Uji Obat Herbal ke Pasien Covid-19, Kenapa Jamur Cordyceps?

Reporter

Tempo.co

Senin, 18 Mei 2020 10:15 WIB

Seorang warga mencari jamur cordycep yang diyakini memiliki kekuatan afrodisiak dan obat-obatan, di gunung Amne Machin di provinsi Qinghai barat, Cina, 9 Juni 2019. Jamur ulat atau cordyceps dijual perbuahnya seharga 6 yuan atau Rp. 12.000. REUTERS/Aly Song

TEMPO.CO, Jakarta - Persiapan untuk uji klinis ekstrak jamur Cordyceps sebagai immunomodulator tubuh pasien Covid-19 terus dilakukan. Uji klinis herbal itu diharapkan sudah akan bisa dimulai kurang dari dua pekan ke depan di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta.

Keterangan itu diberikan Koordinator Kelompok Penelitian di Drug Discovery and Development, Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Masteria Yunovilsa Putra pada Minggu 17 Mei 2020. Masteria adalah koordinator dalam uji klinis Cordyceps tersebut.

Dia menerangkan kalau uji melibatkan sejumlah institusi seperti perusahaan farmasi PT Kalbe, Universitas Gadjah Mada, serta Persatuan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) yang akan berperan dalam pembuatan protokol uji klinis. Ada pula Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM yang menetapkan regulasi dan pendampingan selama uji klinis.

“LIPI berperan sebagai koordinator pelaksanaan kegiatan uji klinis herbal immunomodulator, dan nantinya untuk uji klinis akan dilaksanakan PDPOTJI, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Balitbang Kesehatan dan jajaran tim dokter RSD Wisma Atlet.” kata Masteria.

Jamur Cordyceps nantinya akan diberikan kepada pasien dalam bentuk kapsul. Bahan herbal jamur ini dipilih karena sudah lama digunakan sebagai obat herbal untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan bersifat sebagai antiinflamasi. Kuncinya adalah pada senyawa aktif Adenosine, Cordycepin dan Polisakarida yang berpotensi sebagai antivirus, antiinflamasi, serta memiliki aktivitas immunomodulator, antioksidan, anti-tumor dan anti-penuaan dini.

Advertising
Advertising

Jamur ulat atau cordyceps dijemur di dalam rumah pedagang cordyceps di Prefektur Otonomi Tibet Hainan, provinsi Qinghai, Cina 7 Juni 2019. Jamur cordyceps dipercaya dapat menyembuhkan gangguan ginjal hingga impotensi, meskipun kurangnya bukti ilmiah. REUTERS/Aly Song

Tapi bukan hanya karena itu yang membuat jamur Cordyceps maju sebagai kandidat obat herbal yang akan diuji. Lebih dari itu, Cordyceps yang secara tradisional juga telah digunakan masyarakat di Tibet, Cina dan Korea itu sudah mengantongi surat izin edar dari BPOM. Izin edar dan bukti keamanannya untuk dikonsumsi ini diakui Masteria sangat penting terkait pacuan dengan wabah penyakit yang ingin diperangi.

“Waktu menjadi salah satu pertimbangan, saat ini kita harus mencari komoditas yang sudah siap dan mendapatkan izin edar dari BPOM,” katanya.

Bersama Cordyceps juga diuji kombinasi herbal asli Indonesia, di antaranya jahe merah. Tujuannya sama, menghasilkam produk immunomodulator dalam sediaan tablet sehingga bisa diminum oleh pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet nantinya.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

7 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

3 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

8 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

9 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

10 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

13 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya