Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

698 Isoman Covid-19 Yogya Meninggal Selama Juli, 3 Faktor Ini Diduga Pemicunya

image-gnews
Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 12-18 tahun yang digelar di halaman parkir Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta. Dok.Pemkot Yogya
Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 12-18 tahun yang digelar di halaman parkir Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta. Dok.Pemkot Yogya
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Posko Dukungan Operasi Satgas Covid-19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat kematian warga DIY yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumahnya terus melesat sepanjang Juli ini. Dalam periode 1-27 Juli, jumlah warga isoman yang meninggal dunia ada sebanyak 698 orang.

Dalam periode yang sama, posko BPBD DIY juga telah menangani penanganan 1.983 jenazah dengan protokol Covid-19 yang meninggal di rumah sakit rujukan Covid-19, sehingga total kurang dari sebulan itu Posko BPBD DIY menangani 2.681 jenazah baik yang isoman di rumah atau rumah sakit.

Wakil Komandan Posko Dukungan Operasi Satgas Covid-19 BPBD DIY Indrayanto mengatakan dari evaluasi pihaknya, setidaknya ada tiga dugaan penyebab tingginya angka kematian itu. "Pertama mungkin terkait jenis virusnya (varian Delta) yang menyerang warga sekarang, ternyata ini benar-benar ganas," kata Indrayanto Kamis 29 Juli 2021.

Keganasan varian Delta ini, ujar Indra, dilihat dari dampak gejala yang dialami para pasien isoman itu yang sangat tak terduga. "Pagi hari pasien itu merasa fisiknya masih kuat sehingga memilih isoman di rumah, tapi saat menjelang sore atau malam, tiba-tiba kondisinya langsung drop. Di situlah sekitarnya langsung panik, cari oksigen susah, rumah sakit susah, akhirnya balik ke rumah lagi dan malamnya meninggal," kata Indra.

Faktor kedua pemicu tingginya angka kematian isoman yang diamati para relawan, soal tempat isolasi yang dipilih yakni di rumah, bukan shelter terpadu. Tak semua rumah yang dijadikan lokasi isolasi itu memiliki kondisi ideal seperti kamar mandi terpisah, tempat makan terpisah, atau tempat tidur terpisah.

Penularan antarkeluarga pun terjadi sangat cepat. Tak ada pemantauan kondisi kesehatan, makanan dan pengobatan hingga psikologis di keluarga itu oleh petugas medis. Kalau di shelter, minimal ada yang memantau kesehatan, obat, gizi, dan psikologisnya.

"Biasanya kalau isolasi di rumah, yang memastikan pasien isoman ini mau makan kan tidak ada. Pasien yang terpapar ini biasanya kehilangan indera perasa lalu susah makan, akhirnya tubuh lemas. Kalau ini terjadi pada yang sepuh-sepuh (sudah tua) berbahaya," kata Indra.

Meskipun sampai saat ini belum pernah ada shelter-shelter isolasi meminta dan diberi stok oksigen, namun Indra mengatakan sepanjang timnya menangani ribuan jenazah Covid-19 sejak 2020 silam, angka kematian sangat rendah.

"Angka kematian di shelter yang kami tangani sejauh ini hanya tiga orang, berbeda jauh dengan angka kematian di rumah," kata Indra. Kebutuhan di shelter selama ini tercukupi.

Indra melihat kepanikan akan kebutuhan oksigen tak jarang dipicu psikologis pasien sendiri ketika mendapati dirinya positif. Menurutnya, tidak semua warga bisa membaca saturasi oksigennya secara tepat. Berbeda dengan di shelter yang saturasi oksigennya dipantau langsung tenaga medis. "Tak jarang pasien panik mencari oksigen karena salah baca saturasi, setelah dicek yang dibaca ternyata indikator detak jantungnya," kata Indra.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Faktor ketiga penyebab kematian isoman tinggi di Yogya adalah kendornya rantai pengawasan atas warga yang terdeteksi positif. Indra bercerita pada 2020 silam, jika ada warga mengetahui dirinya terpapar yang diburu pertama adalah shelter. "Tapi sekarang, saat warga tahu dirinya terpapar yang diburu rumah sakit, shelter akhirnya banyak yang kosong, rumah sakit penuh," kata dia.

Indra mendorong pemerintah merekrut petugas yang bisa mengontrol agar shelter shelter ini kembali aktif. Menurutnya, mekanisme memantau pasien isoman secara door to door yang diwacanakan saat ini tak akan efektif. "Lebih baik rekrut petugas untuk memantau dan mendorong agar shelter di desa-desa itu aktif dan penanganan pasien isolasi bisa terpusat," kata dia.

Indra mengatakan seluruh pasien meninggal yang ditangani TRC BPBD itu terkonfirmasi positif melalui pemeriksaan antigen maupun Polymerase Chaun Reaction (PCR) dan dimakamkan dengan prosedur pemulasaran jenazah Covid-19. "Jenazah yang kami tangani positif antigen atau PCR dan ada surat keterangan infeksius," kata dia.

Asisten I Sekretaris DIY Sumadi mengatakan saat ini jumlah warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah memang jumlahnya terlampai besar dan cukup sulit pengawasannya. "Sampai saat ini warga yang isolasi mandiri di rumah itu sekitar 28.000 orang dan itu membuat kami cukup sulit mengontrol," kata Sumadi.

