Hilang 172 Tahun, Begini Burung Pelanduk Kalimantan Ditemukan Kembali

Reporter

Antara

Rabu, 3 Maret 2021 07:13 WIB

Tangkapan layar - Paparan tentang burung pelanduk dari Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati pada Direktorat Jenderal KSDAE, KLHK, Indra Eksploitasia, secara daring diakses dari Jakarta, Selasa 2 Maret 2021. KLHK mengungkap apresiasinya atas penemuan kembali burung Pelanduk Kalimantan setelah 172 tahun menghilang. (ANTARA/Virna P Setyorini)

TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengumumkan penemuan kembali satu jenis burung yang telah menghilang selama 172 tahun. Jenis yang dimaksud adalah burung Pelanduk Kalimantan atau Malacocincla perspicillata yang diduga mengalami kepunahan sejak 1848.

Dirjen KSDAE Wiratno menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada mereka yang disebutnya sebagai citizen science, yaitu masyarakat yang bukan peneliti namun sukarela mengumpulkan dan menganalisa data ilmiah. Mereka disebutkannya berada di balik penemuan kembali satwa endemik tersebut di Kalimantan Selatan.

"Satwa liar akan sejahtera sepenuhnya apabila hidup di alam habitatnya," katanya, Selasa 2 Maret 2021, sambil menegaskan janjinya, "Memerangi perburuan ilegal satwa liar yang dilindungi."

Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan Pertama, Balai Taman Nasional Sebangau, Teguh Willy Nugroho, mengatakan burung pelanduk kalimantan yang ditemukan sesuai dengan digambarkan ahli ornitologi Prancis, Charles Lucien Bonaparte pada 1850. Gambaran itu sendiri berdasarkan spesimen yang dikumpulkan pada 1840-an oleh ahli geologi dan naturalis Jerman, Carl A.L.M. Schwaner, selama ekspedisinya ke Kalimantan.

Sejak saat itu, tidak ada spesimen atau penampakan lain yang dilaporkan. Selain itu, asal muasal spesimen masih menjadi misteri, bahkan pulau di mana spesimen tersebut diambil juga tidak jelas. Semua rujukan dan deskripsi morfologi burung penyanyi yang tergolong dalam keluarga Pellorneidae itu mengacu kepada satu spesimen tersebut.

Advertising
Advertising

IUCN mengklasifikasikan jenis burung Pelanduk Kalimantan dalam kelompok Rentan. Pada 2008, status burung tersebut berubah menjadi 'Kurang Data' berdasarkan penelitian terbaru yang menunjukkan kurangnya informasi yang dapat dipercaya. Dalam Peraturan Menteri LHK Nomor P 106 Tahun 2018, burung itu belum masuk satwa dilindungi.

Awal mula burung tersebut ditemukan merupakan ketidaksengajaan oleh dua warga di salah satu wilayah di Kalimantan Selatan. Salah satu dari mereka merupakan anggota dari grup di media sosial bernama Galeatus, grup komunitas dan komunikasi mengenai seluk-beluk burung.

Setelah berdiskusi dan ditelaah oleh tim admin, mereka kemudian menghubungi ahli burung dari Birdpacker untuk mencari informasi lebih lanjut terkait dengan temuan tersebut. Terdapat perbedaan mencolok pada anatomi burung yang ditemukan dengan literasi yang ada, di antaranya pada warna iris mata, paruh, dan warna kaki.

"Itulah yang membuat identifikasi mengalami kesulitan saat pertama kali melihat morfologi burung ini," ujar Teguh yang juga salah satu penulis makalah mengenai burung itu.

Ia menegaskan temuan tersebut juga membuktikan bahwa keanekaragaman hayati Indonesia masih ada pada bagian-bagian terdalam hutan. Dalam kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, dia berpendapat, penting untuk dimanfaatkan membangun jaringan antara masyarakat lokal, peneliti pemula, peneliti profesional, serta berbagai pihak untuk dapat mengumpulkan informasi tentang keanekaragaman hayati di Indonesia.

Baca juga:
Peneliti Rangkong Gading Indonesia Raih Whitley Award 2020

"Jejaring ini dapat berdampak besar bagi kelestarian satwa di Indonesia,” ujar Teguh merujuk kepada jenis burung Pelanduk Kalimantan maupun spesies penting satwa endemik yang memiliki sedikit data.

Berita terkait

Orangutan Ini Obati Sendiri Lukanya dengan Daun Akar Kuning, Bikin Peneliti Penasaran

23 jam lalu

Orangutan Ini Obati Sendiri Lukanya dengan Daun Akar Kuning, Bikin Peneliti Penasaran

Seekor orangutan di Suaq Belimbing, Aceh Selatan, menarik perhatian peneliti karena bisa mengobati sendiri luka di mukanya dengan daun akar kuning

Baca Selengkapnya

Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

3 hari lalu

Ada Harimau Sumetera hingga Komodo, Inilah 5 Hewan Endemik Asal Indonesia

Setidaknya ada 612 hewan endemik asal Indonesia dari berbagai jenis, seperti mamalia, burung, reptil, hingga amfibi. Berikut lima di antaranya.

Baca Selengkapnya

Polda Banten Ungkap Perburuan Badak Bercula Satu di Taman Nasional Ujung Kulon, Tetapkan 2 Tersangka dan 5 DPO

8 hari lalu

Polda Banten Ungkap Perburuan Badak Bercula Satu di Taman Nasional Ujung Kulon, Tetapkan 2 Tersangka dan 5 DPO

Kepala Bidang Humas Polda Banten Kombes. Didik Hariyanto menyatakan dua orang telah menjadi tersangka dalam kasus perburuan badak bercula satu.

Baca Selengkapnya

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

11 hari lalu

Tersangka Kasus Perdagangan Satwa Dilindungi di Makassar Segera Jalani Persidangan

Saat ini kejahatan perdagangan satwa dilindungi kerap dilakukan melalui media online.

Baca Selengkapnya

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

11 hari lalu

Masukkan Sektor Laut Dalam Second NDC, KLHK: Ekosistem Pesisir Menyerap Karbon

KLHK memasukkan sektor kelautan ke dalam dokumen Second NDC Indonesia. Potensi mangrove dan padang lamun ditonjolkan.

Baca Selengkapnya

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

11 hari lalu

Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, KLHK Prioritaskan Pembatasan Gas HFC

Setiap negara bebas memilih untuk mengurangi gas rumah kaca yang akan dikurangi atau dikelola.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

16 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

17 hari lalu

Ditarget Rampung Tahun Ini, Begini RUU KSDAHE Beri Ruang Dukungan untuk Konservasi Internasional

Rancangan Undang-undang tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya atau RUU KSDAHE ditarget segera disahkan pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

26 hari lalu

Temuan Baru Anak Badak Jawa di Ujung Kulon, KLHK: Masih Banyak Ancaman

Temuan individu baru badak Jawa menambah populasi satwa dilindungi tersebut di Taman Nasional Ujung Kulon. Beragam ancaman masih mengintai.

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

26 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

Selama tiga hari terakhir, bersamaan dengan mudik lebaran, 11 stasiun pemantau kualitas udara Jakarta dan sekitarnya mencatat membaiknya level ISPU.

Baca Selengkapnya