Komitmen Baru Emisi Karbon Cina Menjelang COP26, Seperti Apa Detil dan Efeknya?

Sabtu, 30 Oktober 2021 18:43 WIB

Sejumlah orang menunggu bus ditengah udara dingin yang tercemar polusi di Ulaanbaatar, Mongolia, 19 Januari 2017. Kualitas udara di Mongolia menjadi yang terburuk mengalahkan Cina, karena asap yang dikeluarkan dari cerobong pembakaran batu bara. REUTERS/B. Rentsendorj

TEMPO.CO, Jakarta - Cina memberi pernyataan terbaru untuk janjinya menurunkan emisi karbon nasional sebelum 2030. Cina memperbarui rencana kontribusinya dalam upaya menekan dampak perubahan iklim global tersebut tiga hari menjelang dimulainya agenda konferensi perubahan iklim PBB, COP26, di Glasgow, Skotlandia, Minggu 31 Oktober 2021.

Revisi rencana perubahan iklim yang dikirim ke PBB itu mem-formal-kan beberapa janji yang sebelumnya disampaikan Presiden Xi Jinping di awal tahun ini maupun 2020 lalu. Dalam revisi itu Cina berkomitmen kalau puncak emisi karbonnya sudah akan tercapai sebelum 2030, bukan lagi sekitar 2030 seperti komitmen sebelumnya.

Pembaruan komitmen yang diberikan Cina adalah juga termasuk kesiapan mereduksi intensitas karbon—ukuran emisi per unit gross domestic product—sebesar 65 persen per 2030. Pembandingnya adalah intensitas karbon 2005. Angka 65 persen adalah kisaran maksimal dari janji pengurangan intensitas yang pernah dinyatakan dalam proposal sebelumnya.

Bernice Lee dari Chatham House, Inggris, menilai janji terbaru Cina untuk lebih cepat memangkas emisi karbon nasionalnya menjadi sebelum 2030 adalah sebuah langkah positif. Namun, dia menyatakan kalau dunia sebenarnya berharap lebih kepada Cina dalam mengerem kontribusi besarnya terhadap emisi karbon global. “Anda tidak bisa pura-pura bersikap manis, ini mengecewakan,” kata Lee.

Revisi dari Cina juga termasuk rencana memangkas porsi bahan bakar fosil dalam konsumsi energi nasionalnya menjadi 75 persen pada 2030 nanti, berubah dari janji sebelumnya yang 80 persen. Revisi terbaru juga mengkonfirmasi dua pengumuman yang pernah dibuat tentang batu bara, jenis bahan bakar fosil paling polutif. Penggunaan batu bara menyumbang lebih dari 60 persen suplai energi di Cina.

Advertising
Advertising

Pengumuman pertama adalah menurunkan konsumsi jenis bahan bakar itu antara 2025 dan 2030. Kedua, tidak lagi membiayai skema baru pembangkit energi tenaga batu bara di luar Cina—saat ini Cina adalah negara pembiayaan terbesar untuk proyek PLTU di dunia.

Secara keseluruhan, komitmen baru yang disodorkan Beijing berisi penegasan atas janji-janji yang pernah disampaikan sebelumnya, dan bukan merupakan kejutan atau peningkatan ambisi yang besar. Ini seperti yang disampaikan Isabel Hilton dari China Dialogue, sebuah organisasi non-profit. “Sisi positifnya adalah ini berarti ketidakhadiran Xi Jinping (di Glasgow) bukan pertanda Cina tidak tertarik atau tak serius berkomitmen,” katanya.

Li Shuo dari Greenpeace Asia Timur juga menuntut Cina datang dengan rencana implementasi yang lebih kuat untuk memastikan puncak emisi karbonnya sudah terjadi sebelum 2025. Dia memberi catatan bahwa saat ini Cina adalah negara peng-emisi karbon terbesar di dunia. Sumbangannya yang sebesar 27 persen emisi global membuat Cina memainkan peran kunci yang akan mempengaruhi apakah dunia bisa memenuhi tujuan dari Kesepakatan Paris yang dibuat dalam COP21 pada 2015.

Ratusan aktivis lingkungan mengatur tubuh mereka untuk membentuk tulisan pesan harapan di depan Menara Eiffel di Paris, Prancis, 6 Desember 2015. Aksi ini bersamaan dengan diselenggarakannya Konferensi Perubahan Iklim Dunia 2015 (COP21) terus di Le Bourget, Prancis. REUTERS/Benoit Tessier

Paris Agreement berisi antara lain kesepakatan jangka panjang untuk mencegah kenaikan suhu udara global lebih dari dua derajat Celsius dari besarannya saat praindustri. Ambisinya bahkan membatas kenaikan suhu maksimal 1,5 derajat Celsius.

Tujuan dari agenda COP26 adalah untuk mendorong pemerintahan negara-negara di dunia semakin dekat kepada jalur pencapaian target-target itu, “Dan rencana dari Cina saja tidak akan membuatnya berhasil,” kata Li Shuo. Dalam analisis PBB, berdasarkan komitmen yang diberikan negara-negara di dunia saat ini, suhu udara di Bumi bakal naik sekitar 2,7 derajat Celsius.

NEW SCIENTIST

Baca juga:
Perubahan Iklim: Kesehatan Lansia di Indonesia Termasuk Paling Terdampak

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

5 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

7 jam lalu

Delegasi PBB Evakuasi Pasien dari Rumah Sakit di Gaza Utara

Delegasi PBB mengevakuasi sejumlah pasien dan korban luka dari Rumah Sakit Kamal Adwan di Jalur Gaza utara

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

10 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

11 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

12 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

15 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

18 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

19 jam lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

1 hari lalu

Palestina: Tidak Ada Guna Membahas Gaza di PBB

Dubes Palestina untuk Austria menilai upaya membahas Gaza pada forum PBB tidak akan berdampak pada kebijakan AS dan Eropa yang mendanai genosida.

Baca Selengkapnya