Peneliti LAPAN Pertanyakan Efektivitas Teknologi Modifikasi Cuaca

Reporter

Antara

Senin, 8 Maret 2021 15:31 WIB

Sejumlah Prajurit TNI AU memasukkan tabung penampung garam atau console ke dalam Pesawat CN 295 sebelum melakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa, 7 Januari 2020. Cara modifikasi cuaca itu diklaim telah berhasil mengurangi intensitas hujan 30-40 persen. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau yang lebih dikenal sebagai teknologi hujan buatan tidak dapat mencegah proses cold pool penyebab hujan ekstrem pada dinihari di Jakarta. “Tidak bisa dan bahkan berbahaya,” ujar Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Antariksa, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Erma Yulihastin, dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin 8 Maret 2021.

Erma merujuk kepada banjir besar yang terjadi di Jadetabek pada 20 Februari 2021, yang dipicu hujan ekstrem (intensitas hingga 226 mm) yang terjadi pada dinihari. Mekanisme yang menyebabkan hujan dinihari ekstrem ini berkaitan dengan fenomena Cross-Equatorial Northerly Surge (CENS), yaitu berupa penguatan angin permukaan dari utara yang memanjang dari Selat Karimata hingga utara Jakarta.

Baca juga:
BPPT Mulai Operasi TMC Mitigasi Banjir Jabodetabek

Menurut Erma, pada kasus yang terjadi 20 Februari tersebut, fenomena CENS memicu hujan ekstrem melalui dua cara. Pertama, menggeser sel konveksi yang terbentuk di tengah laut Jawa pada tengah malam menuju ke kawasan pesisir Jakarta pada dinihari melalui proses propagasi hujan.

Kedua, menimbulkan konvergensi dengan angin baratan dari Selat Sunda sehingga konveksi darat yang terjadi di Lampung pada sore hari sebelumnya, mengalami perpanjangan ke arah Selat Sunda dan menuju Jakarta pada dinihari.

Erma menjelaskan berdasarkan pantauan terhadap data awan, hujan ekstrem dinihari tersebut tidak dibangkitkan oleh awan skala meso yang telah terbentuk sebelumnya di atas darat. Melainkan oleh percepatan pertumbuhan awan yang terjadi di kawasan pesisir pada tengah malam-dinihari, seiring dengan kejadian hujan yang dimulai sejak tengah malam di kawasan Jakarta.

Artinya, dia menambahkan, terdapat mekanisme yang mempercepat proses induksi pembentukan awan-awan baru dari hujan yang telah terjadi sebelumnya. "Sehingga menghasilkan awan skala meso yang meliputi Jawa bagian barat, yang selanjutnya proses ini dinamakan dengan cold pool."

Menurut Erma, proses di atmosfer sangat acak dan menganut hukum chaos. Gangguan kecil di atmosfer pada suatu lokasi dapat menyebabkan perubahan fatal kondisi atmosfer di lokasi lain, karena atmosfer saling terhubung melalui sirkulasi yang bersifat regional bahkan global.

Kedua, percepatan hujan dari awan konvektif justru dapat membangkitkan cold pool yang gerakannya acak ke segala arah dan dapat memicu aktivitas konvektif yang bersifat lebih meso atau meluas.

Adapun operasi TMC disebutkannya dilakukan saat angin mengalami penguatan atau konvergensi. Ini dapat memicu pembentukan rainband (pita hujan) yang terjadi lebih cepat atau bahkan dapat memicu pembentukan squall line (garis badai) yang efeknya dapat menjangkau wilayah yang jauh hingga ratusan kilometer dari lokasi TMC.

Pada 21-22 Februari, pelemahan konveksi di barat Indonesia dipengaruhi oleh vorteks Borneo. Pada 23-26 Februari, siklon tropis secara dominan mengontrol konveksi skala meso yang tidak menimbulkan konvergensi skala luas dan persisten di darat, melainkan di laut.

Advertising
Advertising

Pertumbuhan awan di sekitar Lampung, Selat Sunda, dan Jakarta pada periode ini lebih banyak dikontrol oleh sistem skala besar yang berasal dari aktivitas siklon tropis. Dengan demikian, menurut Erma, operasi TMC yang dilakukan selama periode tersebut menjadi tidak efektif.

