Vulkanolog ITB Soal Anak Gunung Krakatau dan Tsunami Selat Sunda

Minggu, 23 Desember 2018 19:49 WIB

Kondisi Gunung Anak Krakatau lewat udara yang terus mengalami erupsi pada Ahad, 23 Desember 2018. Pada Sabtu, 22 Desember 2018, secara visual teramati letusan dengan tinggi asap berkisar 300 sampai 1.500 meter di atas puncak kawah. TEMPO/Syafiul Hadi

TEMPO.CO, Bandung - Volkanolog ITB (Institut Teknologi Bandung) Mirzam Abdurrachman memberikan penjelasan tentang bencana tsunami Selat Sunda. Gelombang tinggi yang menerjang wilayah pesisir Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan pada Sabtu malam, 22 Desember 2018, ini menimbulkan korban jiwa dan ribuan rumah penduduk rusak.

Baca: Tsunami Selat Sunda Diduga Akibat Erupsi Anak Gunung Krakatau

Mirzam dalam siaran pers Humas ITB mengatakan, gelombang tsunami yang mencapai garis pantai tanpa didahului oleh adanya gempa atau surutnya muka laut menimbulkan banyak pertanyaan. "Apakah gempa tektonik, pasang purnama, letusan anak Krakatau atau bahkan tumbukan meteor di tempat tertentu," kata Mirzam, Minggu, 23 Desember 2018.

Menurut Mirzam, aktivitas Anak Gunung Krakatau terus menggeliat akhir-akhir ini, lebih dari 400 letusan kecil dalam beberapa bulan terakhir. Letusan besar terjadi pada Sabtu, 22 Desember 2018 pukul 18.00 dan terus berlanjut hingga Minggu pagi. Letusannya terdengar hingga Pulau Sebesi yang berjarak lebih dari 10 kilometer arah timur laut, seperti di laporkan tim patroli.

"Suatu gunung yang terletak di tengah laut seperti Anak Gunung Krakatau atau yang berada di pinggir pantai, sewaktu-waktu sangat berpotensi menghasilkan volcanogenic tsunami," kata Mirzam.

Volcanogenis tsunami, menurut Mirzam, bisa terbentuk karena perubahan volume laut secara tiba-tiba akibat letusan gunung api. Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadinya volcanogenic tsunami.

Pertama kolapsnya kolom air akibat letusan gunung api yang berada di laut. Mudahnya seperti meletuskan balon pelampung di dalam kolam yang menyebabkan riak air di sekitarnya.

Advertising
Advertising

Kedua, Mirzam melanjutkan, pembentukan kaldera akibat letusan besar gunung api di laut menyebabkan perubahan kesetimbangan volume air secara tiba-tiba. "Menekan gayung mandi ke bak mandi kemudian membalikkannya adalah analogi pembentukan kaldera gunung api di laut".

Mirzam mengatakan, mekanisme satu dan dua pernah terjadi pada letusan Krakatau, tepatnya 26-27 Agustus 1883. Tsunami tipe ini seperti tsunami pada umumnya, yang didahului oleh turunnya muka laut sebelum gelombang tsunami yang tinggi masuk ke daratan.

Ketiga, kata Mirzam, longsor dan material gunung api yang longsor bisa menyebabkan memicu perubahan volume air di sekitarnya. Menurut dia, tsunami tipe ini pernah terjadi di Mt Unzen Jepang 1972, yang mengakibatkan korban saat itu hingga mencapai 15 ribu orang. Pada saat itu bersamaan dengan terjadinya gelombang pasang.

Keempat, kata Mirzam, adalah aliran piroklastik atau orang terkadang menyebutnya wedus gembel yang turun menuruni lereng dengan kecepatan tinggi saat letusan terjadi. Ini bisa mendorong muka air jika gunung tersebut berada di atau dekat pantai.

"Tsunami tipe ini pernah terjadi saat Mt Pelee, Martinique meletus pada 8 Mei 1902. Saat aliran piroklastik Mt Pelle yang meluncur dan menuruni lereng akhirnya sampai ke Teluk Naples, mendorong muka laut dan menghasilkan tsunami," katanya.

Mirzam menambahkan, volcanogenic tsunami akibat longsor atau pun aliran piroklastik umumnya akan menghasilkan tinggi gelombang yang lebih kecil dibandingkan dua penyebab sebelumnya. Namun bisa sangat merusak dan berbahaya karena tidak didahului oleh surutnya muka air laut, seperti yang terjadi di Selat Sunda pada Selasa malam.

Dia menuturkan diperlukan penelitian lebih lanjut guna memastikan penyebab utama tsunami di Selat Sunda. Tsunami ini menerjang datan dan merusak pesisir Pandeglang dan Serang, Banten serta Lampung Selatan.

