Edisi Akhir Tahun Tempo: Para Pejuang Vaksin di Laboratorium

Reporter

TEMPO

Senin, 27 Desember 2021 01:22 WIB

Ilustrasi vaksin COVID-19 atau virus corona. REUTERS/Dado Ruvic

Novalia Pisesha

Nama Novalia Pisesha mulai dikenal publik pada awal September lalu. Saat itu makalah ilmiahnya tentang kandidat vaksin Covid-19 yang berbasis protein terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Dia adalah peneliti junior di Society of Fellows, Harvard University, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.

Dalam wawancaranya dengan Tempo, Kamis, 9 Desember lalu, Novalia menjelaskan kelebihan vaksin yang dikembangkan ini yang bisa lebih spesifik menyasar sel-sel penyaji antigen (APC). APC adalah sel-sel yang secara khusus membantu melawan zat asing yang menginvasi tubuh. Novalia mengklaim vaksin ini sangat efektif untuk memicu kekebalan tubuh terhadap SARS-CoV-2 dan berbagai variannya.

Perempuan asal Singosari, Jawa Timur, ini memulai proyek pembuatan vaksin Covid-19 pada April 2020. Saat itu, ia sedang mengembangkan teknologi nanobody (fragmen antibodi) untuk mengendalikan penyakit autoimun. Teknologi yang pada dasarnya memanipulasi imun manusia ini juga dapat dikembangkan untuk membuat pelbagai vaksin, seperti vaksin malaria. “Ketika ada Covid-19 jadi dikembangkan untuk vaksin penyakit itu,” ucapnya.

Doktor lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT) ini memang dikenal sebagai inovator dalam teknologi nanobody. Pada akhir Oktober lalu, namanya masuk daftar 35 inovator Asia-Pasifik berusia di bawah 35 tahun versi MIT Technology Review, karena mempelopori penggunaan teknologi nanobody untuk perawatan penyakit autoimun.

Vaksin Covid-19 yang diramu oleh Novalia masih dalam tahap uji praklinis menggunakan hewan laboratorium kecil. Ia sedang menjajaki kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB University) yang memiliki Pusat Studi Satwa Primata untuk melanjutkan tahap uji praklinis fase kedua memakai hewan besar.

Menurut Novalia, vaksin ini sangat memungkinkan diproduksi massal di Indonesia karena menggunakan teknologi manufaktur berbasis protein yang, menurutnya, telah cukup mapan di Tanah Air. Ia memprediksi keberadaan vaksin Covid-19 berbasis protein sebagai penguat akan sangat diperlukan untuk melengkapi vaksin yang telah ada, yang tak berbasis protein.

Novalia Pishesha. Foto: Rhogerry Deshycka

Novalia berpegang pada sejumlah penelitian yang menunjukkan vaksin penguat silang menunjukkan efikasi yang lebih baik daripada vaksin homogen.

Novalia juga tidak menutup kemungkinan mengembangkan vaksin lebih lanjut di negara lain. Menurut dia, timnya saat ini sedang berkejaran dengan waktu sehingga negara mana pun yang lebih siap untuk menjadi tempat pengembangan lebih lanjut akan diprioritaskan.

Berita terkait

Ketua Umum PWI Kenang Salim Said Sebagai Tokoh Pers yang Serbabisa

14 jam lalu

Ketua Umum PWI Kenang Salim Said Sebagai Tokoh Pers yang Serbabisa

Hendry menyebut almarhum Salim Said menunjukkan bahwa wartawan dapat menjadi apa saja untuk mengabdi kepada bangsa dan negara.

Baca Selengkapnya

Unair Buka Empat Jalur Mandiri, Peserta Bisa Daftar Lebih dari Satu Jalur

2 hari lalu

Unair Buka Empat Jalur Mandiri, Peserta Bisa Daftar Lebih dari Satu Jalur

Tahun ini Unair menyediakan empat jalur seleksi mandiri.

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

4 hari lalu

AstraZeneca Tarik Vaksin Covid-19, Terkait Efek Samping yang Bisa Sebabkan Kematian?

AstraZeneca menarik vaksin Covid-19 buatannya yang telah beredar dan dijual di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

5 hari lalu

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

Deteksi dini pada bayi baru lahir bisa menggunakan alat bernama auditory brainstem response (ABR).

Baca Selengkapnya

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

8 hari lalu

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

Jamaah Haji 2024 wajib menerima 3 vaksin, namun khusus jamaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada penambahan vaksin polio.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Disebut Sebabkan Trombositopenia, Apa Itu?

8 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Disebut Sebabkan Trombositopenia, Apa Itu?

Perusahaan farmasi AstraZeneca akui ada efek samping langka, yaitu Trombositopenia.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

9 hari lalu

Ramai soal Efek Samping Langka AstraZeneca, Begini Cara Cek Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Pengecekan status dan jenis vaksin Covid-19 bisa dicek melalui aplikasi SatuSehat

Baca Selengkapnya

AstraZeneca Siap Tarik Vaksin Covid-19 karena Surplus

11 hari lalu

AstraZeneca Siap Tarik Vaksin Covid-19 karena Surplus

AstraZeneca menyatakan dengan banyaknya varian vaksin Covid-19 yang sudah diproduksi, maka terdapat surplus dari vaksin-vaksin yang tersedia

Baca Selengkapnya

Ma'ruf Amin Sebut Menteri di Kabinet Prabowo Bisa Lebih Banyak Kalau Ada Keperluan

11 hari lalu

Ma'ruf Amin Sebut Menteri di Kabinet Prabowo Bisa Lebih Banyak Kalau Ada Keperluan

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menanggapi soal rencana Presiden terpilih Prabowo membentuk kabinet gemuk.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara Pertama Kompetisi Internasional Se-Asia Pasifik

11 hari lalu

Mahasiswa Farmasi Unair Raih Juara Pertama Kompetisi Internasional Se-Asia Pasifik

Keempat mahasiswa Unair itu diumumkan menjadi juara pertama dalam kompetisi Industrial Skills Event (ISE).

Baca Selengkapnya