Hasil Uji Klinis Tahap 2 Kandaskan Eksperimen Obat Alzheimer Ini
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 24 September 2020 22:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Obat alzheimer eksperimental dari Roche dan AC Immune, Swiss, gagal memperlambat penurunan fungsi kognitif dan fungsional dalam uji klinis. Pengumuman dibuat Rabu, 23 September 2020, sebagai kekalahan terbaru dalam upaya memerangi penyakit pikun (demensia) yang fatal tersebut.
Bos dari AC Immune, Andrea Pfeifer, melukiskan kegagalan dari uji klinis semorinemab atau antibodi monoklonal yang terikat kepada protein Tau--protein yang ditemukan pada serat saraf otak pasien Alzheimer--sebagai mengejutkan dan mengecewakan.
Seperti diketahui, uji obat tersebut menargetkan protein Tau yang diyakini memiliki peran dalam penyakit Alzheimer dan menawarkan alternatif pengobatan yang bertujuan untuk melawan peptida beta amiloid di otak. Hasil uji klinis fase 2 yang dilakukan terhadap pasien dengan tahap awal Alzheimer ini berarti mengukuhkan tingkat kegagalan pencarian obat atas penyakit yang dialami jutaan orang di dunia tersebut hampir 100 persen.
Hampir 100 persen karena Badan pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) juga sedang meninjau aducanumab, pengobatan eksperimental dari Biogen dan Jepang Eisai. Tapi aducanumab juga menargetkan peptida beta amiloid, dan hampir seluruh pengembang obat dengan teknik serupa telah gagal, termasuk calon obat yang semula dianggap prospektif dari Roche dan AC Immune.
Meski begitu Roche yakin data secara keseluruhan dari studinya memberi informasi yang akan menambah pemahaman dan membuka peluang hasil lebih baik di masa mendatang. "Kami percaya analisis data lengkap dari studi pertama dari jenisnya ini akan berkontribusi pada pemahaman ilmiah tentang peran 'Tau' dalam penyakit yang kompleks dan sulit diobati ini," kata Rachelle Doody, Kepala Operasi Neurodegenerasi Roche.
Baca juga:
Peneliti UGM Kembangkan Tes Covid-19 Lewat Napas, Akurasi Uji 97 Persen
Roche dan AC Immune memiliki obat-obatan anti-'tau' lain dalam pengembangan, bersama dengan banyak perusahaan lain, termasuk Eli Lilly, Biogen dan Johnson & Johnson.
Sumber: Reuters