan di wilayah Sumedang utara dan selatan dengan skala intensitas gempa III - IV MMI.

Baca Selengkapnya

Ledakan di Tambang Emas Bikin Wisatawan Pulau Merah Berhamburan, Begini Respons Pemkab Banyuwangi

2 hari lalu

Ledakan di Tambang Emas Bikin Wisatawan Pulau Merah Berhamburan, Begini Respons Pemkab Banyuwangi

Peledakan di lokasi tambang emas dikabarkan menimbulkan getaran hingga lokasi wisata Pulau Merah, Rabu siang, 15 Mei 2024. Ada bau menyengat.

Baca Selengkapnya

Gempa Terkini Getarkan Cianjur, Lagi-lagi Aktivitas Sesar Cugenang

3 hari lalu

Gempa Terkini Getarkan Cianjur, Lagi-lagi Aktivitas Sesar Cugenang

Warga Cianjur kembali merasakan gempa pada Rabu malam, 15 Mei 2024, pada pukul 20.06 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika atau BMKG mencatat kekuatan gempanya bermagnitudo 3,0.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 5,4 di Kepulauan Seribu, Dampak Pergerakan Intraslab Lempeng Indo-Australia

3 hari lalu

Gempa Magnitudo 5,4 di Kepulauan Seribu, Dampak Pergerakan Intraslab Lempeng Indo-Australia

TEMPO, Jakarta- Pada Rabu 15 Mei 2024 pukul 16.42.56 WIB wilayah Kepulauan Seribu, diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M5,4

Baca Selengkapnya

Gempa di Laut Guncang Kepulauan Seribu, Guncangan Skala III-IV Terasa hingga Tangerang

3 hari lalu

Gempa di Laut Guncang Kepulauan Seribu, Guncangan Skala III-IV Terasa hingga Tangerang

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas dalam lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya

Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

3 hari lalu

Apa Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Sumatera Barat?

BMKG menyebut hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat merupakan pemicu banjir bandang, banjir lahar hujan, dan longsor di Sumbar.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

4 hari lalu

Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitarnya, Warga Berhamburan Keluar Rumah

Gempa berkekuatan 5,5 Magnitudo selama kurang dari 10 detik menggoyang wilayah Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

5 hari lalu

Top 3 Tekno: Lonjakan UKT di UGM, Gempa di Bolaang Mongondow, dan Peringatan Dini Gelombang Laut

Kekhawatiran BEM Keluarga Mahasiswa UGM mengenai lonjakan UKT menjadi artikel terpopuler Top 3 Tekno Berita Terkini, Selasa, 14 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

5 hari lalu

Gempa Tektonik M5,1 di Laut Flores, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya deformasi batuan dalam slab Lempeng Indo-Australia.

Baca Selengkapnya