Tanah Bergerak di Aceh Besar, Gubernur Minta Petunjuk Peneliti
Reporter
Antara
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 28 Januari 2021 11:44 WIB
TEMPO.CO, Banda Aceh - Gubernur Aceh Nova Iriansyah meminta kalangan akademisi dan peneliti lokal untuk melakukan riset mengenai tanah bergerak dan berbagai fenomena alam yang terjadi di Aceh Besar lalu melaporkan hasil-hasilnya. Bukti dari hasil riset dibutuhkannya untuk mengambil langkah penanganan yang tepat.
Nova menyatakan itu saat meninjau lokasi tanah bergerak dan mengunjungi tenda pengungsian warga Gampong Lam Kleng, Kecamatan Kuta Cot Glie, yang menjadi korban bencana itu. Sementara ini dia berharap fenomena tanah bergerak yang terjadi di lokasi tersebut merupakan longsoran biasa, bukan menjadi sebuah temuan besar lainnya.
Baca juga:
Likuifaksi di Palu Ternyata Sudah Diprediksi Sejak 2012
“Semoga fenomena alam ini dapat segera selesai, kondisi air tanah dapat segera stabil, dan kejadian ini bukan likuifaksi,” katanya.
Sambil menunggu adanya kajian ilmiah di lokasi, Nova menyatakan akan membangun 18 unit rumah untuk keluarga-keluarga yang saat ini harus mengungsi. Dia tidak berharap menyaksikan mereka terlalu lama hidup beratap tenda.
"Karenanya Pemerintah Aceh bersama DPR Aceh akan mencari skema untuk pembangunan fisik,” kata Nova.
Skema yang dipikirkannya, antara lain, adalah memanfaatkan bantuan CSR BUMN atau BUMD. Sedang untuk pengadaan tanah pembangunan rumah tersebut Nova meminta bantuan kepada bupati, wakil bupati, camat, tokoh masyarakat setempat untuk memikirkannya.
"Saya minta kepada bupati, wakil bupati, camat, Keuchik dan masyarakat untuk bermusyarah terkait lahan termasuk memanfaatkan tanah wakaf,” katanya.
Tanah bergerak juga sebelumnya dilaporkan terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Total sebanyak 44 keluarga telah mengungsi per pekan lalu. Rumah yang mereka tinggali di Kampung Ciherang, Kecamatan Nyalindung, ambles, retak-retak, ataupun miring.
Baca juga:
Tanah Bergerak Meluas, Sebagian Warga Kampung Ini Bertahan di Rumahnya
Saat itu tanah bergerak juga dilaporkan meluas karena temuan retakan-retakan baru. "Pergerakan tanah masih terus berlangsung," kata Asep Has dari Relawan ProBumi Indonesia di Sukabumi, Selasa pekan lalu.