Tim Peneliti ITB Inisiasi Program Kang Pisman untuk Anak SD

Selasa, 10 Desember 2019 13:38 WIB

Program Kang Pisman. Kredit: Kang Pisman

TEMPO.CO, Jakarta- Tim peneliti dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menginisiasi sebuah program ekspansi dari Kang Pisman yang khusus ditujukan untuk anak-anak siswa sekolah dasar.

Kang Pisman merupakan Gerakan Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan yang mulai digencarkan oleh pemerintah Kota Bandung sejak 2018 yang lalu.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran keputusan siginifikan setiap individu terkait sampah yang dihasilkan.

“Penelitian ini menggunakan metode buku harian sebagai intervensi yang bisa mengubah perilaku anak terkait pembuangan sampah,” ujar Lidia Mayangsari, Dosen SBM ITB, dalam keterangannya, Senin, 9 Desember 2019.

Buku didesain dari hasil kolaborasi beberapa pihak terkait seperti guru sekolah dasar, psikolog anak, dan juga rekanan dosen dari kelompok keahlian Pengambilan Keputusan dan Negosiasi Strategis di SBM ITB.

Hasilnya adalah buku harian dengan tiga fungsi utama, yaitu perekam data sampah yang dihasilkan, kolom survei sebagai refleksi harian, dan juga infografis terkait sampah sebagai sarana edukasi dan motivasi.

Penelitian ini, kata Lidia, mengambil sampel dua ratus siswa sekolah dasar tingkat empat di Kota Bandung. Para siswa menjadi responden penelitian ini selama dua puluh satu hari. Periode ini diyakini sebagai durasi yang tepat untuk memperlihatkan tren kebiasaan dan perubahan perilaku seseorang.

Pelaksanaan kegiatan pengambilan data penelitian terbagi menjadi tiga pertemuan dalam tiga waktu berbeda: pembukaan, intervensi, dan penutup. Pertemuan pembuka bertujuan memberikan wawasan mengenai perjalanan siklus sampah dari mulai pemakaian hingga pendaratan terakhirnya.

“Dalam sesi ini, siswa dihadapkan dengan dua jenis siklus sampah yakni yang sesuai dengan aturan semestinya dan siklus yang sembarangan. Siklus sampah sembarangan dapat merusak lingkungan hingga ke habitat biota samudra yang menurut siswa sangat jauh lokasinya dari jangkauan tempat tinggalnya,” kata Lidia.

Salah satu siswa bernama Rakha memberikan pendapatnya mengenai bahayanya sampah. “Aku ga nyangka dari sampah yang ga sengaja aku buang bisa bunuh penyu dan ikan,” katanya.

Walaupun kesadaran dari konsekuensi membuang sampah sembarangan anak masih rendah, pengetahuan mereka terkait hal praktis sudah mumpuni. Salah satu contohnya ketika materi klasifikasi tipe sampah disampaikan, siswa cukup paham contoh sampah organik dan anorganik walaupun perlu dievaluasi pada bagian definisi bahwa sampah organik adalah yang dihasilkan dari produk berbasis dari makhluk hidup.

“Materi dalam sesi pembuka dikemas secara interaktif, menggunakan video untuk penekanan kesadaran dan permainan interaktif untuk penanaman hal pengelompokan sampah,” tambah Lidia. “Sesi terakhir, penjelasan mengenai buku harian sampah dan bagaimana penggunaannya selama periode penelitian berlangsung.”

Kegiatan intervensi dilakukan bekerja sama dengan guru kelas yang sudah berkoordinasi dengan tim peneliti. Hal ini dilakukan tepat hari ke-11 pelaksanaan penelitian dengan mengevaluasi cara pengisian buku harian anak dan peningkatan motivasi anak dengan tontonan video terkait contoh nyata kontribusi siswa seusia mereka di negara tetangga dalam hal mengurangi konsumsi sampah.

Menurut Lidia, kegiatan ini sangat krusial agar performa dan keikutsertaan siswa tetap stabil dalam periode pelaksanaan penelitian. Buku harian sebagai metode intervensi memerlukan level proaktif yang tinggi dari responden untuk menghasilkan efektivitas yang tinggi. Sementara itu, kegiatan penutup dilakukan dengan dua tujuan utama, evaluasi hasil buku harian dan apresiasi kepada seluruh pihak yang mendukung penelitian.

Pada kegiatan penutupan ini, semua siswa memberikan kesan positif dari kegiatan ini. Beberapa murid juga memberikan komentar mengenai buku hariannya. “Buku hariannya lucu, desainnya bagus, aku jadi bersemangat menjadi pahlawan untuk lingkunganku,” ujar Maemi.

Dan siswa lain berpendapat: “Karena Ibu Lidia bilang ga boleh jajan pakai plastik, aku berusaha untuk selalu membawa kotak makan dari rumah untuk jajan di kantin,” tambah Arka.

Selaras dengan kesan positif siswa, para guru dan kepala sekolah juga merasakan manfaat dari kegiatan ini yang juga linier dengan tema besar salah satu sekolah yang menjadi rekanan penelitian ini, SD Tunas Unggul di Pasir Impun Bandung, yaitu Everyone Can Be a Hero.

“Kita semua bisa menjadi pahlawan. Dalam kegiatan ini, kita bisa memulai menjadi pahlawan dengan cara mengurangi sampah yang dihasilkan, membuang sampah pada tempatnya, dan mendaur ulang sampah. Terima kasih kepada Tim Peneliti ITB yang sudah mengingatkan kami bahwa kita bisa berkontribusi kepada Bumi dari hal yang paling sederhana ini,” ujar Ibu Lilis sebagai Kepala Sekolah.

Advertising
Advertising

Berita terkait

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

5 jam lalu

Kenaikan UKT di ITB dan Temuan Senyawa Penghambat Kanker Mengisi Top 3 Tekno Hari Ini

Kenaikan UKT bagi mahasiswa angkatan 2024 di ITB memuncaki Top 3 Tekno Tempo hari ini, Sabtu, 4 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

21 jam lalu

ITB Naikkan UKT Mahasiswa 2024, Segini Perkiraan Besarannya

ITB menaikkan UKT untuk para mahasiswa angkatan 2024. Kenaikannya berkisar 15 persen dibanding angkatan sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

21 jam lalu

Cerita Dosen Muda ITB, Raih Gelar Doktor di Usia 27 dan Bimbing Tesis Mahasiswa Lebih Tua

Nila Armelia Windasari, dosen muda ITB menceritakan pengalamannya meraih gelar doktor di usia 27 tahun.

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

23 jam lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

1 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

2 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

2 hari lalu

KM ITB Desak Pemerintah Cabut UU Cipta Kerja dan Cegah Eksploitasi Kelas Pekerja

Keberadaan UU Cipta Kerja tidak memberi jaminan dan semakin membuat buruh rentan.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

2 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

3 hari lalu

Agar Peserta Tetap Rapi, Panitia UTBK SNBT 2024 Sediakan Kemeja dan Sepatu Pinjaman

Mengatasi peserta yang berpakaian kurang pantas, panitia UTBK SNBT 2024 menyediakan kostum pinjaman, umumnya berupa kemeja dan sepatu.

Baca Selengkapnya