Peneliti Temukan 11 Jenis Baru Bidang Botani Selama 2020

Reporter

Tempo.co

Editor

Erwin Prima

Rabu, 9 Juni 2021 11:36 WIB

Sebelas jenis baru tumbuhan telah berhasil dideskripsikan selama 2020 atas hasil kolaborasi para taksonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan taksonom asing. Kredit: LIPI

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak sebelas jenis baru tumbuhan telah berhasil dideskripsikan selama 2020 atas hasil kolaborasi para peneliti atau taksonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan taksonom asing. Hasil temuan jenis baru tersebut sudah diterbitkan di beberapa jurnal ilmiah internasional.

Adapun 11 jenis baru botani tersebut adalah empat jenis baru marga Begonia, satu jenis baru Impatiens, dua jenis baru anggrek, satu jenis baru Dracaena, satu jenis baru kantong semar atau Nepenthes, satu jenis baru Syzygium, dan satu jenis baru Etlingera tjiasmantoi.

Koordinator Program Penelitian Botani, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Himmah Rustiami, mengatakan bahwa Herbarium Bogoriense Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi LIPI, merupakan herbarium terbesar di Indonesia yang menyimpan hampir satu juta koleksi spesimen, sehingga kerja sama para taksonom Herbarium Bogoriense dengan taksonom lain sangat dibutuhkan.

“Dengan adanya kolaborasi penelitian taksonomi baik antarunit dalam satu kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI maupun dengan pihak luar, selain menambah koleksi spesimen di Herbarium Bogoriense, juga mendukung program riset nasional dalam mengungkap keanekaragaman hayati Indonesia,” ungkap Himmah dalam keterangannya, Rabu, 9 Juni 2021.

Himmah mengatakan bagi seorang taksonom, penemuan jenis baru adalah bagian dari capaian yang indah dari kerja kerasnya. “Berhasil mendiskripsikan jenis baru tumbuhan adalah salah satu hal terbaik bagi seorang taksonom. Mengapa? Karena akan membawanya lebih dekat kepada Sang Maha Pencipta,” ujarnya.

Advertising
Advertising

Kesebelas jenis baru bidang botani yang berhasil dideskripsikan selama 2020 adalah sebagai berikut:

