Ini Jawab Terawan Terhadap Kritik Riset Vaksin Nusantara

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 29 Mei 2021 07:21 WIB

Menteri Kesehatan RI 2004-2009, Siti Fadilah saat disuntik sel denditrik dari dirinya sendiri oleh Menteri Kesehatan RI 2019-2021, Terawan Agus Putranto di RSPAD, Jakarta, Jumat 23 April 2021. Foto/Istimewa

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tak memandang perlu perdebatan Vaksin Nusantara sebagai vaksin atau terapi dan juga penamaannya. Menurutnya, yang terpenting dilakukan adalah segera mempublikasi teknologi terapi kekebalan tubuh berbasis vaksin sel dendritik yang teknologinya sudah dikuasai tersebut untuk dijadikan bukti riset Covid-19 kepada dunia.

"Soal hipotesisnya nanti diterima atau ditolak, itu bukan persoalan. Yang penting sudah kita buktikan pakai riset," katanya dalam webinar 'Pandemic Covid 19: Lessons Learned and Efforts to Reinforce Health Security to Accelerate Covid-19 Handling' yang digelar dalam rangka ulang tahun ke-71 RSPAD Gatot Soebroto pada Selasa, 27 Mei 2021.

Dalam webinar yang disiarkan langsung di akun media sosial YouTube milik rumah sakit itu, Terawan, dokter TNI AD berpangkat Letnan Jenderal (purnawirawan), menjawab kritik yang selama ini ditujukan terhadap riset yang dipimpinnya tersebut. Termasuk perihal Vaksin Nusantara yang mahal namun tidak bisa dimanfaatkan secara massal layaknya vaksin umumnya.

"Urusan (membuatnya menjadi) massal itu simpel sekali...itu urusan inovasi," kata dia sambil menekankan kebutuhan yang lebih mendesak adalah untuk segera mempublikasi hasil riset.

Saat ini, dia menyebutkan, uji klinis yang diklaim sudah sampai fase dua itu tengah menjadi pembicaraan dunia dan bahkan sudah dimuat dalam sebuah jurnal ilmiah internasional. Terawan mendorongnya segera memasuki uji klinis fase tiga atau final--fase yang sejatinya melibatkan jumlah dan lokasi responden atau relawan yang luas.

Advertising
Advertising

"Jalan terus, jangan takut, saya percaya safety-nya tinggi. Segera secepatnya masuk ke uji klinis 3 untuk kita bisa segera memaparkannya ke dunia," katanya menyerukan kepada tim dokter di RSPAD Gatot Soebroto.

Dokter yang juga terkenal untuk kontroversi terapi 'cuci otak' ini meyakinkan kembali kalau terapi kekebalan tubuh berbasis vaksin sel dendritik yang kemudian dipilihkannya nama Vaksin Nusantara itu sangat aman. Dia mengklaim riset itu telah dirintisnya di RSPAD Gatot Soebroto sejak 2015 untuk terapi kanker dan sekarang termasuk menjadi negara pertama yang mengembangkannya untuk Covid-19.

"Kita hanya mengubah antigennya menjadi antigen rekombinan artifisial atau rekombinan SARS-CoV-2. Artinya, kita bisa sesuaikan kapan saja, mau mutasi kayak apa, bisa kita sesuaikan," kata eks Kepala RSPAD Gatot Soebroto itu memaparkan dalam webinar.

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 10 Maret 2021. Dalam rapat tersebut, Terawan memberikan paparan terkait vaksin Nusantara yang ia gagas sebagai vaksin Covid-19. TEMPO/M Taufan Rengganis

Dengan kelebihan itu, kata Terawan, ketahanan dan kesehatan nasional menghadapi pandemi bisa diatasi dengan membuat imunitas yang baik buat setiap warga negara. Dia kemudian mengutip pengalaman dirinya sebagai relawan Vaksin Nusantara dan mengaku telah merasakan efek imun dari vaksinasi tersebut. "Rasanya enak," kata dia sambil menambahkan efek, berdasarkan literatur yang dibacanya, kekebalan tubuh berpuluh tahun. "Riset ini akan jadi legend bagi RSPAD," kata Terawan lagi.

Seperti diketahui, riset Vaksin Nusantara telah mengundang pro dan kontra sebelum pemerintah menetapkannya bukan lagi sebagai riset vaksin Covid-19. Risetnya sebagai vaksin juga sempat dihentikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan karena sejumlah prosedur uji klinis yang dianggap tak diikuti oleh Terawan dan timnya. Di antaranya tak ada pengawasan dari Komite Etik.

Riset Vaksin Nusantara muncul ke permukaan setelah Terawan dicopot sebagai Menteri Kesehatan RI pada Desember lalu. Riset sempat dipusatkan di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang, Jawa Tengah, sebelum kemudian dipindah ke RSPAD Gatot Soebroto menyusul penetapan penghentian sementara oleh BPOM.

Baca juga:
Dua Guru Besar Bicara Vaksin Nusantara yang Dikembangkan Terawan

Berita terkait

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

7 jam lalu

Respons Isu Efek Langka Vaksin AstraZeneca, Budi Gunadi: Benefitnya Jauh Lebih Besar

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin buka suara soal efek samping langka dari vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

10 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

19 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

19 jam lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Mayor Teddy Kenakan Baret Merah Saat HUT Kopassus, Siapa Saja yang Boleh Memakainya?

1 hari lalu

Prabowo dan Mayor Teddy Kenakan Baret Merah Saat HUT Kopassus, Siapa Saja yang Boleh Memakainya?

Prabowo dan Mayor Teddy kenakan baret merah saat hadiri upacara HUT ke-72 Kopassus. Siapa saja yang boleh mengenakan baret ini?

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

2 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Tunangan Ayu Ting Ting, Lettu Inf Muhammad Fardhana Pimpin Kegiatan Pemasangan Aliran Listrik Satgas Yonif 509 Kostrad

4 hari lalu

Tunangan Ayu Ting Ting, Lettu Inf Muhammad Fardhana Pimpin Kegiatan Pemasangan Aliran Listrik Satgas Yonif 509 Kostrad

Lettu Inf Muhammad Fardhana tunangan pedangdut Ayu Ting Ting, pimpin pemasangan aliran listrik Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua.

Baca Selengkapnya

Kronologi Dua Prajurit TNI Tersambar Petir, Satu Meninggal

8 hari lalu

Kronologi Dua Prajurit TNI Tersambar Petir, Satu Meninggal

Dua prajurit yang tersambar petir itu tengah melintas di Delta 1 Mabes TNI, Cilangkap.

Baca Selengkapnya

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

9 hari lalu

Unilever Tarik Es Krim Magnum di Inggris dan Irlandia dari Peredaran, Begini Penjelasan BPOM soal Produk Itu di RI

BPOM angkat bicara soal keamanan produk es krim Magnum yang beredar di Indonesia.

Baca Selengkapnya