Hormon Seks Sebabkan Kematian Covid-19 Lansia yang Pria Lebih Tinggi
Reporter
Antara
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 16 Oktober 2020 15:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 23 persen dari angka kematian pasien Covid-19 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah mereka yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Sebanyak 90 persen di antara korban meninggal lansia itu adalah laki-laki.
Studi yang dilakukan tim dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dan Clinical Epidemiology and Evidence-Based Medicine Unit (CEEBM) FKUI-RSCM itu menunjukkan laki-laki lebih rentan tertular dan terdampak Covid-19 dibandingkan perempuan saat berusia lanjut.
Mereka meneliti 461 pasien rawat inap yang terkonfirmasi Covid-19 di RSCM yang 44 di antaranya tergolong lansia. Mayoritas pasien lansia itu berusia 60-69 tahun (68 persen) dan berjenis kelamin laki-laki (66 persen).
Dekan FKUI, Ari Fahrial Syam, menerangkan ada dua mekanisme yang menjelaskan mengapa laki-laki lebih rentan terhadap dampak Covid-19. Pertama, karena penurunan jumlah sel B dan sel T pada laki-laki usia lanjut lebih besar dibandingkan perempuan.
"Dampaknya, respons imun yang dihasilkan pun tidak terlalu kuat," katanya dalam keterangan yang dibagikannya, Kamis 15 Oktober 2020.
Selain itu, dia menambahkan, hormon testosteron, biasa dikenal sebagai hormon seks pria, ikut berpengaruh. Hormon itu ternyata mempengaruhi ekspresi TMPRSS2 yang berperan penting dalam proses infeksi SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, ke sel tubuh.
Penelitian itu juga mendapati proporsi pasien yang meninggal pada kelompok usia 70 tahun ke atas lebih tinggi dibandingkan kelompok usia 60-69 tahun. "Seiring dengan bertambahnya usia, sistem imun tubuh seseorang semakin mengalami disfungsi," kata Ari menerangkan.
Baca juga:
Bio Farma Akan Produksi Vaksin Covid-19 untuk CEPI, 100 Juta Dosis Setahun
Akibatnya, dia menambahkan, pasien-pasien Covid-19 usia lanjut semakin rentan mengalami 'badai sitokin' yang dapat menimbulkan masalah di berbagai organ tubuh dan memicu kejadian gagal napas.
<!--more-->
Keberadaan komorbiditas atau penyakit penyerta menambah risiko gejala berat bahkan kematian pasien-pasien Covid-19 lansia tersebut. Hasil penelitian ini, Ari mengungkapkan, menunjukkan hipertensi dan diabetes melitus sebagai komorbiditas yang umum ditemukan pada pasien. "Beberapa pasien bahkan memiliki komorbid lebih dari satu," katanya.
Hasil studi dari FKUI senada dengan rekam medis yang pernah diungkap dari rumah sakit di Wuhan, Cina, yang muncul setelah kota itu mengalami penguncian atau lockdown, April lalu. Saat itu, pada 30 Januari 2020, satu tim di School of Medicine, Shanghai Jiaotong University, menerbitkan laporan kondisi 99 pasien Covid-19 yang dirujuk ke Rumah Sakit Jinyintan Wuhan sepanjang 1 sampai 20 Januari.
Mereka menemukan jumlah laki-laki jauh lebih banyak dengan perbandingan lebih dari 2:1 pada kelompok pasien itu. Petunjuk yang sama muncul juga di tingkat kematian. Data mortalitas dari 21 rumah sakit di Wuhan antara 21-30 Januari, misalnya, sebanyak 75 persen adalah pria.
Hasil studi lainnya menguatkan temuan awal dari Wuhan tersebut. Di Inggris, Wales, dan Irlandia Utara, misalnya, sekitar 70 persen pasien kritis yang dikirim ke perawatan intensif adalah pria, dan proporsinya lebih tinggi lagi untuk yang meninggal.
Baca juga:
Covid-19 Berdasarkan Usia, Gender dan Riwayat Penyakit Pasien
Studi terhadap lebih dari 4.000 pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di New York, Amerika Serikat, juga menemukan 62 persen adalah pria. Studi itu mendapati pula kalau gejala infeksi virus itu pada laki-laki lebih cenderung berkembang menjadi sakit parah dan meninggal.