Indra Rudiansyah, Sarah Gilbert, dan Vaksin AstraZeneca untuk Dunia
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Senin, 19 Juli 2021 14:57 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa asal Indonesia, Indra Rudiansyah, terlibat dalam pengembangan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Vaksin ini adalah satu di antara beberapa yang telah lulus uji keamanan, keselamatan, dan efektivitas untuk kemudian digunakan dalam melawan pandemi Covid-19.
Indra, 29 tahun, termasuk yang pernah diperkenalkan Sarah Gilbert, Kepala Institut Jenner di Oxford University, Inggris, dalam video berjudul The Oxford Vaccine: Meet the team behind the breakthrough pada Februari lalu. Ada dua mahasiswa lain yang juga dikenalkan dalam video itu, yakni Marco Polo Peralta dan Rebecca Makinson, keduanya mendalami Clinical Medicine di institut yang sama.
Adapun Sarah Gilbert belakangan menghiasi pemberitaan dunia karena melepas hak patennya demi vaksin Covid-19 itu bisa didistribusikan dan digunakan luas masyarakat di dunia. Profesor vaksinologi itu di antaranya menerima standing ovation saat hadir di antara bangku penonton saat laga pembuka turnamen tenis Wimbledon pada 28 Juni 2021.
Seperti dalam videonya, Sarah mengakui peran tim yang terdiri dari beragam keahlian yang ada di belakangnya dalam proses produksi vaksin AstraZeneca selama sebelas bulan sejak Januari 2020. Termasuk, dia menunjuk, tim yang terdiri dari para mahasiswa. "Ini sebuah capaian yang sangat besar, dan tanpa mereka kami tidak dapat melakukan progres secepat yang kemarin," katanya.
Indra, dalam video, mengungkapkkan kalau dirinya adalah mahasiswa di kelompok pengembangan vaksin malaria pre-erythrocytic di Institut Jenner. Dalam tim pembuat vaksin AstraZeneca, Indra menerangkan, "Saya terlibat dalam pengukuran repons antibodi di antara para relawan uji klinis."
Indra merupakan penerima beasiswa LPDP program doktoral di Oxford sejak 2018. Di Institut Jenner dia fokus mengembangkan vaksin-vaksin untuk melawan penyakit menular. "Seperti HIV, Ebola, dan penyakit-penyakit yang potensial menyebabkan pandemi seperti SARS, MERS, dan yang sekarang Covid-19," katanya.
Lulusan S1 Ilmu Mikrobiologi dan S2 Bioteknologi di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu direkrut Sarah Gilbert dalam tim vaksin Covid-19 pada Mei 2020. Indra mencatat sejumlah ilmuwan terkenal lainnya dalam itu, di antaranya, Andrew Pollard, Teresa Lambe, Catherine Green, Adrian Hill, dan Sandy Douglas.
Dia mengakui bekerja dalam tim itu sangat menantang karena mereka harus bekerja berlomba dengan waktu dan korban meninggal yang terus berjatuhan. "Kami juga harus bekerja dalam srituasi yang berbeda karena pandemi," katanya menunjuk aturan social distancing yang mengurangi keleluasaan di laboratorium.
Sebelum melanjutkan studi di Oxford, Indra sempat menjadi peneliti di BioFarma. Dia sempat terlibat dalam proses pengembangan dan penentuan CMC untuk rotavirus dan vaksin polio oral baru.
Dalam laman LinkedIn-nya, Indra Rudiansyah mengaku memiliki antusiasme yang tinggi di bidang bioteknologi, bioproses dan teknologi mutakhir seperti genome editing dan synthetic biology. “Saya percaya bahwa teknologi ini dapat meningkatkan kualitas hidup, seperti dalam memerangi epidemi dan penyakit langka,” tulis dia di profilnya.
Baca juga:
AstraZeneca Bikin Vaksin Covid-19 Baru AZD2816, Mulai Diuji Klinis