TEMPO.CO, Bogor - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyatakan bahwa pengembangan Kebun Raya Bogor dengan wisata malamnya tak melibatkan pemerintahannya. Wisata malam Glow lewat atraksi permainan cahaya berdasarkan zona-zona tertentu tersebut belakangan menuai kritik.
"Apa yang menjadi kebijakan dan kewenangan di kebun raya itu murni dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang saat ini menjadi BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)," kata Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, saat ditemui di depan Balai Kota Bogor, Selasa 28 September 2021.
Bima Arya mengungkap harapannya bahwa pengembangan Kebun Raya Bogor dilakukan secara objektif dan saintifik. Termasuk untuk konsep wisata malam Glow dan tata kelola lain yang dikritik. Bima Arya menyebut konsep Glow sedang dikembangkan PT Mitra Natura Raya.
Dia meminta konsep Glow dikaji melibatkan para pakar di antaranya dari LIPI--sekarang BRIN, Dinas Lingkungan Hidup dan Institut Pertanian Bogor (IPB University). "Melibatkan peneliti ini untuk bisa memberikan jawaban terkait kekhawatiran publik karena semuanya harus ada data dan landasannya," kata dia.
Bima Arya berjanji mengawal lewat Dinas Lingkungan Hidup agar koordinasi itu berjalan. "Jawabannya nanti akan kami koordinasikan lagi dengan Natura Raya tapi pada intinya kami akan pastikan semua berjalan sesuai dengan karakteristik Kota Bogor, selain tidak akan mengganggu spesies," katanya menambahkan.
Menurut Bima Arya, Mitra Natura sepakat Kebun Raya Bogor adalah pusat konservasi, tempat kajian dan riset selain menjadi tempat wisata. Bagi pemkot, Kebun Raya Bogor juga telah selama ini menjadi penyelamat dan bahkan membentuk karakter Kota Bogor. "Sampai saat ini kami dan LIPI tengah berupaya menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai Warisan dunia, " kata dia.
Warga berjalan di jalur pedestrian Kebun Raya Bogor, Ahad, 27 Juni 2021. Ganjil genap bagi kendaraan bermotor ini diberlakukan pada jam 10.00 WIB hingga 16.00 WIB. ANTARA/Arif Firmansyah
Sebelumnya, beredar surat berisi pernyataan dari sejumlah mantan Kepala Kebun Raya Bogor. Dalam surat yang ditembuskan ke Wali Kota Bogor itu, mereka mengkritik pengelolaan terkini yang mencakup atraksi cahaya saat malam atau Glow. “Kita belum mengetahui secara pasti kehidupan malam serangga penyerbuk tumbuhan tropika, tapi dampak yang sama besar kemungkinan akan terjadi di Kebun Raya,” bunyi bagian dari surat itu.
Kritik juga diberikan karena hilangnya jalan setapak yang tersusun dari batu kali digantikan material semen, serta tersingkirkannya gedung perpustakaan dari dalam kompleks Kebun Raya Bogor. “Menjauhkan buku dan sumber informasi dari keseharian peneliti Kebun Raya adalah kebijakan yang tidak mendorong meningkatnya riset, sekaligus menjauhkan munculnya inovasi kreatif para peneliti,” tutur para mantan kepala.
Baca juga:
Misteri Pisang Tongkat Langit di Kaki Gunung Galunggung