TEMPO.CO, Jakarta - Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins, mengingatkan kembali bahwa perubahan iklim adalah isu yang nyata. Dalam acara virtual Media Briefing for United Nations Climate Change Conference 2021 ke-26 (COP26)—yang akan digelar pada 1-12 November 2021 di Glasgow, Inggris—dia menerangkan bahwa perubahan iklim sangat berdampak bagi kehidupan manusia di Bumi.
Dampak ancaman dari perubahan iklim, disebut Jenkins, di antaranya adalah naiknya permukaan air laut dan curah hujan, naiknya suhu sekitar 1,1 derajat Celcius setiap tahunnya, serta polusi udara. Menurutnya, hal itu bisa berpengaruh pada kehidupan semua ekosistem, misalnya rusaknya ekosistem laut, dan meninggalnya ribuan manusia. “Perubahan iklim itu nyata, kita harus mengambil tindakan,” ujar dia, pada Kamis, 28 Oktober 2021.
Jenkins juga menjelaskan dampak perubahan iklim memang tidak langsung terasa, misalnya naiknya suhu yang angkanya mungkin kecil, tapi bisa membuat kesinambungan Bumi menjadi rapuh. Jika tidak diantisipasi, kata dia, maka bisa menjadi semakin parah.
Terkait gelaran COP26, Jenkins mengatakan hal itu bisa menjadi upaya global untuk memperbaiki perubahan iklim. Konferensi yang dilaksanakan sejak 1992 itu akan membuat kerangka kerja untuk mengatasi perubahan iklim.
“COP26 ini adalah konferensi yang sangat besar untuk mengambil tindakan untuk perubahan iklim,” tutur dia sambil menambahkan bahwa ini akan membuktikan apakah masyarakat memiliki sikap untuk mengatasi isu perubahan iklim.
Pada tahun 2015, konferensi digelar di Paris, Prancis, yang menghasilkan kesepakatan agar negara-negara di dunia mencegah kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius setiap tahunnya. Jenkins menerangkan bahwa skenario itu seharusnya paling mungkin dicapai, tapi sepertinya pada tahun 2050, kenaikannya akan melewati angka itu. “Kita ingin perjanjian Paris ini bisa tercapai,” katanya.
Jenkins juga menyebutkan bahwa negaranya sudah memiliki beberapa langkah untuk membuat Perjanjian Paris itu tercapai, salah satunya berkomitmen mengurangi emisi dan gas rumah kaca (0 persen), juga tidak menggunakan batu bara sebagai sumber energi listrik, dan mulai mengubah transportasi dengan yang ramah lingkungan, yang juga sudah dilakukan di negara lain, termasuk Indonesia.
Selain itu, perlu juga aksi nyata dalam mempertahankan perjuangan untuk melindungi alam. “Kita tidak butuh kata-kata, tapi yang kita butuh adalah tindakan nyata,” ujarnya menambahkan.
Baca:
Survei Ungkap 99,9 Persen Studi Setuju Manusia Penyebab Perubahan Iklim
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.