Sumadi mengatakan, yang jadi persoalan ketika warga isolasi mandiri itu kerabatnya atau yang bersangkutan tidak melaporkan kondisinya ke tingkat RT/RW atau puskesmas. "Sehingga ketika kondisinya makin memburuk, baru dibawa ke rumah sakit, akibatnya penanganannya sudah cukup terlambat," kata Sumadi.

Pemerintah DIY, ujar Sumadi, kini sudah menggandeng TNI dan Polri untuk membentuk satgas khusus yang diterjunkan guna memantau para warga yang isolasi mandiri itu secara door to door. Shelter isolasi terpadu juga telah disiapkan agar mereka yang isolasi di rumah bisa segera berpindah.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku prihatin karena masih banyak masyarakat yang memilih isolasi mandiri di rumah padahal kondisinya tidak memungkinkan. "Kami sedih masyarakat masih sulit untuk diajak ke shelter jika positif," kata Sultan, Rabu.

Sultan mengatakan pemerintah juga telah mengeluarkan surat keputusan bahwa untuk isolasi mandiri, rumah yang digunakan harus memenuhi syarat, misalnya kamar mandi antara pasien positif dan keluarga yang negatif harus terpisah.

Baca:
Capaian Vaksinasi Rendah, Sleman: Stok Vaksin Tak Selalu Siap

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

10 jam lalu

Seorang pria yang mengenakan masker berjalan melewati ilustrasi virus di luar pusat sains regional di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Oldham, Inggris, 3 Agustus 2020. [REUTERS/Phil Noble]
Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.


Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

1 hari lalu

Dwina Septiani Wijaya. Dok. Peruri
Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.


8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

1 hari lalu

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.  Foto: Booking.com
8 Hotel Murah Dekat Stasiun Lempuyangan, Harga Mulai 100 Ribuan

Jika Anda melancong di Yogyakarta, Anda bisa memilih menginap di hotel dekat Stasiun Lempuyangan yang murah. Ini rekomendasinya.


Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

1 hari lalu

Presiden pertama RI, Sukarno (kiri) didampingi Wakil Presiden Mohammad Hatta, memberikan hormat saat tiba di Jalan Asia Afrika yang menjadi Historical Walk dalam penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955. Dok. Museum KAA
Alasan Sumpah Jabatan Presiden Indonesia Pertama Dilakukan di Keraton Yogyakarta

Di Indonesia sumpah jabatan presiden pertama kali dilaksanakan pada tahun 1949. Yogyakarta dipilih karena Jakarta tidak aman.


Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

1 hari lalu

Video viral di media sosial berisi aksi belasan warga berebutan melempar sampah ke bak sebuah truk yang melintas di jalanan sekitar depo sampah Pasar Ngasem Kota Yogyakarta pada Rabu 24 April 2024. Dok. Istimewa
Depo Sampah Tutup, Warga Yogyakarta Berebut Buang Sampah ke Bak Truk yang Melintas

Pascalibur Lebaran, sejumlah depo sampah di Kota Yogyakarta memang belum dibuka. Tumpukan sampah masih tampak menggunung.


Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

2 hari lalu

Aktivis pro demokrasi Usman Hamid saat berorasi dalam Aksi Sejagad yang diikuti elemen gerakan Gejayan Memanggil hingga Forum Cik Ditiro di halaman Kantor KPU DIY Rabu, 24 April 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Massa Geruduk KPU Yogyakarta, Serukan Gerakan Oposisi Rakyat

Massa menggelar aksi di depan kantor KPU Yogyakarta hari ini. Usman Hamid yang hadir di aksi itu menyinggung tentang nepotisme.


Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

2 hari lalu

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata memberikan keterangan kepada awak media, di gedung KPK, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. KPK mengungkapkan telah menaikan status penyelidikan ke tingkat penyidikan dugaan penyimpangan tindak pidana korupsi dalam pemberian fasilitas penyaluran kredit Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). TEMPO/Imam Sukamto
Alexander Marwata Beberkan Nama-Nama Pegawai KPK yang Diperiksa Polda Metro Jaya

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata, membeberkan nama-nama pegawai lembaga antikorupsi itu yang telah diperiksa oleh Polda Metro Jaya.


Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

2 hari lalu

Batik Nitik Yogyakarta yang sudah tercatat dalam indikasi geografis. Tempo/Pribadi Wicaksono
Promosikan Cenderamata, Pelaku Wisata Didorong Manfaatkan Layanan Indikasi Geografis

Ketika cenderamata lokal sudah tertandai dengan indikasi geografis, reputasinya akan terangkat karena produk itu sudah dinyatakan original.


Data Terbaru Banjir Musi Rawas: 51 Ribu Warga Terdampak dan 292 Hunian Rusak Berat

3 hari lalu

Basarnas cari korban tenggelam banjir bandang Muratara, Musi, Sumatera Selatan. (ANTARA/ HO- Basarnas Palembang)
Data Terbaru Banjir Musi Rawas: 51 Ribu Warga Terdampak dan 292 Hunian Rusak Berat

Banjir di Musi Rawas Utara merusak hunian dan berbagai fasilitas di lima kecamatan. BNPB mendata ada 51 ribu warga lokal terdampak.


Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

4 hari lalu

Demo udara berbagai pesawat warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta Senin (22/4). Dok.Istimewa
Aksi Demo Udara Berbagai Pesawat Warnai HUT ke-78 TNI AU di Yogyakarta

Yogyakarta dipilih sebagai tempat perhelatan HUT TNI AU karena merupakan cikal-bakal Angkatan Udara Indonesia.