TEMPO.CO, Jakarta - Pemanasan global telah mendorong musim hujan datang lebih cepat di Indonesia tahun ini. Musim hujan maju menjadi di antara periode September-Oktober di hampir 50 persen dari 342 zona musim yang membagi seluruh wilayah Indonesia.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut itu dalam konferensi pers ‘Prakiraan Musim Hujan 2021/2022’ pada Kamis 26 Agustus 2021. Dasarnya, dia menuturkan, dinamika di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik yang biasa mempengaruhi cuaca di Indonesia terpantau normal.
Dinamika yang pertama disebut Dwikorita sebagai Indian Ocean Dipole (IOD) dan yang kedua El Nino Southern Oscillation (ENSO). Kondisi itu juga tergambar dari prediksi sifat hujan di sebagian besar (71 persen zona musim) wilayah Indonesia nanti yang normal.
“Musim hujan maju ini juga karena suhu muka laut semakin hangat,” kata Dwikorita sambil menambahkan BMKG mencatat bukti dan data yang menunjukkan pemanasan global benar terjadi. “BMKG mencatat semua.”
Dalam catatan BMKG, konsentrasi C02 di udara di wilayah Indonesia kini mencapai 415 ppm setara karbon. Ini lebih tinggi daripada angka rata-rata hasil pengukuran global yang sebesar 410 ppm.
Sedang suhu udara rata-rata di pulau-pulau besar di Indonesia diprediksinya sudah akan naik tiga derajat Celsius pada akhir abad 21 (tahun 2100) jika tidak ada upaya apapun dari sekarang untuk menghambatnya. Saat ini kenaikan suhu udara sudah sebesar satu derajat dibandingkan dengan suhu udara sebelum revolusi industri 1900.
“Kenaikan sekitar satu derajat saja sudah membuat iklim tidak keruan, kacau,” kata Dwikorita.
Dia menunjuk contoh frekuensi pembentukan badai tropis semakin tinggi yang dipicu oleh suhu muka air lautnya yang meningkat. Saat ini, Dwikorita menyebutkan, suhu muka laut yang dimaksudnya sudah mencapai 29 derajat Celcius dari normalnya 26 derajat.
“Contoh Seroja (siklon tropis yang menyebabkan hujan ekstrem di Nusa Tenggara Timur pada awal April lalu) yang seharusnya tak tembus ke ekuator atau biasanya ekornya saja tapi yang terjadi seluruh bodi, kepala dan ekor, masuk. Ini contoh dampak pemanasan global.”
Baca juga:
PVMBG: Gempa di Tojo Una-una Berpotensi Sebabkan Likuifaksi