IPB University Kaji Cepat Atraksi Glow di Kebun Raya Bogor, Hasilnya?

Selasa, 26 Oktober 2021 20:15 WIB

Suasana atraksi Glow Kebun Raya di Kebun Raya Bogor.y Dok. Instagram @glowkebunraya

TEMPO.CO, Bogor - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan sudah bertemu dengan tim peneliti dari IPB University dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengkaji wisata malam Glow di Kebun Raya Bogor. Kajian disebutnya dilakukan dengan cepat untuk melihat apakah akan ada dampak wisata itu bagi ekosistem seperti yang pernah dicemaskan sejumlah mantan kepala pusat konservasi Kebun Raya Bogor.

Bima Arya memastikan keputusan pembukaan wisata malam Glow diambil setelah ke luar hasil kajian tersebut. Rencana awal pembukaan atraksi Glow untuk umum adalah akhir September lalu. "Saya yakin kegiatan yang dilajukan KRB merupakan bagian dari uji coba Glow," kata dia, Selasa 26 Oktober 2021.

Bima mengatakan, Kebun Raya Bogor saat ini merupakan otoritas BRIN. Namun pembukaan Glow akan diputuskan BRIN dengan mendengarkan masukan dari Pemerintah Kota Bogor. "Karena KRB adalah bagian dari Kota Bogor," kata dia.

Rektor IPB University, Arif Satria, mengatakan kampusnya memang diminta oleh Wali Kota Bogor untuk ikut terlibat dalam kajian terhadap dampak kegiatan wisata malam Glow di Kebun Raya terhadap ekosistem. Namun Arif tidak merinci hasil kajian yang sudah dilakukan selain hanya melakukan kajian cepat dan berdasarkan pada pengalaman Glow yang ada di negara lain.

"Kami hanya melakukan kajian cepat berdasar kajian dengan data sekunder, termasuk berdasarkan pengalaman di negara lain," kata dia singkat.

Advertising
Advertising

Sementara itu, ahli proteksi tanaman yang juga dosen di Fakultas Pertanian IPB University, Dadan Hindayana, menerangkan bahwa spektrum cahaya yang ditangkap manusia berbeda dari hewan. Spektrum cahaya tampak yang ditangkap mata manusia normal disebutnya akan dapat mendeteksi panjang gelombang dari 400 sampai 700 nanometer, meskipun beberapa orang dapat menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nanometer.

"Yang sangat berpengaruh nyata terhadap proses fotosintesis tumbuhan ada pada panjang gelombang 450-495 nanometer untuk warna biru dan 620-750 nanometer warna merah," kata dia.

Bahkan, Dadan menambahkan, ada beberapa spesies hewan yang dapat melihat cahaya ultraviolet untuk membantu mereka mencari nektar di bunga. Seperti lalat yang bisa melihat warna hijau dan lebah dapat melihat warna biru dan kuning--spektrum yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia.

"Ini menarik untuk dikaji, jika menggunakan spektrum warna selain biru dan merah, misalnya hijau, apakah akan mempengaruhi proses visiologi tumbuhan pada malam hari," kata Dadan.

Menurut dia, untuk serangga sama sekali tidak bisa melihat warna merah. sehingga para peneliti biasanya melakukan penelitian perilaku serangga malam menggunakan warna merah. "Selain jenis warna, besaran intensitas cahaya yang digunakan juga sangat berpengaruh terhadap beberapa spesies," kata dia.

Glow Kebun Raya Bogor. dok. Kebun Raya

Sebelumnya, Ery Erlangga, CEO PT. Mitra Natura Raya (MNR), perusahaan operator dan pengelola Glow Kebun Raya Bogor, menyatakan wisata malam itu sebagai inovasi komunikasi yang dibangun agar konsep wisata edukasi bisa diterima oleh masyarakat modern terutama kalangan milenial. Dia juga yang pernah menyebutkan atraksi semacam Glow bukanlah hal baru dalam pengelolaan kebun raya di dunia.

Ery juga berusaha meyakinkan bahwa lampu-lampu yang digunakan di area Glow Kebun Raya Bogor merupakan lampu ramah lingkungan yang dampak cahayanya rendah. Sehingga, menurutnya, aman untuk pohon karena lampu-lampu juga dipasang di pohon-pohon pilihan sesuai rekomendasi ahli di LIPI--sekarang bagian dari BRIN.

Wisata malam dan atraksi Glow berkembang menjadi pro dan kontra setelah sejumlah mantan Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor mengkritik pengelolaan kebun raya terkini. Ditulis melalui surat bernomor 1-Istimewa, mereka menyatakan kritik berdasarkan pengamatan, serta adanya masukan dan keluhan di media sosial dari berbagai lapisan masyarakat.

Satu dari tiga pengelolaan yang disebut dalam surat adalah wisata atraksi sinar lampu di waktu malam, Glow, yang dinilai berpotensi mengubah keheningan malam Kebun Raya Bogor. Menurut mereka, nyala dan kilau lampu dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk.

Baca juga:
Studi Covid-19 di Iran Temukan Semua Warga Sudah Terinfeksi Namun Belum Herd Immunity


Selalu
update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

17 jam lalu

BRIN Undang Periset dan Mahasiswa Ikut Platform Kolaborasi Biologi Struktur untuk Gali Potensi Keanekaragaman Hayati

BRIN terus berupaya menemukan metode yang paling baru, efektif, dan efisien dalam proses pemurnian protein.

Baca Selengkapnya

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

20 jam lalu

Teknologi Roket Semakin Pesat, Periset BRIN Ungkap Tantangan Pengembangannya

Sekarang ukuran roket juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil.

Baca Selengkapnya

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

1 hari lalu

Ketergantungan Impor 99 Persen, Peneliti BRIN Riset Jamur Penghasil Enzim

Di Indonesia diperkirakan terdapat 200 ribu spesies jamur, yang di antaranya mampu memproduksi enzim.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

1 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

1 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

2 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

2 hari lalu

Kisruh Rumah Dinas Puspiptek, Pensiunan Peneliti Pernah Laporkan BRIN ke Kejaksaan Agung

Penghuni rumah dinas Psupiptek Serpong mengaku pernah melaporkan BRIN ke Kejaksaan Agung atas dugaan penyalahgunaan aset negara

Baca Selengkapnya

Pensiunan Puspitek Sebut Permintaan Pengosongan Rumah Dinas Sudah Ada Sejak 2017, Namun Batal

3 hari lalu

Pensiunan Puspitek Sebut Permintaan Pengosongan Rumah Dinas Sudah Ada Sejak 2017, Namun Batal

Pensiunan Puspitek menyatakan Menristek saat itu, BJ Habibie, menyiapkan rumah dinas itu bagi para peneliti yang ditarik dari berbagai daerah.

Baca Selengkapnya

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

3 hari lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

3 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya