Lukisan Gua Berumur 44 Ribu Tahun di Maros, Gambarkan Hal Gaib

Jumat, 13 Desember 2019 06:33 WIB

Lukisan gua berumur 44 ribu tahun yang ditemukan di Maros, Sulsel, menggambarkan manusia sedang berburu binatang. (dailymail.co.uk)

TEMPO.CO, Jakarta - Lukisan gua paling awal, yang menunjukkan manusia berburu binatang ditemukan di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan berumur 44 ribu tahun itu, ditemukan di gua Leang Bulu Sipong 4 pada 2017.

Penelitian dilakukan arkeolog dari Universitas Griffith, Australia. Tim ini tiga tahun sebelumnya menemukan salah satu motif seni cadas tertua di dunia, garis merah yang disemprotkan dari tangan manusia yang setidaknya berusia 40.000 tahun.

Mengutip laman Daily Mail, baru-baru ini, lukisan itu berupa binatang buruan mamalia besar seperti babi hutan. Seni gua diciptakan pada zaman Pleistosen Akhir oleh manusia purba. Bukti lukisan gua, yang ditemukan di Eropa berumur sekitar 23.000 tahun.

Profesor Maxime Aubert dan Professor Adam Brumm menggunakan analisis seri Uranium untuk menentukan umur lukisan yang ada di panel dinding cadas selebar 4,5 meter itu.

"Gambar-gambar dari therianthropes di Leang Bulu Sipong 4 juga dapat mewakili bukti paling awal bagi kemampuan kita untuk memahami hal-hal yang tidak ada di dunia alami, sebuah konsep dasar yang menopang agama modern," tutur Brumm.

Temuan ini juga menunjukkan sosok manusia bersama enam hewan, dua babi dan empat anoa.Setidaknya ada gambar delapan manusia, beberapa dengan paruh dan ekor, muncul dalam karya seni merah cerah yang sangat terawat.

"Lukisan gua dari Leang Bulu Sipong 4 menunjukkan bahwa tidak ada evolusi bertahap seni Paleolitik dari sederhana ke kompleks sekitar 35.000 tahun lalu, setidaknya tidak di Asia Tenggara," tutur Aubert. "Semua komponen utama dari budaya artistik yang sangat maju hadir di Sulawesi 44.000 tahun yang lalu, termasuk seni figuratif, adegan, dan therianthropes."

Makhluk aneh antropomorfis dalam karya seni dianggap sebagai contoh pertama Homo sapiens menggunakan seni untuk menyampaikan pemikiran abstrak dan imajinatif. Pemburu bisa digambarkan sebagai manusia, tapi keberadaan therianthropes dalam seni bisa menjadi bukti tertua yang diketahui dari keterampilan manusia untuk membayangkan hal-hal gaib.

Contoh interaksi manusia dan hewan sebelumnya hanya sekitar 21.000 tahun lalu, dengan seni gua Palaeolithic terkenal di Eropa. Sebelum mendahului karya seni prasejarah ikonik ini lebih dari 20.000 tahun, seni Sulawesi memiliki potensi untuk menulis ulang pemahaman kita tentang kecerdasan manusia.

Peneliti percaya bahwa manusia dan hewan-hewan itu dilukis pada saat yang sama, karena dilakukan dengan gaya artistik yang sama menggunakan teknik sama dan pigmen merah gelap. Semua lukisan juga menunjukkan kondisi pelapukan yang serupa.

Arkeolog menyarankan dimasukkannya therianthropes dapat menunjukkan bahwa seni gua Indonesia melibatkan pemikiran seperti kepercayaan yang berfokus pada hubungan manusia-hewan.

DAILY MAIL


Berita terkait

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

32 hari lalu

Pencabutan Publikasi Penelitian Gunung Padang Tidak Sendiri, Ada 10.000 Lebih Makalah Ditarik pada 2023

Pencabutan publikasi penelitian Gunung Padang didahului investigasi oleh penerbit bersama pemimpin redaksi jurnal.

Baca Selengkapnya

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

34 hari lalu

Piramida Purba di Gunung Padang, Begini Suara Kontra Arkeolog Asing

Arkeolog asal Singapura ini lega publikasi laporan penelitian situs Gunung Padang ditarik penerbit jurnal. Sebut kental pseudoarchaeological.

Baca Selengkapnya

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

35 hari lalu

Publikasi Gunung Padang Piramida Tertua di Dunia Dicabut, Penelitinya: Saya Nyaman-nyaman Saja

Dia mengaku nyaman-nyaman saja saat pertama mendengar kepastian laporan penelitian situs Gunung Padang dicabut publikasinya dari jurnal ilmiah.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

38 hari lalu

Arkeolog Situs Gunung Padang Tak Hormati Vonis Pencabutan Laporan dari Jurnal, Kenapa?

Tim peneliti Gunung Padang sedang berkoordinasi apakah akan menempuh mekanisme pengaduan ke komite etik yang mewadahi jurnal internasional.

Baca Selengkapnya

6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

17 Januari 2024

6 Drakor Tentang Sendok Emas, Benda Ajaib dalam Kebudayaan Korea

Dalam drakor ini, sendok emas tak hanya menjadi objek materi, namun juga mengubah hidup para karakter utama, menjadi lebih penting.

Baca Selengkapnya

Saat Mahasiswa Arkeologi Terlibat Penelitian Jejak Sejarah Kolonial di Pulau Onrust

17 November 2023

Saat Mahasiswa Arkeologi Terlibat Penelitian Jejak Sejarah Kolonial di Pulau Onrust

Pulau Onrust adalah salah satu pulau bersejarah di kawasan Gugusan Kepulauan Seribu dan ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Israel Turun Tangan untuk Menemukan Sisa Korban Serangan Hamas

8 November 2023

Arkeolog Israel Turun Tangan untuk Menemukan Sisa Korban Serangan Hamas

Di sebuah lokasi, tim arkeologi Israel sedang memilah-milah abu dan puing-puing, berharap menemukan sisa-sisa manusia dan dapat mengidentifikasinya.

Baca Selengkapnya

Arkeolog Yordania Temukan Gua Ashabul Kahfi seperti dalam Al-Quran

28 Oktober 2023

Arkeolog Yordania Temukan Gua Ashabul Kahfi seperti dalam Al-Quran

Arkeolog Yordania, Rafiq Wafa Ad-Dujaniy temukan Gua Ashabul Kahfi di daerah Ar-Raheib di Yordania pada 1963.

Baca Selengkapnya

Situs Warisan Dunia UNESCO Terbaru Ada Hopewell Ceremonial Earthworks

28 September 2023

Situs Warisan Dunia UNESCO Terbaru Ada Hopewell Ceremonial Earthworks

Hopewell Ceremonial Earthworks sebuah bangunan prasejarah yang ditemukan di tengah Ohio, kini termasuk dalam Situs Warisan Dunia

Baca Selengkapnya

Kisah Sprinkler Tak Sanggup Padamkan Kebakaran Museum Nasional

26 September 2023

Kisah Sprinkler Tak Sanggup Padamkan Kebakaran Museum Nasional

Kebakaran Museum Nasional Indonesia membuat prihatin banyak pihak, termasuk arkeolog.

Baca Selengkapnya