Covid-19 Yogya, Epidemiolog Sebut Kematian Berlipat bukan Sebab Varian Delta

Jumat, 30 Juli 2021 20:34 WIB

Pemakaman jenazah dengan protokol pasien Virus Corona. REUTERS/Willy Kurniawan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat kenaikan jumlah kematian akibat Covid-19 sampai 100 persen sepanjang sebulan ini. Hingga hari ini, Jumat 30 Juli 2021, Gugus Tugas Covid-19 setempat mencatat total 3.325 kasus kematian, bandingkan jumlahnya yang sebesar 1.559 kasus pada 30 Juni 2021.

Angka lonjakannya bahkan jauh lebih tinggi, mencapai lima kali lipat, menurut data penanganan jenazah di Posko Dukungan Operasi Satgas Covid-19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY. Versi yang ini menghitung seluruh jenazah Covid-19 yang harus mereka tangani menuju pemakaman, baik dari eks pasien di rumah sakit maupun isolasi mandiri di rumah.

Yang mengejutkan, penilaian dari pakar epidemiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Riris Andono Ahmad, bahwa tingginya kematian sepanjang sebulan ini bukan disebabkan mutasi virus. Seperti diketahui Covid-19 varian Delta berkembang menjadi horor di banyak daerah dan negara karena jauh lebih agresif dibandingkan varian awal maupun varian mutasi lainnya dari SARS-CoV-2 sejauh ini.

"Tingginya kematian di Yogya lebih disebabkan karena rumah sakit penuh, sehingga orang yang butuh perawatan tidak dapat perawatan yang memadai," kata Riris kepada TEMPO, Jumat 30 Juli 2021.

Dia menyodorkan data Kamis, 29 Juli 2021, di mana dari 34.732 kasus aktif di Yogyakarta, hanya 2.115 orang atau 6,1 persen saja yang mendapatkan perawatan di rumah sakit. Terbatasnya kapasitas rumah sakit yang tersedia bagi pasien Covid-19 ditambah masa rawat inap setiap pasien yang butuh minimal 10 hari.

Advertising
Advertising

"Kalau ada 34 ribu kasus dan 20 persennya butuh rawat inap, itu sudah berapa? Terus berapa kesediaan ranjang per satuan waktu?" ujar Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM itu.

Riris menuturkan dalam situasi lonjakan kasus seperti ini, rumah sakit ibarat ember kecil untuk mewadahi air yang bocor dari genting rumah. "Kalau rumah itu punya bocor banyak dan tidak ditambal maka embernya akan suatu ketika tidak akan cukup lagi untuk menampung," kata dia menambahkan.

Riris menyarankan, cara yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengatasi agar kematian tak bertambah tinggi ketika daya tampung rumah sakit tak memadai lagi hanyalah dengan pembatasan mobilitas warga. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat dan Level 4 dinilai Riris belum mampu menekan mobilitas.

Menurut pengamatannya, meski jalanan sepi serta mal, destinasi dan perkantoran tutup, namun mobilitas di sektor permukiman atau residensial naik. Pengamatannya bertolak belakang dengan data yang disodorkan pemerintah pusat kalau mobilitas di DIY sudah turun hingga 30 persen.

"Butuh kebijakan yang kiranya bisa membuat orang tinggal di rumah selama tiga minggu," ujar Riris.

Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 DIY, Berty Murtiningsih, mengatakan per hari ini, dari total 318 ranjang ICU di 27 rumah sakit rujukan se-DIY telah terpakai 234 unit (BOR 73,58 persen). Sedangkan dari total ranjang isolasi sebanyak 1.462 unit telah terpakai 1.285 unit (BOR 87,89 persen).

"Hari ini masih terjadi penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 sebanyak 1.932, sehingga total kasus terkonfirmasi menjadi 116.311 kasus di mana jumlah kasus aktif 36.512 kasus," ujar Berty.

Baca juga:
Kematian Warga Batam Penerima Dua Suntikan Vaksin Sekaligus Masih Misteri

Berita terkait

BPBD: Gempa M6,2 dari Laut Selatan Jawa Barat Berdampak Kerusakan dan Korban Luka

5 jam lalu

BPBD: Gempa M6,2 dari Laut Selatan Jawa Barat Berdampak Kerusakan dan Korban Luka

Gempa bermagnitudo 6,2 di Laut Selatan Jawa Barat tidak hanya terasa kencang dan lama getarannya.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

1 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Curah Hujan Tinggi Penyebab Longsor di Garut, 3 Orang Tertimbun Ditemukan Meninggal

1 hari lalu

Curah Hujan Tinggi Penyebab Longsor di Garut, 3 Orang Tertimbun Ditemukan Meninggal

Selain korban jiwa, beberapa bangunan dan satu unit fasilitas beribah rusak berat akibat bencana longsor.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

2 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

4 hari lalu

Guru Besar UGM Anjurkan Daun Pegagan untuk Terapi Daya Ingat, Begini Cara Kerjanya

Tanaman liar pegagan dianggap bisa membantu terapi daya ingat. Senyawa aktifnya memulihkan fungsi hipokampus, bagian krusial pada otak.

Baca Selengkapnya

Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

4 hari lalu

Usai Putusan Sengketa Pilpres, Zainal Arifin Mochtar Sebut MK Punya Banyak PR

Pakar hukum tata negara UGM, Zainal Arifin Mochtar, menilai MK punya banyak pekerjaan rumah alias PR pasca-putusan sengketa pilpres.

Baca Selengkapnya

UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

4 hari lalu

UGM Buka Pendaftaran Seleksi Mandiri, Simak Syarat dan Panduan Pendaftaran

Universitas Gajah Mada buka pendaftaran online seleksi mandiri UGM sejak 17 April hingga 7 Mei 2024. Lokasi ujian mandirinya?

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

4 hari lalu

Pakar Hukum UGM Sebut Ada 3 Genre Hakim dalam Putusan MK

Pakar hukum di UGM sebut ada 3 genre hakim dalam memutus perkara. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

4 hari lalu

Pakar Hukum UGM Nilai Ada 3 Kejanggalan Putusan MK soal Sengketa Pilpres

MK sebelumnya telah menolak gugatan sengketa pilpres 2024 yang diajukan kubu Anies dan Ganjar.

Baca Selengkapnya