Studi Ini Ungkap Penyebab Covid-19 Varian Omicron Lebih Mudah Menular

Jumat, 17 Desember 2021 13:19 WIB

Mikrograf elektron dari jaringan bronkus manusia yang terinfeksi SARS-CoV-2 varian Omicron. Panah merah menunjuk partikel-partikel virus corona tersebut. dok. LKS Faculty of Medicine at The University of Hong Kong (HKUMed)

TEMPO.CO, Jakarta - Studi yang dilakukan di Fakultas Kedokteran, University of Hong Kong, menemukan SARS-CoV-2 varian Omicron menggandakan diri 70 kali lebih cepat di bronkus. Pembandingnya adalah SARS-CoV-2 varian Delta dan varian orisinal dari awal 2020 lalu.

"Studi ini menyediakan informasi pertama tentang bagaimana cara SARS-CoV-2 varian Omicron, yang masuk daftar Variant of Concerns, menginfeksi saluran pernapasan manusia," tertulis di laman HKUMed dalam keterangan yang dibuat 15 Desember 2021.

Studi yang sedang berada dalam tahap peer review untuk publikasinya itu dipimpin Michael Chan Chi-wai dari Fakultas Kesehatan Masyarakat di Hong Kong Science and Technology Park, juga associate professor di HKUMed. Anggotanya adalah seorang dokter dan dua profesor bisang virologi dan klinis di HKUMed.

Dalam penelitiannya, mereka menggunakan kultur ex vivo dari saluran pernapasan manusia yang telah terinfeksi Covid-19 varian Omicron. Teknik ini disebutkan sudah digunakan untuk menyelidiki banyak infeksi virus yang muncul sejak 2007, seperti virus corona penyebab flu burung dan virus corona penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS).

Metode ini menggunakan jaringan paru-paru yang biasanya diambil untuk analisa perawatan pasien penyakit paru-paru. Kalau biasanya jaringan itu akan dibuang begitu saja, kali ini dimanfaatkan untuk menyelidiki penyakit dan infeksi virus pada saluran pernapasan.

Advertising
Advertising

Chan dan timnya berhasil mengisolasi SARS-CoV-2 varian Omicron dan menggunakan model eksperimental ini untuk membandingkan infeksinya dengan SARS-CoV-2 orisinal dari awal pandemi 2020 lalu dan yang varian Delta. Hasilnya, ditemukan bahwa varian baru Omicron bereplikasi lebih cepat daripada virus SARS-CoV-2 asli dan bahkan varian Delta itu di bronkus manusia.

Pada 24 jam setelah infeksi, varian Omicron bereplikasi sekitar 70 kali lebih banyak daripada varian Delta dan SARS-CoV-2 orisinal. Ini yang menjawab kenapa Omicron seperti yang telah ditemukan menyebar sangat cepat antar-manusia.

Sebaliknya, varian Omicron ditemukan berkembang biak kurang efisien (10 kali lebih rendah) di jaringan paru-paru. Ini yang mungkin menunjukkan alasan kenapa tingkat keparahan atau gejala seseorang yang terinfeksi lebih rendah dibandingkan varian lain.

Namun, Chan mengingatkan bahwa tingkat keparahan penyakit pada manusia tidak hanya ditentukan oleh replikasi virus. "Tapi juga oleh respons imun inang terhadap infeksi, yang dapat menyebabkan disregulasi sistem imun bawaan, yaitu badai sitokin,” ujar Chan.

Sebaliknya, Chan melanjutkan, dengan menginfeksi lebih banyak orang, virus yang sangat menular dapat menyebabkan penyakit dan kematian yang lebih parah meskipun tingkat patogennya lebih rendah. Terlebih penelitian terbarunya menunjukkan bahwa Omicron juga bisa lolos dari kekebalan dari vaksin.

“Termasuk juga bisa lolos dari infeksi masa lalu, ancaman keseluruhan dari varian Omicron kemungkinan akan sangat signifikan,” katanya lagi.

Pernyataannya senada dengan yang pernah disampaikan ketua tim teknis Covid-19 di WHO, Maria Van Kerkhove. Dia memaparkan bahwa banyak pasien infeksi varian Omicron menunjukkan gejala ringan. Tapi tidak berarti ini hanya lunak.

"Kami telah melihat keseluruhan spektrum keparahan dari infeksi varian ini, dan orang bisa meninggal karenanya," kata Van Kerkhove dalam wawancara dengan NEW SCIENTIST. Dia menambahkan, "Mengatakan, 'Ini ringan saja' adalah sangat berbahaya."

Baca juga:
Maria Van Kerkhove WHO: Mengatakan Infeksi Varian Omicron Ringan Saja Sangat Berbahaya


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

5 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

5 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

11 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

11 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

12 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

16 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya