Jawa Barat Catat 36 Kejadian Serius Pasca-Vaksinasi Covid-19
Reporter
Ahmad Fikri (Kontributor)
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 4 Mei 2021 06:02 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Seorang guru di Sukabumi yang sempat dirawat di rumah sakit karena lumpuh sementara bukan satu-satunya kasus Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi Covid-19 yang tergolong serius. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jawa Barat telah menghimpun 36 kasus KIPI serius atau sedang-berat dari wilayahnya hingga kini.
Ketua Divisi Penanganan Kesehatan di Satgas Covid-19 Jawa Barat, Marion Siagian, menerangkan kejadian ikutan pasca-imunisasi digolongkan serius jika penerima suntikan vaksin sampai harus menjalani perawatan di rumah sakit. Seperti yang dialami guru SA, 31 tahun, di Sukabumi yang belakangan dinyatakan menderita Guillain Barre Syndrome (GBS).
“Ibu SA ini adalah kasus yang terkini, mudah-mudahan tidak ada lagi untuk yang KIPI sedang sampai berat,” kata Marion dalam konferensi pers daring bersama Komisi Daerah KIPI Jawa Barat, Senin 3 Mei 2021.
Seperti halnya pada SA, seluruh 35 kasus kejadian ikutan serius yang dilaporkan telah seluruhnya diperiksa dan dipastikan bukan disebabkan langsung oleh vaksinasi Covid-19. Mereka yang lainnya seperti diare dan muntah-muntah, bahkan ada yang sampai jatuh pingsan.
Anggota Komisi Daerah KIPI Jawa Barat, Rodman Tarigan, mengungkap hasil pemeriksaan dari banyak kasus menunjukkan gejala cemas sebelum suntik vaksin sehingga terjadi kejadian-kejadian ikutan itu. "Mungkin karena mendengar hoax-hoax Covid-19," katanya sambil menambahkan, "Setelah dirawat mereka sehat kembali."
Ketua Komisi Daerah KIPI Jawa Barat, Kusnandi Rusmil, mengatakan seluruhnya ada dua jenis kejadian ikutan untuk vaksin Covid-19. Pertama terkait vaksin, kedua bukan karena vaksin. Contoh di kelompok yang pertama disebutkannya badan panas, nyeri di tempat suntikan, kemudian bengkak. Ada sebanyak 107 laporan kejadian seperti itu yang sudah diterima Kusnandi dkk.
Sedang yang bukan karena vaksin, contohnya salah suntik dan vaksin tertukar. "Selama ini belum pernah ketemu KIPI karena salah suntik, kebanyakan reaksi individu yang terjadi,” kata Guru Besar bidang Kedokteran Anak di Universitas Padjadjaran tersebut.
Kusnandi mengatakan, kurang dari 5 persen populasi menunjukkan reaksi ikutan akibat pemberian vaksin, dan itu umumnya ringan. "Kasus yang berat itu sangat-sangat jarang. Umpama kita sudah melakukan imunisasi terhadap satu juta orang, yang berat itu secara teoritis hanya satu," kata ketua tim riset uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung itu.
Baca juga:
Jumlah Kasus Covid-19 Bulan Ini Diprediksi Naik, Indonesia Urutan 4 di Asia