Resep Cegah Covid-19 Varian Mu Bangkitkan Jumlah Kasus Baru di Indonesia
Reporter
Moh Khory Alfarizi
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 14 September 2021 07:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Informasi mengenai Covid-19 varian baru yang dinamai Mu atau secara ilmiah dikenal sebagai B.1.621 ramai diberitakan. Varian yang pertama kali diidentifikasi di Kolombia pada Januari 2021 oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO ini telah diklasifikasikan masuk variant of interest (VoI) sejak 30 Agustus lalu.
Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, menerangkan, jika bukti-bukti ilmiahnya sudah lebih jelas maka mungkin saja varian itu "naik kelas" menjadi variant of concern (VoC) yang tentu perlu perhatian lebih mendalam lagi. “Walau mungkin juga tetap sebagai VoI saja,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Senin, 13 September 2021.
Varian Delta yang sekarang menjadi salah satu varian dominan di banyak negara, termasuk Indonesia, kata Tjandra, juga awalnya dikategorikan sebagai VoI dan kemudian masuk dalam kelompok VoC dengan berbagai masalahnya hingga kini.
Selain VoC dan VoI, WHO juga belakangan mengidentifikasi varian-varian lain yang bukti ilmiahnya masih sangat awal dan perlu pengamatan lebih lanjut, disebut sebagai surrently designated “Alert for Further Monitoring”. Salah satunya adalah varian yang bermula dari Indonesia, yaitu B.1.466.2 yang disebutkan bahwa sampel mulai didokumentasikan pada November 2020 mulai dimasukkan sebagai “Alert for Further Monitoring” pada 28 April 2021.
Setidaknya ada lima hal yang dapat dan perlu dilakukan untuk antisipasi varian Mu atau varian baru lain yang mungkin datang saat jumlah kasus baru di tanah air terus dideklarasikan menurun. Berikut penuturan Tjandra yang merupakan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 itu selengkapnya:
1. Tingkatkan jumlah pemeriksaan WGS
Upaya terus menerus untuk meningkatkan jumlah pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) di Indonesia, untuk menemukan jika sudah ada berbagai jenis varian baru di negara Indonesia. Data sampai 11 September 2021 di GISAID yang mengumpulkan genome seluruh dunia menunjukkan bahwa Indonesia sudah memeriksa dan memasukkan data 6.035 genome.
Singapura yang lebih kecil dan sedikit luas wilayah dan jumlah penduduknya mengirim lebih banyak yaitu 6.807 genome, India bahkan sudah memeriksa dan memasukkan 46.375 genome, hampir delapan kali lebih banyak dari Indonesia. “Yang paling banyak memeriksa dan mengumpulkan genome di dunia adalah Inggris, 811.630, dan Amerika Serikat sudah hampir sejuta, tepatnya 931.373 genome,” tutur Tjandra.
2. PPKM yang memadai dan 5M
Tjandra juga menyarankan agar tetap melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM yang memadai. Menurutnya, pembatasan sosial merupakan faktor penting untuk mengurangi kemungkinan penularan, dan jika ada penularan di masyarakat yang luas, maka virus akan terus bereplikasi yang justru mungkin menimbulkan terjadinya mutasi dan varian baru.
“Selain itu tingkatkan protokol kesehatan 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas,” kata Tjandra menambahkan resep mengendalikan angka penularan kasus baru Covid-19.
<!--more-->
3. Tingkatkan 3T
Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI, Jakarta itu, juga menjelaskan antisipasi ketiga yaitu dengan terus meningkatkan 3T (testing, tracing, dan treatment). Tujuannya agar kasus positif Covid-19 dapat terdeteksi, ditangani dan diisolasi atau dikarantina sehingga memutus rantai penularan.
Dengan jumlah tes dan telusur yang memadai seperti yang sudah ditargetkan—400 ribu tes sehari dan telusur 15 orang dari setiap kasus positif, yang sayangnya belum tercapai. “Sehingga bisa terdeteksi lebih banyak kasus positif di masyarakat, termasuk jika sudah ada penularan akibat varian Mu atau varian baru lainnya.”
4. Tingkatkan cakupan vaksinasi
Upaya keempat adalah terus meningkatkan cakupan vaksinasi. Data sampai 11 September 2021 menunjukkan baru 19,94 persen cakupan vaksinasi yang lengkap sampai dosis ke dua, dengan 41.534.340 dosis. Memang sudah ada 34,69 persen yang sudah mendapat suntikan satu kali dengan 72.248.720 dosis, tapi vaksin ini diteliti, diproduksi dan diberikan izinnya untuk dua kali suntikan. “Jadi harus dapat dua dosis barulah efek proteksinya memadai,” ujar Tjandra.
Perlu ditekankan juga, kata dia, data per 11 September 2021 baru ada 18,61 persen lansia yang dapat vaksin lengkap dua kali, artinya masih lebih dari 80 persen yang belum dapat proteksi memadai. “Padahal lansia adalah kelompok dengan risiko tinggi tertular, serta penyakitnya menjadi berat, bahkan kematian,” katanya.
5. Awasi kunjungan dari luar negeri
Dan yang banyak dibahas adalah tentang kunjungan dari luar negeri, sehingga harus diawasi dengan ketat. Jika ada warga yang datang dari luar negeri—apalagi dari negara yang sudah melaporkan kasus varian Mu—maka pada mereka harus dilakukan karantina dan pemeriksaan PCR untuk tahu positif atau tidak.
“Lamanya hari karantina tidak boleh terlalu singkat, setidaknya satu atau dua kali masa inkubasi,” tutur Tjandra.
Selain itu, pengawasan juga tidak hanya berhenti dengan karantina, tapi juga pada periode beberapa minggu sesudah selesai karantina di hotel, atau di rumah, atau di tempat kerja dan atau berbaur di masyarakat luas. Dan jika ada situasi mencurigakan maka perlu segera dilakukan pemeriksaan WGS untuk mendeteksi kemungkinan adanya varian baru virus corona Covid-19, termasuk varian Mu ini.
“Jadi, kalau bisa memang dicegah masuk, tapi kalau toh sudah masuk maka harus dideteksi sedini mungkin sehingga tidak menyebar luas di negara kita,” ujar Tjandra menambahkan.
Baca juga:
Peretas Spionase Cina Diduga Susupi Jaringan BIN dan 9 Lembaga Lain