Kualitas Udara Jakarta 5 Kali Lebih Buruk daripada Standar Minimum Baru WHO

Jumat, 8 Oktober 2021 09:05 WIB

Alat berat mengeruk endapan sampah dengan latar belakang gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Selasa, 20 April 2021. Berdasarkan data "World Air Quality Index" pada 20 April pukul 10.00 WIB tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 174 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

TEMPO.CO, Jakarta - Relawan dan Konsultan Kesehatan Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI), Alvi Muldani, mencatat kualitas udara Jakarta cukup buruk. Per Kamis, 7 Oktober 2021, nilai rata-rata konsentrasi particulate matter PM 2,5 di udara mencapai rata-rata 26,9 ug/m3 atau lebih dari lima kali lebih buruk daripada ambang batas terbaru yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam webinar bertajuk ‘Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terkait Tuntutan Udara Bersih Jakarta, Apa Langkah Selanjutnya?’, Alvi yang juga seorang dokter umum itu menerangkan baku mutu udara ambien untuk PM 2,5 kini menjadi 15 mikrogram per meter kubik untuk batas harian 5,0 untuk tahunan. Standar baru itu ditetapkan WHO pada 22 September lalu.

Standar terbaru dibuat lebih ketat dibandingkan yang berlaku sebelumnya. Alasannya, standar yang lama tak mampu mencegah tujuh juta orang di dunia dari kematian dini karena polusi udara. “Sementara di Jakarta, hampir enam kali lipat standar tahunan WHO terbaru tersebut. Ini membuat usia masyarakat hanya bisa sampai 55 tahun,” ujar Alvi, Kamis.

Alvi menerangkan bahwa PM 2,5 merupakan polutan yang paling banyak menimbulkan masalah kesehatan. Polutan ini dapat menembus paru-paru dan dialirkan oleh pembuluh darah ke seluruh tubuh. Meskipun ukurannya kecil, berat partkel ini lebih besar dibanding dengan polutan lain.

Pada 2013, Alvi mengingatkan, WHO telah mengklasifikasikan PM 2,5 sebagai zat penyebab kanker. Ditambahannya pula bahwa keberadaan zat tersebut tidak disadari dan penyakitnya tidak spesifik, membuat masyarakat cenderung abai dengan polutan sebagai salah satu penyebab utama masalah kesehatan.

Advertising
Advertising

Padahal, kata Alvi, ini bisa menyebabkan gangguan perkembangan janin, iritasi mata dan saluran napas, kanker paru, penyakit otak degeneratif, bahkan penurunan performa atlet. “Karena mereka bernapas 20 kali lebih banyak dibanding orang normal, sehingga berisiko 20 kali lipat terpapar,“ tutur Alvi.

Dia juga menyarankan agar masyarakat sering-sering memantau situs web Air Quality Index (AQI), yang menyajikan data secara real time mengenai kondisi udara di wilayahnya. Masyarakat bisa mengetahui seberapa bahaya polusi udara setiap harinya, termasuk juga keterangan apa yang harus dilakukan dengan kualitas udara yang ada.

“Kita bisa lihat, apakah pakai masker respirator atau N95, atau bahkan sampai petunjuk dilarang keluar rumah karena buruknya kualitas udara Jakarta,” katanya lagi sambil menambahkan bahwa sebaiknya informasi kualitas udara harian juga ikut ditayangkan di televisi, bukan hanya prakiraan cuaca saja.

Baca juga:
Standar Baru WHO untuk Polusi Udara dan Manfaatnya di Indonesia

Berita terkait

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

2 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

4 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

7 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

17 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kelima Dunia Pagi Ini

Berdasarkan pantauan pada pukul 05.35 WIB, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 151.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

22 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Siklon Tropis Olga, Kualitas Udara Jakarta, dan Gelombang Tinggi Saat Mudik di Top 3 Tekno

25 hari lalu

Siklon Tropis Olga, Kualitas Udara Jakarta, dan Gelombang Tinggi Saat Mudik di Top 3 Tekno

Top 3 Tekno Berita Terkini Selasa pagi ini, 9 April 2024, dipuncaki artikel yang menjelaskan keberadaan dan pengaruh dari Siklon Tropis Olga,

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

25 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta dan Sekitarnya Membaik, Gara-gara Mudik Lebaran?

Selama tiga hari terakhir, bersamaan dengan mudik lebaran, 11 stasiun pemantau kualitas udara Jakarta dan sekitarnya mencatat membaiknya level ISPU.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

25 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya