Gelombang Rossby dan Kelvin di Balik Hujan Angin yang Mengacak-acak Kota Depok

Kamis, 23 September 2021 06:45 WIB

Beberapa unit kendaraan rusak tertimpa reklame yang roboh di salah satu cafe di Jalan Margonda Raya, Depok akibat angin kencang disertai hujan deras, Selasa 21 September 2021 sore. Dokumentasi Warga

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi cuaca ekstrem di masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan atau pancaroba. Tanda-tanda terjadinya cuaca ekstrem dapat mulai dirasakan di wilayah Jabodetabek, yakni peristiwa hujan es disertai angin kencang di sekitar Kota Depok juga Bogor yang menyebabkan pohon tumbang serta menimbulkan beberapa kerusakan lainnya.

Berdasarkan analisis citra satelit, cuaca ekstrem di Kota Depok terjadi karena adanya pertumbuhan awan Cumulonimbus yang sangat aktif terbentuk disekitar wilayah Jabodetabek mulai siang hingga menjelang sore. “Awan kemudian berubah menjadi hujan dengan kategori sangat lebat dalam periode beberapa jam antara siang-sore,” kata Deputi Kepala BMKG Bidang Meteorologi, Guswanto, dikutip dari siaran pers, Rabu 22 September 2021.

Menurut Guswanto, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini pada pada hari sebelum amuk hujan dan angin itu terjadi. Peringatan diberikan baik mengenai potensi cuaca ekstrem selama periode peralihan musim (pancaroba) untuk wilayah Jawa Barat dan wilayah lainnya, maupun penajaman dengan informasi peringatan dini skala waktu harian. “Pada 21 September 2021, BMKG mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem yang meliputi wilayah Jabodetabek termasuk wilayah Depok dan sekitarnya mulai siang jam 13.30 WIB dengan potensi hingga malam.”

Guswanto menjelaskan, cuaca ekstrem yang terjadi tersebut disebabkan oleh fenomena gelombang atmosfer yang teridentifikasi aktif di sekitar wilayah Indonesia, termasuk di wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Fenomena gelombang atmosfer tersebut adalah MJO (Madden Jullian Oscillation) dan Gelombang Rossby Ekuatorial yang aktif di sekitar wilayah tengah dan timur Indonesia, serta Gelombang Kelvin yang aktif di sekitar wilayah Jawa dan Kalimantan.

"Kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan konvektivitas yang cukup tinggi serta didukung dengan adanya kondisi dinamika atmosfer skala regional yang cukup aktif berkontribusi pada pembentukan awan hujan, menjadi faktor pemicu potensi cuaca ekstrem tersebut," katanya menjelaskan.

Advertising
Advertising

Guswanto memaparkan bahwa MJO, Gelombang Rossby Ekuatorial, dan Gelombang Kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah fase aktif yang dilewatinya. Keduanya bergerak dari arah Samudera Hindia ke arah Samudera Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, dan skala harian pada Kelvin.

Sebaliknya, fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudera Pasifik ke arah Samudera Hindia dengan melewati wilayah Indonesia. Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Seperti diketahui, hujan disertai angin kencang telah menyebabkan sejumlah papan reklame dan pohon tumbang di sedikitnya delapan titik Kota Depok pada Selasa lalu. Ratusan rumah rusak, perjalanan KRL Jakarta-Bogor pun terganggu.

Beberapa unit kendaraan rusak tertimpa reklame yang roboh di salah satu cafe di Jalan Margonda Raya, Depok akibat angin kencang disertai hujan deras, Selasa 21 September 2021 sore. Dokumentasi Warga

Warga Kota Depok, Anies Hidayah mengisahkan, sekitar pukul 16.30, tiba-tiba petir menyambar berkali-kali setelah siang cukup terik. “Tiba-tiba suasana gelap, hujan deras, angin kencang. Kencang sekali, tidak seperti biasanya,” katanya, Rabu.

Baca juga:
Ular Piton Sembilan Meter Diselamatkan dari Amukan Warga di Riau, lalu Dilepas Liar

Berita terkait

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

2 jam lalu

Dasarian Pertama Mei, Hujan Diprediksi Berkurang di Separuh Wilayah Jawa Barat

Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat memprakirakan 52,1 persen wilayah berkategori hujan rendah.

Baca Selengkapnya

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

10 jam lalu

4 Kali Gempa Menggoyang Garut dari Berbagai Sumber, Ini Data BMKG

Garut dan sebagian wilayah di Jawa Barat kembali digoyang gempa pada Rabu malam, 1 Mei 2024. Buat Garut ini yang keempat kalinya sejak Sabtu lalu.

Baca Selengkapnya

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

18 jam lalu

BPBD Kabupaten Bandung Telusuri Informasi Kerusakan Akibat Gempa Bumi M4,2 dari Sesar Garsela

Gempa bumi M4,2 mengguncang Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut. BPBD Kabupaten Bandung mengecek informasi kerusakan akibat gempa.

Baca Selengkapnya

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

21 jam lalu

Gempa Magnitudo 4,2 di Kabupaten Bandung Diikuti Dua Lindu Susulan

BMKG melaporkan gempa berkekuatan M4,2 di Kabupaten Bandung. Ditengarai akibat aktivitas Sesar Garut Selatan. Tidak ada laporan kerusakan.

Baca Selengkapnya

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

1 hari lalu

Cara BMKG Memantau Bahaya Tsunami Gunung Ruang yang Masih Berstatus Awas

BMKG mengawasi kondisi muka air di sekitar pulau Gunung Ruang secara ketat. Antisipasi jika muncul tsunami akibat luruhan erups.

Baca Selengkapnya

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

1 hari lalu

Hari Pertama Mei 2024, BMKG Perkirakan Sebagian Jakarta Hujan Saat Siang

Jakarta diprediksi cenderung berawan hari ini, Rabu, 1 Mei 2024. Sejumlah wilayah berpeluang hujan siang nanti.

Baca Selengkapnya

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

1 hari lalu

Gempa Bumi M5,5 Mengguncang Wilayah Maluku Utara, Terasa di Halmahera Barat dan Ternate

BMKG mencatat kejadian gempa bumi dengan kekuatan M5,5 di wilayah Maluku Utara. Pusat gempa di laut, dipicu deformasi batuan Lempeng Laut Maluku.

Baca Selengkapnya

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

1 hari lalu

Potensi Bahaya Gempa Deformasi Batuan Dalam, Ahli ITB: Lokasi Dekat Daratan

Lokasi sumber gempa lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar

Baca Selengkapnya

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

1 hari lalu

Intensitas Gempa di Jawa Barat Tinggi, BMKG Minta Masyarakat Adaptif dan Proaktif Mitigasi Bencana

Wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.

Baca Selengkapnya

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

1 hari lalu

BMKG Minta Warga Waspada 5 Potensi Bencana Susulan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi seperti yang terjadi di Garut, menurut BMKG sering disusul dengan bencana lainnya seperti tanah longsor, pohon tumbang, bahkan tsunami.

Baca Selengkapnya