“Melihat hal tersebut, penting dilakukan kajian kembali terkait penggunaan TMC. Utamanya dikarenakan belum adanya bukti saintifik bahwa teknologi tersebut aman dan efektif,” ujar Erma.

Selain itu, kata dia, dampak terhadap lingkungan belum diketahui dengan jelas, sehingga sebaiknya perlu dilakukan verifikasi komposisi kimia air hujan buatan hasil operasi TMC. “Hal paling penting untuk segera dilakukan adalah membangun kerja sama penelitian bencana hidrometeorologis," katanya.

Baca juga:
Modifikasi Cuaca Atasi Banjir Jakarta: 60 Hari, 20 Miliar, Hasilnya?

Melalui kerja sama tersebut, informasi dan data-data penting yang diperlukan untuk mitigasi bencana hidrometeorologis akan lebih mudah didapat, sehingga keputusan perlu atau tidaknya teknologi modifikasi cuaca dilakukan melalui pembahasan bersama-sama.

Berita terkait

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

17 jam lalu

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.

Baca Selengkapnya

BNPB Salurkan Dana Siap Pakai Rp 2,5 Miliar untuk Banjir di Sulawesi Selatan

23 jam lalu

BNPB Salurkan Dana Siap Pakai Rp 2,5 Miliar untuk Banjir di Sulawesi Selatan

BNPB menyalurkan dana siap pakai sebesar Rp 2,15 miliar kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan untuk penanganan darurat banjir dan tanah

Baca Selengkapnya

BNPB Kirim Helikopter dan Pesawat Caravan untuk Bantu Korban Banjir di Sulawesi Selatan

1 hari lalu

BNPB Kirim Helikopter dan Pesawat Caravan untuk Bantu Korban Banjir di Sulawesi Selatan

BNPB minta masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi curah hujan, khususnya pada wilayah yang masih terdampak banjir dan tanah longsor.

Baca Selengkapnya

BNPB: Banjir Wajo Renggut Satu Warga

1 hari lalu

BNPB: Banjir Wajo Renggut Satu Warga

Lebih dari 3.800 unit rumah terdampak banjir di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan.

Baca Selengkapnya

Dua Dusun Sempat Terisolir Banjir di Kabupaten Enrekang, BNPB Ingatkan Risiko Longsor Susulan

1 hari lalu

Dua Dusun Sempat Terisolir Banjir di Kabupaten Enrekang, BNPB Ingatkan Risiko Longsor Susulan

Banjir dan longsor melanda Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, sejak Jumat dinihari lalu. Diipicu hujan intensitas tinggi pada 04.00 WITA.

Baca Selengkapnya

BNPB: Banjir dan Longsor di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, Dua Dusun Masih Terisolir

1 hari lalu

BNPB: Banjir dan Longsor di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, Dua Dusun Masih Terisolir

Berdasarkan informasi BNPB, dua desa masih terisolir akibat banjir dan longsor di Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.

Baca Selengkapnya

Zero Delta Q Akan Jadi Gagasan Indonesia di World Water Forum ke-10, Apa Itu?

1 hari lalu

Zero Delta Q Akan Jadi Gagasan Indonesia di World Water Forum ke-10, Apa Itu?

Indonesia akan mengusulkan penerapan kebijakan Zero Delta Q sebagai solusi pengendalian banjir dalam World Water Forum ke-10.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

2 hari lalu

Terpopuler: Perjalanan Bisnis Sepatu Bata hingga Tutup Pabrik, Kawasan IKN Kebanjiran

Terpopuler: Perjalanan bisnis sepatu Bata yang sempat berjaya hingga akhirnya tutup, kawasan IKN kebanjiran.

Baca Selengkapnya

Banjir Selutut Orang Dewasa Menggenangi Sepaku, Begini Penjelasan Otorita IKN

3 hari lalu

Banjir Selutut Orang Dewasa Menggenangi Sepaku, Begini Penjelasan Otorita IKN

Juru Bicara Otorita IKN Troy Pantouw membenarkan banjir menggenangi Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim, Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Banjir dan Longsor di Kabupaten Luwu Menewaskan 14 Warga

3 hari lalu

Banjir dan Longsor di Kabupaten Luwu Menewaskan 14 Warga

Kabupaten Luwu turut dilanda banjir dan longsor akibat hujan sejak Jumat dinihari, 3 Mei 2024. BNPB melaporkan 14 warga lokal meninggal dunia.

Baca Selengkapnya