Angkatan Laut AS Kembangkan Pesawat Nirawak Tenaga Surya Skydweller

Jumat, 6 Agustus 2021 18:10 WIB

Pesawat tenaga matahari tanpa awak yang dibuat Angkatan Laut Amerika Serikat. Foto :Skydweller Aero

TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan Laut Amerika Serikat sedang mengembangkan pesawat bertenaga surya tanpa pilot alias nirawak. Pesawat itu dikabarkan akan memiliki kemampuan terbang selama 90 hari secara kontinyu dan akan difungsikan membantu mengawasi kapal angkatan laut atau sebagai platform relay komunikasi.

Pesawat yang diberi nama Skydweller itu dikembangkan oleh Skydweller Aero, dibangun dari pesawat berawak Solar Impulse 2 yang terbang keliling dunia pada 2015 dan 2016, tetapi harus berhenti setiap lima hari. Versi yang ditingkatkan akan menghilangkan kokpit, memungkinkan ruang perangkat keras berkemampuan otonom.

CEO Skydweller Aero, Robert Miller, menjelaskan, dengan melepas kokpit, pesawat akan mampu mengangkut sekitar 400 kilogram muatan tambahan. Saat ini, pihaknya berencana menguji penerbangan otonom, berikutnya uji lepas landas otonom, pendaratan otonom dan akhirnya penerbangan otonom penuh.

“Setelah semua ini terbukti, kami akan beralih ke pengujian daya tahan lama dengan tujuan beroperasi selama 90 hari lebih,” ujar Miller kepada New Scientist, Kamis, 5 Agustus 2021.

Skydweller memiliki bentang sayap sepanjang 236 kaki (72 meter) yang dalam produksinya bisa saja ditambahkan dengan sel bahan bakar hidrogen untuk dorongan tambahan. Yang jelas, sayapnya itu akan ditutupi dengan 2.900 kaki (884 meter) persegi sel surya, yang menyediakan daya 2 kilowatt.

Advertising
Advertising

Pesawat otonom akan melaju dengan kecepatan hingga 100 knot dan terbang setinggi 45.931 kaki (14.000 meter) di atas permukaan, dan membawa muatan 800 pon (363 kilogram).

Salah satu pendiri Skydweller Aero, John Parkes, menjelaskan kepada Aviation, bahwa misi Skydweller tidak akan dapat dilakukan oleh pesawat lain. “Intinya melakukan Skydweller ini akan lebih baik, cerdas, murah, dan efektif," kata Parkes sambil menambahkan, Skydweller akan digunakan khusus untuk melakukan misi intelijen, pengawasan dan pengintaian (ISR) dari perspektif udara dengan lebih efektif.

Kabar pengembangan Skydweller mengikuti pengumuman dari Angkatan Udara Amerika bahwa pesawat itu akan segera menggantikan MQ-9 Reaper, drone pesawat yang mampu terbang dikendalikan dari jarak jauh atau otonom. Meskipun Skydweller tidak memasukkan semua kemampuan Reaper, Parkes mencatat itu bisa membantu mengurangi biaya militer.

“Mampu terbang ribuan mil, bertahan di suatu area selama 30-60 hari dan terbang kembali adalah pembeda,” kata Parkes.

Menurut Parkes, hal itu menjadi penghematan biaya yang sangat besar bagi pemerintah ketika melihat seluruh biaya untuk melakukan banyak misi keamanan nasional yang dimiliki. Satu hal lagi, Skydweller tidak perlu lepas landas atau mendarat sebanyak MQ-9 Reaper.

NEW SCIENTIST | AVIATION | DAILY MAIL | THE DRIVE

Baca juga:
Ilmuwan Cina Kembangkan Pesawat Amfibi Nirawak

Berita terkait

Delay 5 Jam, Penumpang Lion Air SUB-BDJ Desak Kompensasi Rp 300 Ribu

4 jam lalu

Delay 5 Jam, Penumpang Lion Air SUB-BDJ Desak Kompensasi Rp 300 Ribu

Pesawat Lion Air JT 316 rute Surabaya-Banjarmasin delay selama lima jam karena menunggu kedatangan pesawat Lion Air dari Batam.

Baca Selengkapnya

Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

2 hari lalu

Penumpang Ketahuan Bawa Ular saat akan Naik Pesawat, Disembunyikan di Celana

Keamanan bandara menggunakan Advanced Imaging Technology (AIT) untuk mendeteksi kejanggalan pada penumpang itu sebelum naik pesawat.

Baca Selengkapnya

Pendapatan Garuda Indonesia di Kuartal Pertama 2024 Mencapai USD 711,98 Juta

4 hari lalu

Pendapatan Garuda Indonesia di Kuartal Pertama 2024 Mencapai USD 711,98 Juta

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan pendapatannya di kuartal pertama 2024 ini meningkat hingga 18,07 persen.

Baca Selengkapnya

Penumpang Garuda Indonesia Mencapai 5,42 Juta Sepanjang Kuartal Pertama 2024

4 hari lalu

Penumpang Garuda Indonesia Mencapai 5,42 Juta Sepanjang Kuartal Pertama 2024

Jumlah penumpang Garuda Indonesia Group di kuartal pertama 2024 sebanyak 5,42 juta.

Baca Selengkapnya

Kompensasi Apa yang Didapat Penumpang jika Terjadi Keterlambatan Penerbangan Pesawat?

5 hari lalu

Kompensasi Apa yang Didapat Penumpang jika Terjadi Keterlambatan Penerbangan Pesawat?

Penumpang memiliki hak mendapat kompensasi dari maskapai jika terjadi keterlambatan penerbangan pesawat.

Baca Selengkapnya

Tips Bepergian Naik Pesawat dengan Hewan Peliharaan

6 hari lalu

Tips Bepergian Naik Pesawat dengan Hewan Peliharaan

Tak semua maskapai penerbangan membolehkan penumpang bawa hewan peliharaan, pastikan tahu berikut sebelum beli tiket.

Baca Selengkapnya

Pesawat Khusus Anjing Bakal Terbang dari New York Mulai Bulan Depan

6 hari lalu

Pesawat Khusus Anjing Bakal Terbang dari New York Mulai Bulan Depan

Bark Air merupakan layanan perjalanan udara pertama yang memungkinkan anjing menikmati penerbangan kelas satu.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

9 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

10 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Bagaimana Pramugari dan Pilot Tidur saat Penerbangan Jarak Jauh?

10 hari lalu

Bagaimana Pramugari dan Pilot Tidur saat Penerbangan Jarak Jauh?

Penerbangan jarak jauh butuh awak kabin yang lebih banyak karena pramugari dan pilot punya waktu istirahat.

Baca Selengkapnya