Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Foto Gunung Gede dan Gunung Salak

Senin, 20 April 2020 21:19 WIB

Kiri: Foto udara gedung-gedung bertingkat yang diselimuti kabut polusi di kawasan Jakarta, Jumat, 6 September 2019. Kanan: Langit biru terlihat di atas kawasan Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat, 3 April 2020. Di pertengahan 2019 polisi di Jakarta mencapai ambang batas bahaya yaitu 180 micron, namun kini turun hingga sepertiganya. TEMPO/Subekti dan ANTARA/Galih Pradipta

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang foto-foto keindahan jajaran Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak yang terlihat dari Jakarta heboh di media sosial. Pembatasan aktivitas sosial dan imbauan tetap tinggal di rumah di masa pandemi COVID-19 berada di balik udara bersih yang membuat pemandangan jelas gunung-gunung itu.

Berita terpopuler selanjutnya, pakar meteor dari lembaga antariksa dan penerbangan Amerika Serikat NASA, Bill Cooke, menerangkan puncak hujan meteor Lyrid dijadwalkan terjadi pada 21-22 April malam.

Lainnya, tentang kontaminasi di laboratorium utama milik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat di Atlanta berada di balik keterlambatan produksi alat uji atau test kit virus corona COVID-19 di negara itu.

Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno:

1. Heboh Gunung Gede dan Salak Terlihat dari Jakarta, Ini Kata Walhi

Kiri: Foto udara gedung-gedung bertingkat yang diselimuti kabut polusi di kawasan Jakarta, Jumat, 6 September 2019. Kanan: Langit biru terlihat di atas kawasan Jalan MT Haryono, Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat, 3 April 2020. Di pertengahan 2019 polisi di Jakarta mencapai ambang batas bahaya yaitu 180 micron, namun kini turun hingga sepertiganya. TEMPO/Subekti dan ANTARA/Galih Pradipta

Foto-foto keindahan jajaran Gunung Gede Pangrango dan Gunung Salak yang terlihat dari Jakarta heboh di media sosial. Pembatasan aktivitas sosial dan imbauan tetap tinggal di rumah di masa pandemi COVID-19 berada di balik udara bersih yang membuat pemandangan jelas gunung-gunung itu.

Direktur Eksekutif Walhi Nasional Nur Hidayati tak terkejut dengan foto-foto itu. Menurutnya, pemandangan itu tidak baru. “Sebenarnya kalau cerah biasa kelihatan Gunung Salak dan Gunung Gede, cuma sehari-hari karena udara Jakarta yang kotor dan berpolusi ya yang biasa itu jadi fenomenal," katanya, Sabtu 18 April 2020.

Advertising
Advertising

Dia berharap, 'fenomena' itu membuka kesadaran masyarakat di Jakarta bahwa selama ini udara di ibu kota kerap sangat polutif atau kotor. Kesadaran itu lalu menuntun praktik yang bisa mempertahankan kualitas udara Jakarta saat ini. “Apa mesti pandemi dulu?” kata Yaya, sapaan Nur Hidayati.

2. Ada Puncak Hujan Meteor Lyrid Besok, Catat Waktunya

Meteor Lyrids. DOK: Inquisitr

Hujan meteor Lyrid dijadwalkan melintasi langit antara 16-30 April 2020, tapi pakar meteor dari lembaga antariksa dan penerbangan Amerika Serikat NASA, Bill Cooke, menerangkan bahwa fenomena langit itu puncaknya terjadi pada 21-22 April malam. Menurutnya, jika cuaca memungkinkan, hujan meteor dapat dengan mudah disaksikan.

Seperti kebanyakan hujan meteor, waktu menonton puncak akan terjadi sebelum fajar, tapi Lyrids akan terlihat mulai sekitar pukul 10.30 malam waktu setempat. "Bulan akan menjadi bulan sabit tipis hanya sekitar dua hari dari bulan baru, sehingga cahaya bulan tidak akan membanjiri pengamatan Anda," ujar Cooke, seperti dikutip Space.com, Kamis, 16 April 2020.

Meteor Lyrid adalah potongan kecil dari komet Thatcher, komet jangka panjang yang mengorbit Matahari sekitar 415 tahun sekali. Potongan puing yang tersisa di belakang komet, bagaimanapun, muncul setiap tahun

3. Terungkap, Penyebab Amerika Salah Uji COVID-19 di Awal Pandemi

Kapal rumah sakit Angkatan Laut USNS Comfort melintas di dekat patung Liberty saat memasuki New York Harbor di New York City, AS, 30 Maret 2020. Pemerintah Amerika Serikat tidak hanya mempersiapkan USNS Comfort tetapi juga kepal rumah sakit Angkatan Laut USNS Mercy. REUTERS/Mike Segar

Kontaminasi di laboratorium utama milik Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat di Atlanta berada di balik keterlambatan produksi alat uji atau test kit virus corona COVID-19 di negara itu. Liputan investigasi Washington Post yang diterbitkan 18 April 2020 tersebut mengungkapkan kalau fasilitas pembuat alat uji itu menyalahi praktik manufaktur.

“Hasilnya, kontaminasi terjadi di satu dari tiga komponen uji yang digunakan dalam proses deteksi yang sangat sensitif,” kata peneliti atau ahli yang tahu tentang masalah itu.

Permasalahan dengan alat uji cepat dalam mendeteksi penularan COVID-19 di awal terjadinya pandemi pertama kali mengemuka pada akhir Januari 2020 lalu. Saat itu, CDC mengirim sejumlah hasil pemeriksaan sampel ke 26 laboratorium kesehatan publik di Amerika, dan 24 di antaranya menemukan adanya hasil positif COVID-19 yang palsu.

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

6 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

11 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

18 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

19 jam lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

20 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Penyebab Aplikasi UTBK Mati, Panitia UTBK Sediakan Kemeja, Janji Microsoft

1 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Penyebab Aplikasi UTBK Mati, Panitia UTBK Sediakan Kemeja, Janji Microsoft

Topik tentang kendala teknis mewarnai hari pertama pelaksanaan UTBK SNBT 2024 menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Peringatan Waspada Banjir Jateng, 3 Sesar Aktif di Sekitar IKN, Redmi Pad SE

6 hari lalu

Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Peringatan Waspada Banjir Jateng, 3 Sesar Aktif di Sekitar IKN, Redmi Pad SE

Topik tentang BMKG mengimbau warga Jawa Tengah waspada potensi banjir dan tanah longsor menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya