Membandingkan Rantai Distribusi Dingin Vaksin Pfizer dan yang Lainnya
Reporter
Terjemahan
Editor
Zacharias Wuragil
Sabtu, 14 November 2020 12:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Harapan melambung untuk vaksin Covid-19 yang dikembangkan Pfizer. Hasil awal dari uji klinis fase 3 yang dilakukannya menunjukkan efektivitas lebih dari 90 persen dalam menghindari gejala Covid-19. Tapi sejumlah pertanyaan memang belum terjawab. Satu di antaranya adalah dukungan rantai distribusi dingin yang dibutuhkan si vaksin.
Vaksin yang dikembangkan raksasa farmasi dari Amerika Serikat bersama mitranya dari Jerman, BioNTech, itu harus disimpan pada suhu minus 94 derajat Fahrenheit (minus 70 derajat Celsius), dan hanya akan bertahan selama 24 jam di suhu kulkas biasa, antara 35,6 dan 46,4 derajat Fahrenheit (2-8 derajat Celsius).
Baca juga:
Data Awal, Efektivitas Vaksin Covid-19 Pfizer Lebih dari 90 Persen
Beberapa negara--dan bahkan beberapa rumah sakit di Amerika Serikat--telah mengatakan tak memiliki kapasitas penyimpanan ultradingin yang cukup untuk mendukung kampanye vaksinasi massal murah dengan vaksin Pfizer. Belum lagi vaksin ini didesain untuk dua kali penyuntikan di dua periode yang berbeda.
Sejumlah kandidat vaksin Covid-19 lainnya, jika mampu menawarkan tingkat efektivitas yang sebanding dengan Pfizer, bisa lebih mendukung untuk distribusi global. Vaksin Johnson & Johnson, misalnya. Sesama vaksin dari Amerika ini diuji dalam satu dan dua dosis yang hasilnya nanti diharapkan bisa stabil pada suhu penyimpanan 35,6 sampai 46,4 derajat Fahrenheit alias suhu kulkas.
Ketika memulai uji klinis fase 3 pada September lalu, J&J mengklaim kandidat vaksinnya yang dibuat dengan memodifikasi genetik adenovirus tersebut lebih sesuai dengan standar distribusi vaksin di dunia. Perusahaan itu sekaligus memastikan tidak akan ada kebutuhan infrastruktur baru untuk bisa mengantar vaksin sampai ke setiap orang yang membutuhkan.
"Sejauh ini, J&J menunjukkan hasil studi yang mengkonfirmasi apa yang diharapkan itu," kata juru bicaranya.
Program vaksin Covid-19 Sanofi dan GSK menggunakan basis protein rekombinan sebanyak dua dosis plus adjuvant. Tapi penyimpanannya juga hanya membutuhkan suhu dingin kulkas, atau seperti disebutkan juru bicaranya, "Bisa di dalam ruangan dokter atau perusahaan farmasi."
Baca juga:
Harapan dari Vaksin Pfizer, Ini 4 Pertanyaan yang Belum Terjawab
AstraZeneca dengan vaksin adenovirus-nya bahkan sampai menguji pengapalan dan stabilitas untuk memastikan kebutuhan untuk distribusi vaksinnya nanti. Target mereka adalah ampul-ampul multidosis yang sudah final hasil ujinya nanti hanya akan membutuhkan kulkas untuk memastikan kualitas produknya terjaga.
"Yang artinya, rantai distribusi dingin fleksibel dan bisa diandalkan selama transportasinya," kata juru bicaranya.
Novavax juga mengatakan 'jagoannya', NVX-CoV2373, dapat disimpan di suhu kulkas, "yang memungkinkan untuk manajemen rantai distribusi dingin menggunakan infrastruktur yang sudah ada."
Dua jenis vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan menggunakan teknologi mRNA membutuhkan penyimpanan yang lebih dingin--dan untuk vaksin Pfizer bahkan jauh lebih dingin, sampai -70 derajat Celsius.
Sanofi juga mengembangkan program vaksin dengan mRNA untuk Translate Bio di mana dosis suntikan vaksin ini harus disimpan dalam suhu yang lebih dingin lagi, yakni -112 Fahrenheit (-80 derajat Celsius). Namun Sanofi, lewat juru bicaranya, mengaku terus berusaha memperbaiki stabilitas kandidat vaksinnya yang satu itu. Merka membidik cara penyimpanan dengan suhu -4 derajat Fahrenheit (-20 derajat Celsius).
Vaksin Moderna, pengembang program vaksin mRNA lainnya, harus menyertakan ruang penyimpanan minus 4 derajat Fahrenheit. Perusahaan farmasi yang juga berbasis di Amerika Serikat ini berharap bisa mengumumkan pertama kali data efikasi dari program vaksinnya pada bulan ini.
Baca juga:
Efektivitas Vaksin Covid-19 Oxford Diketahui Sebelum Akhir Tahun Ini
Kandidat vaksin mRNA dari CureVac malah tidak dilengkapi penyimpanan ultradingin. Vaksin diklaim tetap stabil untuk setidaknya 3 bulan dalam kulkas, "Dan selama 24 jam di suhu ruang," kata jurubicara perusahaan biotek dari Jerman itu.
Lalu bagaimana dengan kandidat vaksin seperti CoronaVac dari Sinovac Biotech, Cina? Vaksin berbasis teknik 'paling konvensional' yakni menggunakan virusnya langsung tapi sudah dimatikan ini juga diuji klinis di Indonesia. "Penyimpanannya 2-8 derajat Celsius, seperti vaksin yg di pakai selama ini di puskesmas," kata Kusnandi Rusmil, profesor pediatrik di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, yang adalah ketua tim riset uji klinis CoronaVac di Indonesia, Sabtu 14 November 2020.
FIERCEPHARMA
CATATAN:
Artikel ini telah ditambahkan keterangan dari vaksin Sinovac yang uji klinisnya dilakukan di Bandung pada Minggu 15 November 2020, pukul 00.23 WIB. Terima kasih.