Sponsor Vaksin Covid-19 Rusia: Lembaga Vaksin Kami Terbaik di Dunia
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 13 Agustus 2020 14:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Direct Investment Fund Rusia, Kirill Dmitriev, yang mensponsori pengembangan vaksin Covid-19 Rusia menaruh kepercayaan penuh pada vaksin yang diteliti oleh Gamaleya Research Institute. Saat ini vaksin bernama Sputnik V itu mengundang kontroversi yang luas di dunia.
Dmitriev mengaku bahwa dia dan tim pengembang vaksin telah diserang karena proses risetnya yang dianggap terlalu singkat. "Kami juga diserang oleh lobi perusahaan farmasi dan beberapa politikus. Tapi para ilmuwan yang memahaminya tahu kredibilitas lembaga kami kuat karena salah satu lembaga vaksin terbaik di dunia," ujar dia, seperti dikutip Fox News, Rabu 12 Agustus 2020.
Pengumuman negara itu mengenai vaksin yang direncanakan disuntikkan pada Oktober 2020 itu selang beberapa minggu setelah Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada menuduh peretas Rusia mencoba mencuri penelitian mereka mengenai vaksin Covid-19. Itu juga terjadi sebelum Rusia menyelesaikan tiga fase uji klinis secara utuh.
Dmitriev meyakinkan kalau teknik dari tim pengembang vaksin di Gamaleya sudah diasah selama bertahun-tahun. Mereka bahkan disebutkannya sudah mempelajari Ebola. Dmitriev juga mengaku bahwa dirinya beserta anggota keluarganya telah mencoba menggunakan vaksin itu sendiri. "Termasuk orang tua saya," kata dia.
Baca juga:
Rusia Percepat Produksi Si Pemburu, Drone S-70 Okhotnik
Dia lalu mengingatkan momen-momen penting dalam sejarah sains dan kedokteran Rusia. Pimpinan Kekaisaran Rusia Catherine adalah salah satu orang yang dianggapnya paling awal percaya pada gagasan vaksin. Catherine pula yang telah memboyong seorang dokter Inggris ke St. Petersburg untuk menyuntik dirinya dan putranya melawan cacar yang menyebar di seluruh negeri pada 1768.
Dmitriev menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 produksi Gamaleya bekerja dengan pendekatan viral vektor berbasis adenovirus. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan belum menerima informasi lengkap tentang potensi vaksin Covid-19 Rusia tersebut dan karenanya tidak bisa mengevaluasinya.
<!--more-->
Menurut WHO, percepatan penelitian vaksin harus dilakukan mengikuti proses yang sudah ditetapkan melalui setiap langkah pengembangan, untuk memastikan bahwa vaksin pada akhirnya diproduksi aman dan efektif. "WHO sedang berhubungan dengan ilmuwan dan otoritas Rusia, dan berharap dapat meninjau detail uji coba," tulis WHO dalam keterangan resminya.
Pusat Media Sains yang berbasis di Inggris memposting reaksi atas pengumuman Rusia dari beberapa profesor. Banyak yang mengungkapkan keprihatinan tentang kurangnya transparansi dalam proses tersebut dan terlalu terburu-buru.
Dmitriev menjawabnya dengan mengatakan vaksin telah melalui fase satu dan dua dari tiga fase standar uji klinis. Tapi beberapa orang mempertanyakan apakah sebenarnya vaksin tersebut sudah sejauh itu. Uji klinis tahap tiga yang dimaksud sejatinya berlangsung relatif lama karena melibatkan realawan dalam jumlah besar untuk mendeteksi efek samping serta seberapa efektif vaksin terhadap sampel yang banyak.
Danny Altman, Profesor Imunologi di Imperial College of London menulis: "Kerusakan tambahan dari pelepasan vaksin apa pun yang kurang dari aman dan efektif akan memperburuk masalah kita saat ini tanpa dapat diatasi. Kita semua berada di dalam hal ini bersama-sama."
Baca juga:
Begini Perokok Bisa Tularkan Virus Corona Covid-19
Sementara Ohid Yaqub dari University Sussex, Inggris berbicara tentang gagasan nasionalisme vaksin. Dia berharap negara-negara lain tidak tertarik pada nasionalisme seperti itu. "Pengambilan keputusan harus dipublikasikan, terbuka untuk pengawasan. Kita harus menolak membiarkan pengembangan vaksin digunakan sebagai ukuran ilmiah nasional," kata dia.
Rusia sejauh ini telah melaporkan lebih dari 900 ribu kasus Covid-19 dan 15 ribu kematian. Dmitriev mengklaim bahwa Rusia akan merilis data akhir bulan ini dan orang-orang akan dapat melihatnya lebih detail. Rusia berencana untuk memulai inokulasi luas pada Oktober, dan terus melakukan pengujian hingga waktu vaksinasi itu.
FOX NEWS | WHO | WALL JOURNAL STREET