  • Empat jenis baru marga Begonia: Dideskripsikan oleh Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Deden Girmansyah dan tim. Penemuan terbaru tersebut terdiri dari tiga jenis baru Begonia sect. Petermanni yang dikoleksi dari Kalimantan, yaitu bawangensis Girm. & M.Hughes, B. pendulina Girm. & M.Hughes dan B. recurvata Girm & M.Hughes, dan satu jenis baru Begonia sect. Bracteibegonia yang dikoleksi dari Kepulauan Mentawai, B. mentawaiensis Girm. & M.Hughes.
  • Satu jenis baru Impatiens: Impatiens marroninus Utami (Balsaminaceae) dideskripsikan oleh Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Nanda Utami. Jenis ini termasuk kedalam sub-marga Impatiens Kathetophyllon yang dikoleksi dari Sumatra.
  • Dua jenis baru anggrek: Dideskripsikan oleh Paul Ormerod dan Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Lina Susanti Jenis ini dideskripsikan berdasarkan spesimen herbarium, yaitu Dendrobium ornatum Ormerod & Juswara, s.p. nov. termasuk kedalam sect. Grastidium Blume, dan Tropidia kjellbergii Ormerod & Juswara jenis endemik marga Tropidia, yang dikoleksi dari Sulawesi.
  • Satu jenis baru Dracaena: Jenis baru yang diberi nama Dracaena jiewhoei Hambali, Sulistiarini & Rugayah oleh G.G. Hambali (Taman Buah Mekarsari dan Yatazawa Research & Development Gardens) serta Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Diah Sulistiarini dan Jenis ini termasuk ke dalam suku Asparagaceae dan merupakan jenis baru dari Jambi, Sumatra. Nama jenis jiewhoei dipakai untuk menghormati Mr. Tan Jiew Hoe yang mendanai penulis (Gregori Hambali) selama melakukan eksplorasi ke Jambi.
  • Satu jenis baru kantong semar (Nepenthes): Nepenthes diabolica A. Biancgi, Chi.C.Lee., Golos, Mey, M. Mansur & A.S.Rob. adalah jenis baru yang berhasil dideskripsikan oleh Andrea Bianchi (Sezione di Biodiversità Tropicale, Muse, Italia), Chien C. Lee (Malaysia), Michal R. Golos (University of Bristol, Inggris), François S.Mey (Perancis), Muhammad Mansur (Pusat Penelitian Biologi LIPI), dan Alastair S. Robinson (National Herbarium of Victoria, Royal Botanic Gardens, Austalia). Nepenthes diabolica adalah tumbuhan kantong semar jenis baru, ditemukan di salah satu gunung di Sulawesi Tengah. Jenis ini mempunyai persebaran terbatas dan populasinya di alam sangat kecil, maka IUCN menilai status konservasinya pada kategori kritis terancam punah. Julukan khusus diabolica berasal dari bahasa Latin "diabolical" atau "devilish", mengacu pada warna merah yang khas dari kantong bawah dan gigi peristomnya yang sangat besar.
  • Satu jenis baru Syzgium: Syzygium tinombalum sukses dideskripsikan oleh Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Siti Sunarti. Syzygium tinombalum adalah jenis baru dari marga Syzygium, yang termasuk suku Myrtaceae atau dalam istilah Indonesia dikenal dengan suku jambu-jambuan. Nama epithet “tinombalum”, merujuk dari lokasi asal ditemukannya jenis tersebut, yaitu di daerah Taman Nasional Tinombala, Sulawesi Tengah. Jenis tersebut telah dikonservasi secara ex-situ di Kebun Raya Bogor sejak 2010. Bunganya mirip dengan bunga cengkeh, akan tetapi sangat berbeda pada bentuk daun maupun buahnya.
  • Satu jenis baru Etlingera: Penemuan jenis baru Etlingera tjiasmantoi dideskripsikan oleh Peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI, Marlina Ardiyani dan tim. Jenis baru Etlingera, Etlingera tjiasmantoi Ardiyani dan Ardi, ditemukan di Tentena, Sulawesi Tengah. Jenis ini menyerupai flexuosa A.D.Poulsen dan E. mamasarum A.D.Poulsen & Ardiyani tetapi berbeda dari keduanya antara lain pada bentuk buahnya.

Baca:
Ilmuwan Temukan Cara Covid-19 Merusak Paru-paru Manusia

Berita terkait

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

2 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

3 hari lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

4 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

4 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

4 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

10 hari lalu

Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.

Baca Selengkapnya

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

13 hari lalu

Atasi Kekurangan Zinc pada Anak, Periset BRIN Teliti Suplemen Zinc dari Peptida Teripang

Saat ini suplemen zinc yang tersedia di pasaran masih perlu pengembangan lanjutan.

Baca Selengkapnya

Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1

13 hari lalu

Jurnal Internasional IJTech Milik FTUI Kembali ke Posisi Q1

IJTech milik FTUI kembali menjadi jurnal terindeks kuartil tertinggi (Q1) berdasarkan pemeringkatan SJR yang dirilis pada April 2024

Baca Selengkapnya

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

14 hari lalu

BRIN Tawarkan Model Agrosilvofishery untuk Restorasi Ekosistem Gambut Berbasis Masyarakat

Implimentasi model agrosilvofishery pada ekosistem gambut perlu dilakukan secara selektif.

Baca Selengkapnya

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

14 hari lalu

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Penulisan jurnal ilmiah bagi dosen akan membantu menyumbang angka kredit dosen, meskipun tak wajib publikasi di jurnal Scopus.

Baca Selengkapnya