Seperti Menggreng Ikan
<!--more-->

Pakar tsunami juga dari ITB, Hamzah Latief, mengatakan gelombang tinggi di Selat Sunda dipastikan tsunami. Soal penyebab pastinya, kata dia, ada beberapa faktor, khususnya yang terkait dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau. “Kalau pembentukan tsunami akibat gunung api banyak sekali penyebabnya, ada 12,” kata Hamzah pada Minggu, 23 Desember 2018.

Baca juga: Lihat Lokasi Tsunami, Panglima TNI: Jalan Tak Ada yang Rusak

Menurut Hamzah, faktornya banyak di antaranya guguran lava, longsoran bawah gunung, runtuhan kaldera, perbedaan temperatur panas. Juga ada sebab tsunami lainnya seperti blasting atau ledakan. “Seperti menggoreng ikan ada minyak panas ketemu yang dingin lalu meledak,” ujarnya.

Hanya, kata dia, kondisinya pada kasus tsunami ini terbalik. Air laut yang dingin bertemu dengan lava panas bersuhu 600 derajat Celcius dari muntahan Gunung Anak Krakatau lalu bisa menghasilkan ledakan. Jika volumenya besar sanggup menciptakan tsunami. “Itu efek-efek waterboom seperti ledakan air,” kata Hamzah.

Volume lava yang rontok masuk ke laut bisa dihitung. Jangankan guguran lava, ujarnya, lava besar saja yang bersentuhan dengan air bisa membangkitkan ledakan. Meskipun guguran lava hanya terjadi pada satu sisi gunung, itu sudah bisa menghasilkan gelombang yang menyebar ke segala arah. “Itu kalau air kan merambat ke mana-mana, bisa ke Lampung, atau Carita Anyer.”

Faktor lain yang menguatkan tsunami ke daratan seperti batimetri dan pasang air laut. Kondisi itu bisa menyebabkan modulasi gelombang air laut ketika purnama yang mempertinggi tsunaminya. “Kalau posisi pasangnya lagi tertinggi (modulasi), posisi tempat gelombang menjalar juga lebih tinggi.” Sebaliknya ketika posisi pasangnya rendah, dampak tsunami sedikit dan tidak sampai jauh ke daerah hunian.

Rencananya Hamzah dan peneliti lain akan berangkat ke lokasi kejadian untuk melakukan riset tsunami yang belum diketahui pasti penyebabnya itu.

ANTARA

Berita terkait

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

12 jam lalu

Inovasi Desain Jembatan dari Unej Menang di Singapura, Ungguli UGM, ITS, NTU, dan ITB

Tim mahasiswa Teknik Sipil Universitas Jember (Unej)menangi kompetisi gelaran Nanyang Technological University (NTU) Singapura.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

15 jam lalu

Top 3 Tekno: Kenaikan UKT, Proyek Google untuk Israel, Polusi Udara dan Cina

Berita tentang kenaikan UKT di ITB masih mengisi Top 3 Tekno Berita Terkini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

1 hari lalu

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

Kenaikan UKT bagi mahasiswa angkatan 2024 di ITB memuncaki Top 3 Tekno Tempo hari ini, Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

2 hari lalu

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

ITB menaikkan UKT untuk para mahasiswa angkatan 2024. Kenaikannya berkisar 15 persen dibanding angkatan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

2 hari lalu

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

Nila Armelia Windasari, dosen muda ITB menceritakan pengalamannya meraih gelar doktor di usia 27 tahun.

Baca Selengkapnya

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

3 hari lalu

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

Keberadaan UU Cipta Kerja tidak memberi jaminan dan semakin membuat buruh rentan.

Baca Selengkapnya

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

4 hari lalu

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

Mengatasi peserta yang berpakaian kurang pantas, panitia UTBK SNBT 2024 menyediakan kostum pinjaman, umumnya berupa kemeja dan sepatu.

Baca Selengkapnya

Cara Panitia Pengawas UPI hingga Unpad Cegah Upaya Kecurangan UTBK

5 hari lalu

Cara Panitia Pengawas UPI hingga Unpad Cegah Upaya Kecurangan UTBK

Pusat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) di Bandung menerapkan berbagai macam cara untuk mengantisipasi kecurangan saat UTBK SNBT 2024

Baca Selengkapnya

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

5 hari lalu

Lulus Magister Administrasi Bisnis ITB, Influencer Dokter Tirta Raih Predikat Cumlaude

Bersama lulusan lain, dokter Tirta menghadiri Sidang Terbuka Wisuda Kedua ITB Tahun Akademik 2023/2024 di Gedung Sabuga, ITB.

Baca Selengkapnya

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

5 hari lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya