Temuan Fosil Dinosaurus Paruh Bebek di Maroko, Kenapa Penelitinya Terkejut?
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Senin, 9 November 2020 17:18 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti dari Inggris menemukan fosil sisa-sisa dinosaurus berparuh bebek yang hidup 66 juta tahun lalu di Maroko. Fosil yang ditemukan di bebatuan itu dianggap janggal karena jenis dinosaurus itu harus melintasi setidaknya 250 mil (402 kilometer) lautan dari habitatnya yang selama ini dikenal untuk sampai ke tempat tersebut.
Tim peneliti yang dipimpin ahli paleontologi di Milner Center for Evolution, University of Bath, Nicholas Longrich, mengatakan lokasi temuan adalah sebuah tambang yang berjarak beberapa jam perjalanan dari Casablanca, salah satu kota besar di Maroko. Fosil lalu dinamakan Ajnabia odysseus.
“Ini seperti menemukan kanguru di Skotlandia,” ujar dia, seperti dikutip Daily Mail, 6 November 2020.
Longrich menjelaskan bahwa dinosaurus berevolusi lama di Amerika Utara setelah pergeseran benua, dan para peneliti belum memiliki bukti adanya daratan yang menjadi jembatan untuk dilintasinya sampai ke Afrika. Para penelitinya memastikan, ini adalah pertama kalinya anggota keluarga dinosaurus paruh bebek ditemukan di Afrika.
Dalam hasil penelitian yang diterbitkan di Cretaceous Research, Ajnabia memiliki panjang sekitar 10 kaki (3 meter) dan merupakan anggota dari kelompok reptil dinosaurus pemakan tumbuhan yang berevolusi di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Sedang Afrika, pada masa yang sama, adalah sebuah benua kepulauan yang dikelilingi air.
“Melihat kemungkinan tata letak planet pada saat itu, tidak ada wilayah dangkal yang dapat membentuk jembatan darat antara Eropa dan Afrika,” kata Longrich.
Satu-satunya cara untuk sampai ke sana adalah dengan berenang. Tetapi, tim tidak bisa mengatakan berapa lama waktu berenang atau dari mana tepatnya dinosaurus itu menyeberang. Dugaan kasarnya adalah dari Eropa.
Baca juga:
Tak Ada di Mamalia Kini, Tulang Berpori Penyebab Dinaosaurus Tumbuh Raksasa
“Ajnabia harus berenang sekitar 250 mil atau lebih, mungkin dari suatu tempat di tempat yang sekarang disebut Eropa,” kata Longrich.
<!--more-->
Longrich dkk memeriksa gigi dan tulang rahang Ajnabia odysseus yang khas dan menemukan itu milik Lambeosaurinae, subfamili bebek dengan jambul kepala bertulang yang rumit. Lambeosaurus berevolusi di Amerika Utara sebelum menyebar ke Asia dan Eropa, tapi belum pernah ditemukan di Afrika sebelumnya.
"Mereka mungkin perenang yang hebat, karena memiliki ekor besar dan kaki yang kuat, dan sering ditemukan di endapan sungai dan bebatuan laut," bunyi hasil penelitian Longrich dkk. "Ini menunjukkan bahwa reptilia yang gigih mungkin telah berenang hingga lokasi yang jauh."
Mengacu pada hal itulah, nama Ajnabia odysseus dipilih—Ajnabi adalah bahasa Arab untuk 'orang asing' dan Odysseus berasal dari pelaut Yunani. Penyeberangan laut adalah peristiwa langka, tapi sebelumnya telah diamati pada spesies kadal purba lainnya, termasuk iguana hijau, yang menggunakan puing-puing untuk melakukan perjalanan antar pulau di Karibia selama badai.
Seekor kura-kura dari Seychelles juga disebutkan mampu mengapung ratusan mil melintasi Samudra Hindia untuk terdampar di Afrika. Penyeberangan laut juga diperlukan untuk menjelaskan bagaimana lemur dan kuda nil sampai ke Madagaskar, atau bagaimana monyet dan hewan pengerat menyeberang dari Afrika ke Amerika Selatan.
"Sejauh yang saya tahu, kami yang pertama membahas penyeberangan laut untuk dinosaurus,” ujar Longrich.
Menurut Nour-Eddine Jalil dari Natural History Museum of Sorbonne University, menemukan fosil hewan darat di lingkungan laut sebagai 'rangkaian peristiwa yang mustahil'. Dia menyoroti kelangkaan penemuan dan menjadi penting dibahas.
Baca juga:
Arkeolog Temukan Bukti Manusia Zaman Batu Memasak di Afrika
"Ajnabia menunjukkan kepada kita bahwa reptil hadrosaurus telah menginjakkan kaki di tanah Afrika, memberi tahu bahwa penghalang laut tidak selalu merupakan penghalang yang tidak dapat diatasi,” kata Jalil.
DAILY MAIL | CRETACEOUS RESEARCH